Fanaa (film 2006)
Fanaa (bahasa Indonesia: Hancur) adalah sebuah film cerita seru percintaan berbahasa Hindi India tahun 2006 yang disutradarai oleh Kunal Kohli dan diproduseri oleh Aditya Chopra dan Yash Chopra untuk Yash Raj Films. Dibintangi oleh Aamir Khan dan Kajol sebagai pemeran-pemeran utama, film tersebut berkisah tentang seorang wanita Kashmir tunanetra yang bertemu dengan pujaan hatinya saat bepergian ke New Delhi untuk mengikuti sebuah upacara Hari Republik. Film tersebut diumumkan oleh Yash Raj Films pada Agustus 2005, dan menandai kekembalian Kajol ke industri akting pasca cuti lima tahun; ini menadani kolaborasi keduanya dengan Khan setelah Ishq (1997). Fanaa ditulis bersama oleh Kohli dan Shibani Bathija, dan mengangkat tema disabilitas dan terorisme. Dibuat dengan total anggaran sebesar ₹300 juta (US$4,2 juta), pengambilan gambar utama film tersebut dilakukan antara September 2005 dan April 2006 dengan mengambil tempat di India, Malaysia, dan Polandia. Film tersebut kemudian disunting oleh Ritesh Soni. Jalur suara film tersebut digubah oleh Jatin–Lalit dan musik latar belakangnya ditangani oleh Salim–Sulaiman. Fanaa dirilis di seluruh dunia pada 26 Mei 2006. Film tersebut disambut secara positif oleh kritikus, dengan kebanyakan di antaranya memuji kinerja Kajol dan perpaduan aktingnya dengan Khan. Film tersebut menjadi salah satu film India berpenghasilan tertinggi pada masanya, meraup pendapatan sebesar ₹1,05 milyar (US$15 juta). Kajol memenangkan Penghargaan Filmfare dan Penghargaan Zee Cine untuk Aktris Terbaik, serta dinominasikan dalam kategori serupa di Penghargaan Film Bollywood, Penghargaan Akademi Film India Internasional, Penghargaan Film India Global, dan Penghargaan Stardust. SinopsisZoona Ali Beg, seorang wanita Kashmir tunanetra, menghadiri ke sebuah upacara Hari Republik di New Delhi. Dalam perjalanan, ia jatuh cinta dengan Rehan Quadri, seorang teroris yang menyamar sebagai seorang pemandu wisata. Rehan melamar Zoona pada hari terakhir Zoona di sana. Orang tua Zoona kemudian tiba di kota tersebut untuk mengatur pernikahan mereka, sementara Zoona menjalani sebuah prosedur untuk membuatnya dapat melihat secara normal. Setelah operasi, ia mengetahui bahwa Rehan tewas dalam sebuah ledakan bom. Agen intelijen Dr. Malini Tyagi ditugaskan untuk menyelidiki kasus tersebut, dan menemukan bahwa Rehan merupakan dalang dari insiden tersebut. PemeranBerikut ini adalah daftar pemerannya:[4][5]
ProduksiPengambilan gambar utama untuk Fanaa dimulai di Andheri pada 14 September 2005 dan dilakukan selama dua hari.[6] Ravi K. Chandran menjadi sinematografernya, dan Danish Aslam ditugaskan sebagai asisten Kohli.[4][7] Koreografernya adalah Saroj Khan dan Vaibhavi Merchant, sementara George Aguilar menjadi pengarah aksinya.[4] Jadwal di Delhi dilakukan dua bulan kemudian.[8] Pihak produksi mengambil gambar di monumen Benteng Merah, Jantar Mantar, Qutub Minar, Purana Qila, dan Lodi Gardens; mereka sebelumnya kesulitan untuk mendapatkan ijin. Mereka, bersama dengan Badan Survei Arkeologi India menghabiskan pengeluaran sebesar ₹5.000 (US$70) untuk memperbaiki masing-masing dari bangunan tersebut, untuk setiap harinya hingga jadwal berakhir sembilan hari berikutnya.