Elspeth Huxley
Elspeth Joscelin Huxley CBE (binti Grant; 23 Juli 1907 – 10 Januari 1997)[1] adalah seorang penulis, jurnalis, penyiar, hakim, pencinta lingkungan, petani, dan penasihat pemerintah asal Inggris.[2] Huxley menulis lebih dari 40 buku, termasuk bukunya yang paling terkenal, The Flame Trees of Thika dan The Mottled Lizard, berdasarkan masa mudanya di sebuah perkebunan kopi di Kenya Britania. Suaminya, Gervas Huxley, adalah cucu dari Thomas Huxley dan sepupu dari Aldous Huxley.[3] Kehidupan awalNellie dan Mayor Josceline Grant, orang tua Elspeth, tiba di Thika yang pada waktu itu masuk wilayah Afrika Timur Britania pada tahun 1912, mereka memulai kehidupan sebagai petani kopi dan menjadi pemukim kolonial. Elspeth, berusia enam tahun, tiba pada bulan Desember 1913, lengkap dengan pengasuh dan pelayannya.[4] Huxley diasuh dengan cara yang tidak konvensional; dia "hampir diperlakukan seperti bingkisan, diteruskan dari tangan ke tangan".[4] Dalam bukunya tahun 1959 The Flame Trees of Thika, Huxley mengeksplorasi bagaimana tidak siapnya para pemukim awal Inggris untuk menghadapi kehidupan di pedesaan Afrika, buku ini diadaptasi menjadi serial televisi pada tahun 1981. Elspeth dididik di sebuah sekolah khusus kulit putih di Nairobi. Dia meninggalkan Afrika pada tahun 1925, meraih gelar di bidang pertanian dari Universitas Reading, Inggris dan kuliah di Universitas Cornell di Upstate New York.[2] Elspeth kembali ke Afrika secara berkala. Dia menikah dengan Gervas Huxley, putra dokter Henry Huxley (1865–1946) pada tahun 1931. Mereka memiliki satu putra, Charles, yang lahir pada Februari 1944. KarierHuxley diangkat sebagai Asisten Pejabat Pers Empire Marketing Board pada tahun 1929. Namun, ia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 1932 agar dapat bepergian dengan leluasa. Huxley mulai menulis tidak lama setelah pernikahannya; bukunya yang pertama, White Man's Country: Lord Delamere and the making of Kenya tentang pemukim kulit putih yang terkenal, diterbitkan pada tahun 1935. Buku Huxley yang terbit tahun 1939 Red Strangers menggambarkan kehidupan suku Kikuyu, Kenya di masa kedatangan pemukim Eropa pertama. Naskah itu dikirim pertama kali kepada penerbit Macmillan, tetapi Harold Macmillan, yang kemudian bekerja untuk perusahaan keluarganya, setuju untuk menerbitkannya tetapi dengan beberapa bagian yang dihilangkan, termasuk deskripsi grafis khitan pada wanita. Huxley menolak, dan buku itu akhirnya diterbitkan oleh Chatto & Windus. Huxley mengingat kejadian tersebut dan berkata: "Saat itu benar-benar hari yang bahagia bagi saya, karena Perdana Menteri masa depan kita (Harold Macmillan kemudian menjadi Perdana Menteri Inggris tahun 1942) tidak dapat mengenyahkan "klitoridektomi" (pengangkatan sebagian atau seluruh bagian klitoris).[4] Buku ini diterbitkan ulang oleh Penguin Books pada tahun 1999 dan juga oleh Penguin Classics pada tahun 2000; Richard Dawkins memainkan peran penting dalam menerbitkan kembali buku itu, dan menulis kata pengantar untuk edisi baru. Karyanya meliputi 42[4] buku termasuk sepuluh karya fiksi dan 29 buku non-fiksi, serta ribuan pamflet dan artikel. Selama Perang Dunia Kedua, Huxley menjadi penyiar radio BBC.[4] Pada tahun 1960, Huxley diangkat menjadi anggota Komisi Penasihat Independen Tinjauan Konstitusi Federasi Rhodesia dan Nyasaland (Komisi Monckton). Di awal kehidupannya ia adalah seorang pembela kolonialisme, seiring berjalannya waktu Huxley kemudian menyerukan kemerdekaan bagi negara-negara Afrika.[3] Selama tahun 1960-an, ia menjabat sebagai koresponden untuk majalah National Review.[3] Christine S. Nicholls menulis biografi Elspeth Huxley: A Biography (Harper Collins, 2002). Huxley adalah sahabat Joy Adamson,[3] penulis Born Free, serta disebutkan dalam biografi Joy dan George Adamson berjudul The Great Safari. Elspeth Huxley menulis kata pengantar untuk autobiografi Joy The Searching Spirit. KematianHuxley meninggal pada 10 Januari 1997 dalam usia 89 tahun, di sebuah panti jompo di Tetbury, Gloucestershire, Inggris.[2] Tanda jasaKarya-karyanyaFiksi
Non-fiksi
Referensi
|