Fidelis
Pembelaannya terhadap kaum miskin dan budi bahasanya yang ramah terhadap lawan lawannya menyebabkan dia dikenal dan dicintai banyak orang. Tetapi rencana Tuhan terhadap diri Fidelis ternyata lain. Fidelis meninggalkan karyanya sebagai ahli hukum dan masuk biara imam Kapusin. Di sana, ia menjalani cara hidup yang keras dan doa yang mendalam. Sebelum mengucapkan kaulnya, ia menulis dalam wasiat antara lain: "Aku mempersembahkan jiwa dan ragaku selaku kurban yang hidup untuk selama-lamanya, guna mengabdi Allah yang Maha Mulia, Santa Perawan Maria yang tak bercela, dan Santo Fransiskus". Sesungguhnya, dalam biaranya, Fidelis hidup dengan penuh pengabdian dan penyerahan kepada Tuhan. Kesenangan kesenangan duniawi tidak diindahkannya. Semangatnya untuk bermati raga sangat besar, sehingga peraturan peraturan biara yang sungguh sangat berat tidaklah dianggapnya sebagai beban. Kerinduannya adalah menjadi martir Kristus. Karena itu, ia senang sekali waktu diutus ke Swiss oleh Kongregasi Penyebaran Iman, yang baru saja berdiri. Di Swiss, Fedelis menghadapi banyak tantangan dari kaum Calvinisme, dalam pelayanannya kepada orang-orang Kristen yang mengikuti ajaran Calvinisme. Calvinis mencoba membunuhnya tetapi tidak berhasil karena tembakan meleset. Kesempatan yang baik tiba ketika para Calvinis itu menghadangnya di jalan. Ia dipaksa untuk menyangkal iman Katolik. Tetapi dengan perkasa ia menjawab "Aku datang ke sini untuk memberikan terang kepadamu, dan bukan untuk menerima kesesatanmu; aku tidak takut mati dan sekali-kali aku tidak akan menyangkal iman Katolik yang telah berabad-abad usianya:. Karena jawaban ini, ia disergap dan dibunuh pada tahun 1622.
|