Heuzey dan seorang arsitek, Henri Daumet, terlibat dalam misi resmi pemerintah untuk mengumpulkan objek yang berhubungan dengan ekspansi Caesar. Mereka juga tertarik dengan artefak lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka.[4] Pada 1863, mereka menemukan relief timbul pada marmer Euforia Bunga tertanam pada dinding sebuah gereja di daerah Paleo-Loutro di Farsala. Heuzey mendapat informasi bahwa batu tersebut pada awalnya ditemukan di sebuah taman, dekat dengan batu lain yang belum di ekskavasi. Heuzey membeli batu tersebut dan mengirimkannya ke museum Louvre di Paris.[3][7] Sekembalinya di Prancis, Heuzy kemudian menjadi kurator di Louvre, di mana kemudian dia pensiun pada 1908.[4]
Deskripsi
Penjelasan detail dan penafsiran dari karya tersebut menjadi topik yang sulit sejak awal penemuannya pada abad ke-19. Akademisi sepakat pada beberapa aspek dan tidak sepakat pada aspek lainnya.[8] Pakar seni Yunani asal Inggris Martin Robertson menyatakan bahwa kedua wanita terlihat mengenakan pakaian terusan peplos yang umum ditemui pada periode klasik. Menurut penjelasan tertulis yang ditemukan pada basis data karya seni Atlas di Louvre, wanita tersebut juga mengenakan kekryphalos, hiasan kepala di gaya rambut Yunani-Roma, dan terlihat tengah memegang sejenis bunga yang kemungkinan adalah bunga poppy atau bunga markisa. Salah seorang wanita dalam ukiran tampaknya membawa sekantong bibit tanaman.[9]
Analisis
Dalam jurnalnya pada 1868, Heuzey berpendapat bahwa gambar pada nisan merupakan dewi Persephone (Kore) dan Demeter, bersumber dari ritual Kore dan legenda Demeter yang ditemukan dalam Nyanyian Homeric. Arkeolog dan sejarawan Prancis Maxime Collignon menjelaskan, "Heuzey percaya bahwa monumen ini merujuk pada penyembahan Core, putri dari Demeter, pendewaan yang menunjukkan legenda Yunani atas suburnya alam yang singkat tetapi terus berulang."[2] Arkeolog Prancis Olivier Rayet (1847–1887) tidak setuju dengan interpretasi yang diajukan Heuzy.[4] Sementara sudut pandang Heuzey masih cukup logis, pendapat ini tidak diterima oleh kebanyakan sejarawan seni. Menurut Proyek Perseus di Universitas Tuft, "kini pada umumnya disepakati...bahwa gambar itu merepresentasikan manusia biasa daripada dewi."[8]
Arkeolog Jerman Heinrich Brunn mengatakan bahwa bentuk hiasan Pharsalos pada nisan berasal dari Asia Minor. Mengikuti jalinan pemikiran tersebut, arkeolog Skotlandia Alexander Stuart Murray membandingkan ciri wajah pada nisan tersebut, seperti mata, bibir, dan hidung dengan ciri wajah yang ditemukan di relief Makam Harpy dari Xanthos di Lycia.[10] Kurator Amerika Edward Robinson menyatakan pengaruh filosofi Ionik pada karya ini dan karya lain dari zaman kuno Aeolia, yang kini menjadi Thessaly: "merupakan sebuah tanda tanya apakah karya-karya ini dilakukan oleh seniman lokal yang terinspirasi, atau oleh dari seniman Ionik yang bisa jadi bermukim di Thessaly, sebagaimana yang juga terjadi di bagian lain dari Yunani."[11] Pengaruh gaya Ionia juga bisa dilihat pada penggambaran jaring rambut yang dikenakan oleh wanita dalam relief.[12]
Akademisi asal Prancis Charles Picard (1883–1965) berpendapat bahwa jika struktur nisan direkonstruksi,[note 1] fragmen bagian bawah yang hilang akan menggambarkan wanita pada sebelah kiri tengah berdiri dan wanita di sebelah kanan tengah duduk:[13][14]