[9] ASI awalnya merasa skeptis untuk melakukannya, merasa itu malah akan membuat situs warisan tersebut rusak dan mengganggu pengunjung. Namun, Yash Raj Films terus-menerus meyakinkan mereka, mengatakan bahwa Fanaa adalah "sebuah perantara yang bagus" untuk memamerkan warisan India ke seluruh dunia dan mempromosikan pariwisata di India.[10] Syuting dilakukan antara 5.30 pagi dan 10 malam.[11] Pengambilan gambar lalu berlanjut ke Polandia—pertama kalinya untuk sebuah film India—pada Februari 2006;[12] negara tersebut digunakan untuk menggambarkan Kashmir.[13] Chandran menyebut pembuatan ulang Kashmir di negara tersebut "tidak terlalu menantang" dan memilih negara tersebut karena pemandangannya serupa di Kashmir. Ia mengambil inspirasi dari film cerita seru Mani Ratnam Roja (1995), di mana Ooty dan Manali, Himachal Pradesh merepresentasikan Kashmir.[11] Syuting dilakukan pada akhir musim dingin tahun tersebut, dengan hujan salju turun secara terus-menurus. Ketika masa tersebut, −27 °C (−17 °F) adalah suhu terdingin dan −10 °C (14 °F) adalah suhu terhangat. Karenanya, Kohli mengulangi perekaman adegan beberapa kali, terutama untuk lagu "Mere Haath Mein". Sebagai solusi, ia menggunakan sebuah lampu bertenaga enam kilovolt untuk menghangatkan tempat tersebut.[14] Aamir Khan beserta dengan enam belas anggota kru film tersebut tiba di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia untuk melakukan jadwal pemfilman terakhir selama sehari pada Maret.[15] Dengan total anggaran sebesar ₹300 juta (US$4,2 juta),[2][a] pengambilan gambar utama dari Fanaa dinyatakan selesai pada April 2006 setelah 89 hari.[11][17] Film tersebut menandai kerja sama kedua antara Chandran dengan Kajol, setelah Minsara Kanavu (1997), dan Aamir Khan, setelah Dil Chahta Hai (2001).[11] Fanaa kemudian disunting oleh Ritesh Soni dan perancangan suaranya ditangani oleh Dileep Subramaniam.[4] Adegan ketika Khan mengunjungi rumah terpencil Kajol direkam secara sunyi. Adegan tersebut—berdurasi selama dua menit—sangat sulit bagi Kohli untuk direkam, dan ia memasukkan sebuah lagu selama penyuntingan.[18] Dalam adegan berikutnya, di mana kedua pemeran utama melakukan permainan ruang antakshari, Kohli memberikan penghormatan kepada Guru Dutt, salah satu pemeran India terkemuka pada 1950an–1960an, dengan memasukkan sejumlah lagu Dutt.[18][19] Sementara untuk klimaks film tersebut, menampilkan Khan dan Kajol saling menembak menggunakan pistol, Kohli membutuhkan waktu selama dua hari akibat cuaca bersuhu −20 °C (−4 °F) yang menyulitkan proses pengambilan gambar; mendatang, Kohli mengutip adegan tersebut sebagai alasannya untuk membuat Fanaa.[18] Setelah melalui pemotongan akhir, film tersebut memiliki durasi total selama 168 menit.[1] PenerimaanSambutan kritisKritikus kebanyakan menyambut secara positif kinerja Kajol dan kemistrinya dengan Aamir Khan.[20] Fanaa mendapatkan penilaian sebesar 100 persen oleh agregator ulasan Rotten Tomatoes berdasarkan pada tujuh ulasan, dengan penilaian rata-rata sebesar 6,64/10.