Fludarabin
Fludarabin adalah analog purin dan agen antineoplastik. Umumnya digunakan sebagai bentuk terfosforilasi 5-O yang dikenal sebagai fludarabin fosfat. Ini adalah obat kemoterapi yang digunakan dalam pengobatan leukemia dan limfoma termasuk leukemia limfositik kronis, limfoma non-Hodgkin, leukemia mieloid akut, dan leukemia limfositik akut. Obat ini diberikan melalui suntikan ke dalam vena atau melalui mulut.[1] Efek samping yang umum termasuk mual, diare, demam, ruam, sesak napas, mati rasa, perubahan penglihatan, dan merasa lelah. Efek samping yang parah termasuk disfungsi otak, jumlah sel darah rendah, dan radang paru-paru. Penggunaan pada kehamilan kemungkinan akan membahayakan janin.[1] Fludarabin termasuk dalam keluarga obat analog purin dan bekerja dengan mengganggu duplikasi DNA.[1][2] Fludarabin disetujui untuk penggunaan medis di Amerika Serikat pada tahun 1991.[1] Obat ini ada dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[3] SejarahFludarabin diproduksi oleh John Montgomery dan Kathleen Hewson dari Southern Research Institute pada tahun 1968.[4] PenamaanFludarabin umumnya diberikan sebagai bentuk 5-O-terfosforilasi yang dikenal sebagai fludarabin fosfat, yang dengan cepat didefosforilasi menjadi fludarabin dalam plasma. Kegunaan dalam medisFludarabin sangat efektif dalam pengobatan leukemia limfositik kronis, menghasilkan tingkat respons yang lebih tinggi daripada agen alkilasi seperti klorambusil saja.[5] Fludarabin digunakan dalam berbagai kombinasi dengan siklofosfamid, mitoksantron, deksametason, dan rituksimab dalam pengobatan limfoma non-Hodgkin yang indolen. Sebagai bagian dari regimen FLAG atau FLAMSA, fludarabin digunakan bersama dengan sitarabin dan faktor stimulasi koloni granulosit dalam pengobatan leukemia mieloid akut. Karena efek imunosupresifnya, fludarabin juga digunakan dalam beberapa regimen pengkondisian sebelum transplantasi sel punca alogenik. Efek sampingFludarabin dikaitkan dengan limfopenia berat, dan sebagai akibatnya, meningkatkan risiko infeksi oportunistik. Orang yang telah diobati dengan fludarabin biasanya akan diminta untuk mengonsumsi kotrimoksazol atau menggunakan pentamidin yang dinebulisasi setiap bulan untuk mencegah pneumonia pneumosistis. Limfopenia berat yang disebabkan oleh fludarabin membuat pasien rentan terhadap penyakit graft versus host yang terkait dengan transfusi, komplikasi yang seringkali fatal dari transfusi darah. Karena alasan ini, semua pasien yang pernah menerima fludarabin hanya boleh diberikan komponen darah yang diiradiasi. Fludarabin menyebabkan anemia, trombositopenia, dan neutropenia, yang memerlukan pemantauan hitung darah rutin. Beberapa pasien memerlukan transfusi darah dan keping darah, atau suntikan G-CSF untuk meningkatkan jumlah neutrofil. Fludarabin dikaitkan dengan perkembangan anemia hemolitik autoimun yang parah pada sebagian pasien.[6] Kesulitan sering kali ditemui ketika mengambil sel punca darah tepi dari pasien yang sebelumnya diobati dengan fludarabin.[7] FarmakologiFludarabin adalah analog purin, dan dapat diberikan secara oral maupun intravena. Fludarabin menghambat sintesis DNA dengan mengganggu reduktase ribonukleotida dan DNA polimerase. Obat ini aktif terhadap sel yang sedang membelah dan beristirahat. Karena terfosforilasi, fludarabin terionisasi pada pH fisiologis dan secara efektif terperangkap dalam darah. Hal ini memberikan beberapa tingkat spesifisitas untuk sel darah, baik yang bersifat kanker maupun yang sehat. Referensi
|