Tidak ada yang dapat menjelaskan pola acak dari pakaian, sabuk tinggi di siluet (dalam pinggiran) dari wanita yang lebih tua... tanpa menyatakan bahwa dia tengah duduk dengan bagian tangan kirinya bersandar pada pahanya. Hanya itulah penjelasan yang memungkinkan. Kemudian hanya itulah penjelasan yang masuk akal, adanya lekukan yang cukup besar pada pakaian yang keluar dari bahunya lekukan yang seharusnya jatuh vertikal jika wanita dalam posisi berdiri. Di bagian kanan, perlu juga diingat bahwa seluruh lekukan sangat menghadap ke depan, sehingga melewati garis tengah nisan, yang dtandai oleh bunga kejayaan dan tangan yang berdekatan. Sementara wanita di sebelah kiri, meskipun kelanjutan lekukan pada umumnya lebih langsung - sebagaimana umumnya ada pada postur bediri - beberapa darinya, secara unik terlingkar ke arah depan, contohnya pada lubang kanan di sebelah kiri. Kondisi itu dapat secara sederhana dipahami tanpa perlu mengingat pengaruh pendukung dari kaki wanita yang duduk. Lekukan dari lengan baju Kore, yang dalam 1939 saya gambar sedikit terlalu pendek dalam bagian bawahnya, berlanjut pada paha, di mana lekukan tersebut berada.[15]
Arkeologklasi Jeran Roland Hampe (1908–1981) tidak setuju dengan hipotesis Picard yang menyatakan bahwa ukuran dari pakaian sebenarnya menunjukkan bahwa kedua wanita tengah berdiri, tidak duduk.[13]
Bunga
Secara umum disetujui bahwa tanaman yang digambarkan pada nisan adalah antara bunga Poppi atau bunga markisa.[9] Namun, arkeolog klasik dan sejarawan seni Yunani kuno mendiskusikan jenis literatur yang berbeda: Akademisi Jerman Ernst Langlotz (1895–1978) menyatakan bahwa wanita dalam gambar tersebut tengah memegang sejenis bunga mawar;[13] Picard menyadari simbolisme dari Demeter dan Kore dan mengidentifikasikan bunga tersebut sebagai bunga Poppy, kemungkinan poppy opium, poppy oriental, atau poppyv Iran.[13][15] Akademisi Jerman Eugen Petersen (1837–1919) mengusulkan bahwa tangan kiri figur tersebut memegang tulang kaki (talus bone dari kambing atau domba yang biasanya digunakan dalam permainan jacks) dan di tangan kanannya memegang mawar; Hampe berpendapat bahwa nisan tersebut hanya menunjukkan knucklebones, bukan bunga.[13]
Pada 1911, akademisi dan arkeolog Yunani Rufus B. Richardson, sebelumnya anggota American School of Classical Studies at Athens, menemukan bahwa bunga pada relief tersebut terlihat mirip jamur.[16] Pengklasifikasi asal Inggris Robert Graves dan ahli tanaman Italia Giorgio Samorini telah menyatakan bahwa Euforia Bunga merupakan bukti atas hipotesis enteogen, sebuah spekulasi bahwa bunga yang digambarkan dalam karya tersebut sebenarnya sejenis jamur psikoaktif yang digunakan pada Misteri Eleusinian.[17][18] Pengklasifikasi asal Amerika Carl A. P. Ruck menyatakan pendapat serupa.[19] Meskipun hipotesis enteogen kontroversial dan secara umum ditolak kebanyakan akademisi,[note 2] dalam ulasan atas Die Stele aus Pharsalos im Louvre karya Hampe(1951), Picard menyatakan bahwa "orang-orang mungkin semakin tersadarkan bahwa Pharsalos benar-benar pusat dari Eleusinian".[15]
Nama lain
Karya ini disebut dengan berbagai nama dalam karya sastra. Nama-nama tersebut di antaranya:
^Pindaian gambar oleh German Archaeological Institute (DAI) dan Archaeological Institute dari Universitas COlogne menyatakan adanya bagian fragmen bawah yang hilang. It is available here. For the main object record, see here.
^Samorini (1998) menulis: "relief timbul ini membawa kita ke inti dari 'pertanyaan Eleusinian', misterinya, dan topik kontroversial dari psikofarmakologi enteogen Eleusinian. Peneliti baru saja menyatakan keraguan yang lebih dalam dan menulis hipotesis yang diajukan oleh Wasson, Hofmann & Rck pada 1978 bahwa ergot dan alkaloid predikisnya merupakan kunci psikofarmakologi dari misteri Eleusinian..."
^Trendall, Arthur Dale (1972). Notes on Greek and Roman Art. Universitas Melbourne p. 29.OCLC1943697.
^Ward, Gerald W. R. (2008). The Grove Encyclopedia of Materials and Techniques in Art. Oxford University Press. p. 570. ISBN 978-0-19-531391-8. OCLC475021534.
^Ruether, Rosemary Radford (2006). Goddesses and the Divine Feminine: A Western Religious History. University of California Press. p. 70. ISBN 978-0-520-25005-5. OCLC441816393.
^Tominaga, Soichi; Takaaki Matsushita (1970). Discovery of Harmony. Expo Museum of Fine Arts. p. 75. OCLC135246.