[21] Taran Adarsh (mengulas untuk portal hiburan Bollywood Hungama) memberikan empat dari lima bintang untuk film tersebut, menulis: "[Ini] adalah sebuah karya yang ditulis secara indah, dimainkan secara efektif, dan dibuat dengan cermat." Ia mencatat jika film tersebut akan mengingatkan audien tentang sebuah "aksioma sederhana", di mana "film tidak harus menciptakan terobosan baru untuk menjadi menarik". Menurut Adarsh, Fanaa adalah "pengalaman yang sama sekali berbeda" bagi Kajol dan menggambarkan penampilannya sebagai "karya terkuatnya".[22] Raja Sen dari Rediff.com mengatakan bahwa Kajol "menanamkan semangat ke dalam film tersebut" meski bagiannya tidak mengharuskannya untuk melakukan "banyak hal".[23] Sukanya Verma menambahkan, "Kajol terlihat sangat halus. Pemeran yang [kembali] terlihat setelah istirahat lima tahun tersebut menukar kelincahannya yang goyah dengan keanggunan sensual dan intensitas tegas."[24] Meskipun memuji penampilan Kajol yang menurutnya terlihat "sangat menggairahkan", Kaveree Bamzai dari India Today melihat Rishi Kapoor dan Tabu hanya menjadi "pengacau" dalam film tersebut.[25] Poonam Joshi, dalam sebuah ulasan untuk BBC, memberikan penilaian tiga dari lima bintang dan menemukan bahwa gaya pengambilan gambar Chandran "menutupi" naskah dan penyutradaraan "buruk" film tersebut.[26] Kritikus dari The Hindu Sudhish Kamath mengkritisi paras Khan, mengatakan, "[Ia] harus pensiun sebagai [seorang] kekasih muda atau menyingkirkan dagu ganda dan lemak berlebih pada wajahnya". Namun, untuk Kajol, Kamath menyebutnya "tampil seperti [sebelumnya] tidak pernah mengambil cuti", dan menambahkan bahwa penampilannya adalah "satu-satunya alasan [untuk] menonton film tersebut".[27] Ulasan BBC lainnya juga memuji Kajol, dengan memuji penampilan "brilian"-nya yang menunjukkan "keserbisaan mahahebat, dari satu emosi ke emosi lainnya".[28] Dalam sebuah ulasan untuk Screen, kritikus Deepa Karmalkar menjelaskan bahwa pemeran tersebut "membuat sebuah kekembalian yang patut disambut dan ... mempertahankan layar [secara] menawan".[29] Deccan Herald, dengan pengulasnya Angel Rani, memuji penampilan Kajol dan Aamir Khan, yang menurutnya "sangat alami", menambahkan, "Tidak ada ruang untuk keluhan dalam bidang akting mereka."[30] Serupa, Namrata Joshi dari Outlook juga menyambut perpaduan akting mereka, menggambarkan bahwa "kemistri [mereka] sangat dapat dirasakan dan tidak diragukan lagi."[31] Sebuah ulasan dari The Telegraph yang ditulis oleh Pratim D. Gupta menyatakan, "Fanaa merupakan tentang Aamir dan Kajol. Ini tentang setiap film yang Aamir dan Kajol mainkan. Ini tentang setiap karakter yang pernah mereka mainkan."[32] Ulasan lainnya dari penerbitan serupa memberikan pujian yang lebih condong terhadap penampilan Kajol, menyebut dengannya "film tersebut menjadi hidup kembali".[33] Subhash K. Jha dari Sify agak mengkritisi Khan, menemukan bahwa ia "tidak konsisten" dan "dibayangi-bayangi" oleh Kajol. Lebih lanjut, Jha memberikan tanggapan beragam kepada pemeran pendukung film tersebut; ia menggambarkan Tabu "tersesat" dengan perannya, namun, Jha menganggap Rishi Kapoor sebagai yang terbaik di antara lainnya.[34] Lata Khubchandani dan Deepa Gahlot—keduanya juga menulis untuk Sify—memuji kemampuan Kajol untuk "membuktikan ... dirinya sebagai seorang aktris berbakat dengan menggambarkan perannya secara halus".