Final NBA 1995Final NBA 1995 adalah puncak dari musim kompetisi NBA tahun 1994-95 . Seri final ini mempertemukan juara Wilayah Timur Orlando Magic melawan juara Wilayah Barat sekaligus juara bertahan NBA, Houston Rockets. Seri ini menjadi perhatian besar karena dipusatkan pada pertarungan dua pemain center yang dominan pada saat itu, Shaquille O'Neal dari Magic berhadapan dengan Hakeem Olajuwon dari Rockets. Rockets menjadi tim pertama dalam sejarah NBA yang mampu menyingkirkan empat tim yang memiliki rekor kemenangan 50 atau lebih dalam perjalanannya menuju putaran final. Rekor lain yang dicatat Rockets adalah menjadi tim pertama dalam sejarah NBA yang meraih gelar juara tanpa memiliki home-court advantage sepanjang playoff menggunakan format 16 tim pada tahun 1984. Orlando Magic (tampil pertama kali di final NBA Finals ) memulai Final NBA 1995 di kandang, menjamu juara bertahan Houston Rockets. Menjelang akhir Game 1, Magic unggul 110-107 namun kegagalan Nick Anderson mencetak empat lemparan bebas berturut-turut membuka kesempatan bagi Rockets. Kenny Smith berhasil mencetak lemparan tiga angka dan menyamakan skor hingga Game 1 harus diselesaikan dalam babak perpanjangan waktu. Rockets yang lebih berpengalaman akhirnya merebut Game 1 dan momentum itu berlanjut hingga 3 Game berikutnya sehingga Magic gagal meraih satu kemenangan pun dalam putaran final yang menggunakan sistem best-of-seven tersebut. Latar BelakangHouston RocketsRockets memasuki musim kompetisi 1994-95 sebagai juara bertahan. Mereka mengawali musim tersebut dengan memenangkan delapan pertandingan pertama,[1] hal ini menjadikan Rockets sebagai juara bertahan pertama yang memenangkan delapan pertandingan pertama mereka dalam musim mereka sejak Lakers pada musim kompetisi 1987-88.[2] Akan tetapi, Rockets harus berjuang untuk menjaga performa tim sebagaimana musim sebelumnya. Cedera dan gangguan di luar lapangan menjadi penyebabnya. Pada tanggal 14 Februari, Rockets memperoleh pemain bintang Clyde Drexler dari Portland Trail Blazers. Drexler adalah pahlawan kota Houston karena pernah bermain di University of Houston bersama Hakeem Olajuwon. namun hal ini pun tidak serta merta mengubah peruntungan Rockets sehingga juara bertahan ini harus puas menyelesaikan musim kompetisi reguler dengan rekor menang kalah 47-35. Babak playoff menunjukkan bahwa rekor kemenangan musim reguler tidak berarti banyak. Houston mampu menjaga reputasinya sebagai Clutch City di sini. Dalam perjalanan menuju final NBA, Rockets menghempaskan tiga tim yang memiliki rekor kemenangan sebanyak 55 kali atau lebih. Pertama, mereka menaklukkan Utah Jazz dalam lima pertandingan (Rockets sempat tertinggal 2-1 setelah tiga pertandingan), kemudian mengulangi kegemilangan tersebut dengan mengandaskan Phoenix Suns (Rockets pun sempat tertinggal 3-1 di putaran ini) Dalam Game 7 seri tersebut, Phoenix mengungguli Houston 51-42 setelah babak pertama. Namun Houston mampu melakukan comeback dan meraih kemenangan 115-114.[3] Giliran San Antonio Spurs yang merupakan unggulan teratas disingkirkan dalam enam pertandingan final Wilayah Barat. Rockets sekaligus menjadi tim pertama dalam sejarah NBA yang meskipun kalah pada semua pertandingan kandang tetapi mampu memenangkan semua permainan tandangnya. Orlando MagicMagic baru berpartisipasi di NBA dan memasuki musim keenam mereka, namun mereka adalah tim yang sedang naik daun. Dipimpin oleh pemain All-Stars Shaquille O'Neal dan Penny Hardaway, serta penambahan pemain baru seperti Horace Grant, dan pilar lama Nick Anderson sertaDennis Scott, Magic merajai Wilayah Timur dengan rekor menang kalah Magic terbaik pada saat itu (57-25). Jalan Orlando ke final diawali kemenangan 3-1 atas Boston Celtics. Mereka melanjutkan dengan mengalahkan Chicago Bulls yang diperkuat kembali Michael Jordan setelah sempat pensiun selama 18 bulan. Di putaran final Wilayah Timur, Orlando Magic harus melalui tujuh pertandingan yang sulit melawan Indiana Pacers sebelum akhirnya lolos ke Final NBA. Ringkasan Pertandingan
Referensi
|