Enoch AtmadibrataEnoch Atmadibrata (19 November 1927 – 15 April 2011) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan. Enoch Atmadibrata merupakan salah satu penerima Penghargaan Seniman Senior Indonesia Mestro Seni Tradisi dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2009) dan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2003). Enoh tercatat sebagai perintis berdirinya STSI Bandung dan Fakultas Ilmu Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung[1] Latar belakangEnoch Atmadibrata lahir di Garut, Hindia Belanda, 19 November 1927. Sejak usia muda, dia sudah tertarik di bidang seni, utamanya seni tari. Setelah perang kemerdekaan, ia mendalami minatnya dengan meneruskan pendidikan di Badan Kesenian Indonesia (BKI), Bandung. Kali pertama belajar menari klasik Sunda dari Raden Gandjar pada tahun 1943. Selanjutnya setelah ia belajar menari kepada R. Tjetje Somantri dan belajar menari wayang dari Moh. Sari Redman di Perkumpulan Kesenian Wirahma Sari Bandung (1950-1957). Sedangkan tari topeng Palimanan dia timba dari Bi Dasih (1960). Tapi, Enoh baru benar-benar mengawali debutnya sebagai penari sejak berguru kepada Sambas Wirakusumah di Rancaekek, semasa kuliah di Institut Teknologi Bandung. Enoch Atmadibrata menulis naskah wayang orang antara lain Jabang Tutuka (1957), yang di pentaskan oleh perkumpulan DAMAS di Bandung. Ia juga menciptakan tari Cendrawasih (1959), tari kreasi tari yang diiringi gamelan degung disertai kacapi suling dan gendang yang diciptakannya untuk memberikan semangat kepada masyarakat Papua dalam memperjuangkan kesetaraan hak sebagai warga negara Indonesia. Ciptaan tari lainnya antara lain: Katumbiri (Pelangi, 1960), Puspalaras (1960), dan Hujan Munggaran (Hujan Pertama, 1962) yang diiringi Gending Wanda Anyar (Mang Koko-an). Selain itu, dia menciptakan sendratari Lutung Kasarung (1963), Mundinglayadi Kusumah (1981), Sangkuriang (1981), dan Si Congcorang (1991).[2] [3] Tahun 1974 Enoch Atmadibrata ditarik ke lingkungan Sekretriat Provinsi Jawa Barat untuk mengurusi tugas-tugas yang ada hubungannya dengan kesenian antara lain, memimpin Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional daerah Jabar (1975-1985). Tahun 1979 menjadi Ketua Bidang Studi Pendidikan Seni Tari pada jurusan Pendidikan Seni Drama-Tari dan Musik Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra IKIP Bandung. Ia juga mengajar di Jurusan Sinematografi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (1981). Aktivitas lainnya adalah mengikuti Asean Cultural Preservation (1961), Konferensi Asia and Pacific Culture Preservation di Santa Cruz, California, Amerika Serikat (1977), Asian Performing Art di Kuala Lumpur, Malaysia (1978), Festival of Asian Performing Arts di Hongkong (1978), Konferensi Southeast Asean Cultural Preservation di Denpasar, Bali (1980), Asean Cultural Conference di Jakarta (1981). Tahun 1986, ia mendirikan padepokan kesenian Sunda Tutuka. Ceramahnya di pertengahan tahun 1968 tentang tarian Sunda di Konservatori Tari (kini STSI) mengundang decak kagum perwakilan Institute of Ethnomusicology University of California (UCLA). Saat itu, ia memaparkan pentingnya pengemasan pertunjukan dan dokumentasi dalam berbagai kesenian rakyat. Atas gagasannya itu, perwakilan dari University of California memberikan beasiswa kepadanya untuk belajar di Amerika Serikat.[4][5] Karier
Karya
Bibliografi
Pencapaian
Referensi
|