Frances Oldham Kelsey
Frances Kathleen Oldham Kelsey,(lahir 24 Juli 1914 – meninggal : 7 Agustus 2015) merupakan seorang dokter dan farmakolog berkebangsaan Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai "detektif obat-obatan", karena kariernya di Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA (Food and Drug Administration) dalam mengawasi peredaran obat-obatan. Salah satu kasus yang membuatnya terkenal terkait penggunaan talidomida sebagai penghilang mual pada ibu hamil. Pada awalnya talidomida telah di gunakan di wilayah Jerman Barat serta dianggap aman digunakan pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Namun, saat hendak diedarkan di Amerika Serikat, Kelsey menilai bahwa penelitian yang menyokong keamanan penggunaan obat ini pada ibu hamil kurang ilmiah dan menuntut produsen obat tersebut untuk memperbarui penelitiannya. Pada akhirnya disimpulkan bahwa talidomida tidak aman digunakan pada ibu hamil dan hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan talidomida dapat menyebabkan gangguan pada janin.[1] Kelsey kemudian mendapatkan Medali Presiden Untuk Pelayanan Sipil atas jasa-jasanya selama berkarier di FDA.[2][3] Riwayat hidup singkatFrances Kathleen Oldham Kelsey lahir di British Columbia, Kanada. Ayahnya merupakan seorang pensiunan tentara Inggris. Ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di umur 15 tahun.[4] Ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas McGill dan kemudian meraih gelar sarjana farmakologi pada tahun 1934.[3][5] Setahun berselang ia memperoleh gelar master di bidang dan Universitas yang sama. Setelah lulus,ia kemudian diterima bekerja di departemen farmakologi Universitas Chicago dan mulai bekerja pada tahun 1936. Frances menikahi Dr. Fremont Ellis Kelsey yang merupakan salah satu koleganya di Universitas Chicago pada 1943 dan memiliki dua orang putri. Suaminya meninggal pada tahun 1966 karena serangan jantung. Pada tahun 2000, Kelsey masuk dalam daftar National's Women Hall of Fame, bersama di dalamnya terdapat orang-orang seperti Helen Keller, Eleanor Roosevelt, dan Margaret Mead.[6] KarierAwalFrances mengawali kariernya di Universitas Chicago dengan membantu atasannya melakukan penelitian terkait elixir sulfanilamide yang saat itu menyebabkan keracunan masal dan membunuh lebih dari 100 jiwa. Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa kematian-kematian ini diakibatkan oleh penggunaan dietilena glikol sebagai pelarut. Tak lama berselang, pada tahun 1938 ia menyelesaikan studi doktoralnya di dan meraih gelar Ph.D dari Universitas Chicago.[5][6] Pasca menyelesaikan studi doktoralnya ia kemudian melanjutkan penelitiannya berkaitan dengan pengaruh obat-obatan terhadap janin. Ketertarikannya pada teratogen serta penelitiannya terkait obat sintetis untuk malaria menghasilkan kesimpulan bahwa beberapa jenis obat-obatan mampu menembus selaput penghalang dari plasenta janin yang mana bertentangan dengan kebanyakan anggapan di masa itu.[7] Selain aktif meneliti, ia juga meraih gelar dokter medis (M.D) dari Universitas Chicago pada tahun 1950. Ia bersama suami dan anak-anaknya kemudian berpindah ke Dakota Selatan untuk mengajar farmakologi di Universitas Dakota Selatan sekaligus menjalankan praktik dokter. Ia mengajar hingga tahun 1957 dan pada 1960 ia mengikuti suaminya yang mendapatkan pekerjaan di Institut Kesehatan Nasional, Washington D.C.[2] FDASaat di Washington D.C, ia mendapatkan pekerjaan di Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA (Food and Drug Administration). Meskipun telah berpengalaman sebagai peneliti dan farmakolog, sebagai orang baru di kantornya, pada mulanya ia hanya diberi tugas untuk memberi tinjauan awal terhadap obat-obatan yang akan beredar di Amerika Serikat, yang mana tugas ini dianggap tugas pemula di departemennya.[6][7] Salah satu tugas pertamanya adalah memberikan tinjauan terkait keamanan talidomida yang hendak diedarkan sebagai obat penenang dan penghilang rasa sakit untuk ibu hamil. Sebelumnya, talidomida untuk resep yang sama juga telah berhasil diedarkan di negara seperti Jerman, Kanada, dan Inggris.[5][6] Dalam tugasnya ini Frances menilai bahwa penelitian yang menyokong keamanan dari penggunaan talidomida pada ibu hamil masih belum memenuhi syarat. Meskipun telah beredar di negara lainnya, Kesley merasa informasi terkait efek samping penggunaan obat ini masih sangat kurang.[5] Ia pun menghendaki agar produsen obat tersebut, William S. Merrell, memperbarui dan memperbaiki penelitiannya jika ingin talidomida diedarkan di Amerika Serikat. Alih-alih memperbarui dan memperbaiki penelitiannya, produsen obat ini mendekati atasannya dan mengatakan bahwa Frances merupakan birokrat yang rewel. keras kepala, dan tak logis.[5][7] Frances mendapatkan dukungan dari atasannya untuk terus menolak pembaruan data yang dikirimkan produsen obat ini dan tetap menganggapnya belum layak edar. Keraguannya pada obar ini makin menguat setelah pada Februari 1961 sebuah artikel yang terbit di The British Medical Journal mengindikasikan efek samping yang serius diakibatkan oleh penggunaan talidomida pada ibu hamil.[5][7] Pada November 1961, seorang peneliti Jerman mengindikasikan bahwa penggunaan thaliomida berdampak langsung pada deformasi janin yang dikandung pengguna. Pada Maret 1962, Merrell kemudian menarik proposalnya dan talidomida batal diedarkan di Amerika Serikat. Atas jasanya ini Frances dianggap telah menyelamatkan banyak bayi yang berpotensi cacat karena penggunaan talidomida di Amerika Serikat. Sebagai pembanding, terdapat sekitar 3500-5000 bayi terdampak di Jerman, 1000 bayi di Inggris dan sekitar 115 bayi di Kanada.[4][5] Frances muncul di berbagai media dan surat kabar atas prestasinya ini dan bahkan dianggap regulator pemerintah paling terkenal sepanjang masa.[4] Pensiun dan KematianFrances tetap berkarier di FDA hingga masa pensiunnya pada tahun 2005. Pada 2014 ia memutuskan untuk pindah dari Washington D.C ke Ontario, Kanada untuk tinggal bersama salah seorang putrinya. Ia meninggal di sana pada 7 Agustus 2015 di usia 101 tahun.[6] Penghargaan
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Frances Oldham Kelsey. |