Faisal bin Musaid
Faisal bin Musaid bin Abdulaziz Al Saud (1944 – 1975) (bahasa Arab: الأمير فيصل بن مساعد بن عبد العزيز آل سعود, ِ Fayṣal bin Musāʿid bin ʿAbd al-ʿAzīz ʾĀl Saʿūd) adalah pembunuh dan keponakan dari Raja Saudi Arabia Faisal Bin 'Abdul 'Aziz. Masa awal kehidupanFaisal lahir pada tahun 1947.[1] Ayahnya adalah Pangeran Musa'id dan ibunya adalah Watfa, putri ke-12 dari Muhammad bin Talal. Perceraian kedua orang tuanya mengakibatkan dia dan saudara-saudaranya lebih akrab dengan kerabat ibunya daripada keluarga ayahnya, Al Saud.[2] Pada tahun 1966, saudaranya, Khaled, yang merupakan pendukung kuat kaum Wahabi,[3] tewas dalam aksi protes terhadap pengenalan televisi di Riyadh.[4] Rincian kematiannya diperdebatkan. Beberapa laporan menyatakan bahwa dia tewas karena melawan penangkapan di luar rumahnya sendiri, tetapi penyelidikan atas kematiannya tidak pernah dilakukan. Faisal juga memiliki saudara lain, Bandar, dan seorang saudara perempuan, Al Jawhara dan seorang saudara tiri bernama Abdul Rahman bin Musaid. PendidikanFaisal belajar di Amerika Serikat.[5] Pertama kalinya ia belajar di San Francisco State College lalu pada kemudian hari ia pindah ke University of Colorado.[6] Di sana, ia digambarkan oleh rekan-rekannya sebagai sosok yang tenang dan menyenangkan sebagaimana anak muda pada umumnya.[4][5] Pada tahun 1970, ia ditangkap di Boulder, Colorado, karena terlibat dalam kasus penjualan obat terlarang dan ganja.[5] Faisal sempat mengambil program pascasarjana dalam ilmu politik di Berkeley. Tetapi dia tidak berhasil menyelesaikan gelar pendidikannya dan meninggalkan Amerika Serikat setelah diberikan kekebalan diplomatik. Selama masa-masa terakhirnya di Amerika Serikat ia sempat berhubungan dekat dengan Christine Surma, seorang artis paruh waktu. Pada saat pembunuhan Raja Faisal terjadi Christine Surma berusia 26 tahun.[4] Surma melihat pembunuhan tersebut akan membawa hasil positif bagi perdamaian Kerajaan Saudi Arabia dengan Israel yang tidak pernah tercapai pada masa-masa sebelum Raja Faisal.[7] Dia membanggakan pacarnya dengan menyatakan bahwa pacarnya adalah "Pria yang sempurna yang dibanggakan keluarga dan negaranya.[5] Setelah meninggalkan Amerika Serikat, ia pergi ke Beirut. Untuk alasan yang tidak diketahui, ia juga pergi ke Jerman Timur. Ketika ia kembali ke Arab Saudi, pemerintah Saudi menyita paspornya karena masalah-masalahnya di luar negeri. Disini ia mulai mengajar di Universitas Riyadh sementara terus berhubungan dengan Christine Surma. Pembunuhan dan pengadilanPenembakan di IstanaPada tanggal 25 Maret 1975, ia pergi ke istana raja di Riyadh, di mana Raja Faisal sedang memimpin sebuah pertemuan. Ia bergabung dengan delegasi Kuwait dan berbaris untuk bertemu raja. Raja Faisal yang mengakui keponakannya dan menunduk ke depan, sehingga Faisal muda bisa mencium kepala raja sebagai tanda hormat. Dalam keadaan yang tak disangka-sangka Faisal bin Musaid mengeluarkan pistol dari jubahnya dan menembak Raja dua kali di kepala. Setelah tembakan ketiga ia melemparkan pistol itu dan Raja Faisal jatuh ke lantai. Ia segera ditangkap oleh pasukan pengawal Raja, Raja yang dalam kondisi kritis segera dilarikan ke rumah sakit namun dokter gagal menyelamatkannya. Sebelum wafat, Raja Faisal memerintahkan agar pembunuhnya tidak akan dieksekusi. Penahanan dan eksekusiLaporan awal dipengadilan dijelaskan bahwa Faisal bin Musaid sebagai seorang yang tidak waras. Namun akhirnya ia dipindahkan ke sebuah penjara di Riyadh.[5] Ia dianggap waras untuk bisa disidang dalam sebuah pengadilan.[8] Pengadilan menemukan ia bersalah atas tindakan pembunuhan. Hanya beberapa jam setelah putusan pengadilan menjatuhkan vonis hukuman mati atasnya, iapun dipenggal didepan umum di Riyadh. Sedangkan saudaranya Bandar yang juga dimasukkan ke dalam penjara baru dibebaskan satu tahun kemudian.[2] MotifSebelumnya dia telah menjalani pengobatan kejiwaan di Beirut. Dendam atas kematian saudaranya dimasa lalu ditengarai membuat dia tidak menyukai sang paman. Selain itu keterlibatannya dengan obat-obatan terlarang dan narkotika menjadi salah satu motivasi dalam pembunuhan itu. Pejabat Saudi menyatakan bahwa tindakan pembunuhan itu sebagai kejahatan yang disengaja dan direncanakan. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa sang pembunuh telah mengatakan kepada ibunya tentang rencana pembunuhannya. Secara tersirat media Arab menyatakan bahwa pembunuhan itu atas perintah dan arahan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat.[5] Beberapa harian berita di Beirut menawarkan tiga penjelasan yang berbeda atas serangan itu. An-Nahar melaporkan bahwa serangan itu kemungkinan terjadi sebagai tindakan meruntuhkan tahta Wangsa Saud, karena Faisal dijadwalkan akan menikahi putri Saud - Putri Sita -. Dalam minggu yang sama.[9] An-Nahar juga melaporkan bahwa Raja Faisal telah mengabaikan protes terhadap kurangnya uang saku $ 3500 per bulan yang diterima oleh Faisal bin Musaid sehingga ia nekad melakukan pembunuhan.[9] Sementara Al Bayrak melaporkan bahwa menurut sumber-sumber Saudi handal, Raja Faisal melarangnya meninggalkan negara itu karena penggunaan alkohol yang berlebihan dan konsumsi obat-obatan selama ia berada di luar negeri dan serangan itu sangat mungkin merupakan pembalasan terhadap larangan tersebut.[9] Namun kepercayaan yang populer di Arab Saudi peristiwa itu adalah sebagai aksi konspirasi Barat untuk membunuh Raja Faisal.[10] Referensi
|