[35][36] Hindustan Times menulis bagaimana Kajol terlihat "lebih baik" daripada karya-karya terdahulunya; menurutnya, hal tersebut dipengaruhi oleh paras "lebih dewasa" dan tubuh rampingnya.[37] Menulis untuk Filmfare, Nitin V. Nambiar memberikan penilaian terhadap Fanaa sebesar 2,5 dari 5. Ia menyambut aspek produksinya, terutama gaya pengambilan gambar yang ia sebut "menyenangkan". Nambiar juga menanggapi secara positif penampilan "menginspirasi" Aamir Khan dan Kajol, dan perpaduan akting antara mereka.[38] Idlebrain.com terpukau dengan kinerja Kajol, menulis, "[Ia] mencuri perhatian dengan [akting] luar biasanya. Ia benar-benar mempesona melalui senyumnya ... [dan] memerankan gadis buta dalam ... film tersebut dengan sangat mudah." Pengulas tersebut juga memberikan sambutan pada penampilan-penampilan Khan, Kapoor, dan Kher dan seluruh aspek produksinya, tetapi merasa pertengahan film tersebut "membosankan".[39] Ashok Kumar dari The Indian Express menyatakan, "Betapa menakjubkannya, [Kajol] dapat dengan mudah menciptakan senyum dan kontur wajah sambil mengucapkan kata ke hati audiennya dan tentu saja memikat [mereka]." Menurut Kumar, penampilan Aamir Khan sama baiknya "seperti yang diharapkan oleh para penggemar beratnya" pra-perilisan film tersebut.[40] Seorang pengulas The Times of India juga memuji Khan, menyebut Fanaa sebagai sebuah "film yang menampilkan[nya] secara lebih dari [film-film] sebelumnya". Tetapi sebaliknya, kali ini, pengulas tersebut memandang Kajol secara negatif, melihatnya "sangat faltu (tidak berguna)", lain halnya dengan The Tribune yang menyerukan bahwa pemeran tersebut membuat sebuah kekembalian yang "menakjubkan" dan tampil dengan "lebih-cantik-dari-sebelumnya".[41][42] Sebuah artikel oleh Saibal Chatterjee yang diterbitkan dalam The Tribune pula tentang analisis karier Khan menyimpulkan bahwa, dengan Fanaa, Khan telah "melambungkan" namanya hingga "stratosfer".[43] Fanaa juga diterima secara positif oleh kritikus luar negeri. Ethan Alter, mengulas untuk majalah Film Journal International, menemukan bagaimana Kajol tampak "menyentuh" dalam beberapa adegan surealis film tersebut.[44] John Anderson dari Los Angeles Times mengatakan bahwa penampilan pemeran tersebut "mengagumkan", dan lebih lanjut memberikan pujian kepada Khan, meskipun menurutnya penampilannya "bukan ... yang terbaik". Demikian pula, Anderson berkesimpulan bahwa film tersebut "mungkin adalah impor arus utama India terbesar dalam beberapa tahun".[45] Penghargaan dan nominasi
WarisanPeran dari Kajol sebagai seorang penderita tunanetra telah menginspirasi sejumlah pemeran. Deepika Padukone menonton penampilannya untuk mempersiapkan perannya sebagai Pinky Palkar, seorang pemain papan luncur yang mengalami kebutaan setelah kecelakaan, dalam film drama percintaan garapan Pradeep Sarkar Lafangey Parindey (2010).[60] Baik film tersebut maupun kienrja Padukone, semuanya diterima secara campuran oleh kritikus.[61][62] Film tersebut menjadi salah satu perwakilan India di Mingguan Perfilman Mauritius, sebuah festival yang disenggelarakan oleh Pemerintah Mauritius untuk memamerkan karya-karya mancanegara, pada Oktober 2017.[63][64] Lihat pulaCatatan
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|