Federasi Afrika Timur
Federasi Afrika Timur (Swahili: Shirikisho la Afrika Mashariki) adalah rencana penyatuan politik tujuh negara berdaulat dalam Komunitas Afrika Timur – Burundi, Kenya, Republik Demokratik Kongo, Rwanda, Sudan Selatan, Tanzania, dan Uganda – menjadi satu negara federasi berdaulat.[3] Per 2014, lima dari negara-negara ini telah menyatakan dukungannya terhadap penyatuan ini, tetapi persoalan kedaulatan anggota dan waktu pelaksanaannya masih dibahas lebih lanjut.[butuh pemutakhiran][4] TentangDengan luas 4.812.618 km2, Federasi Afrika Timur akan menjadi negara paling luas di Afrika dan ke-7 di dunia. Dengan jumlah penduduk 281 juta, Federasi Afrika Timur akan menjadi negara dengan populasi terbanyak di Afrika dan ke-4 di dunia.[1] Populasinya lebih besar daripada Rusia, Jepang, Meksiko, dan Indonesia, dan hanya kalah dari Tiongkok, India dan Amerika Serikat.[1] Kepadatan penduduknya diperkirakan mencapai 58,4 jiwa/km². Bahasa Swahili akan menjadi lingua franca, sedangkan bahasa Inggris akan menjadi bahasa resminya. Ibu kota federasi ini akan dditempatkan di Arusha, Tanzania, dekat perbatasan Kenya. Markas Komunitas Afrika Timur saat ini terletak di Arusha.[3] Rencananya, negara ini akan menggunakan mata uang shilling Afrika Timur dan diperkirakan menjadi mata uang utama kelima negara ini pada tahun 2015 atau seterusnya. PDB-PPP (versi CIA World Factbook) negara ini diperkirakan mencapai US$297.791.000.000, terbesar kelima di Afrika dan ke-48[2] di dunia. PDB per kapitanya sekitar US$1.942. Garis waktuPenyatuan Komunitas Afrika Timur menjadi satu negara sudah dibahas sejak tahun 2013.[5] Pada tahun 2010, EAC meluncurkan pasar umum untuk barang, tenaga kerja, dan modal di kawasan Afrika Timur. Penyatuan mata uang dijadwalkan rampung pada tahun 2013 dan penyatuan politik akan diselesaikan pada tahun 2015.[6] Sampai saat ini, pengaruh masuknya Sudan Selatan ke EAC terhadap rencana federasi masih belum jelas. Karena masalah infrastruktur terus bertahan di Sudan Selatan sejak Presiden Salva Kiir Mayardit menghentikan perdagangan minyak dengan Sudan, Sudan Selatan memutuskan untuk menanamkan modal dalam pembangunan jalur pipa yang mengitari Sudan. Pipa ini akan melintasi Ethiopia hingga pesisir Djibouti dan mengarah ke tenggara sampai pesisir Kenya.[7] Kerja sama ini akan meningkatkan kemungkinan bergabungnya Sudan Selatan dengan Federasi Afrika Timur.[8] Pada tanggal 14 Oktober 2013, kepala negara Uganda, Kenya, Rwanda, dan Burundi bertemu di Kampala untuk merumuskan undang-undang dasar Federasi Afrika Timur.[9] Pada bulan Desember 2014, upaya penyatuan politik secara menyeluruh diputuskan untuk ditunda hingga tahun 2016.[10] Komite bertemu untuk pertemuan konsultasi lima hari di Burundi dari 14-18 Januari 2020, di mana ia mengumumkan bahwa konstitusi konfederasi akan dirancang pada akhir 2021. Setelah persetujuan rancangan oleh enam negara EAC setelah satu tahun konsultasi Konfederasi Afrika Timur akan dibentuk pada tahun 2023. Peta jalan menuju federasi politik penuh akan dibahas secara rinci pada pertemuan-pertemuan mendatang. Lihat pulaReferensi
|