ElektroterapiElektroterapi yaitu penggunaan alat terapi dengan memberikan arus bolak-balik pada tubuh manusia yang frekuensinya lebih dari 500.000 putaran per detik, akan tetapi tidak memberikan rangsangan terhadap saraf sensorik dan motorik.[1] Sumber lain menjelaskan bahwa elektroterapi adalah penggunaan arus listrik untuk perawatan medis.[2] Pada tahun 1855, Guillaume Duchenne yang merupakan seorang yang mengembangkan elektroterapi, menjelaskan bahwa bergantian unggul untuk mengarahkan saat eletroterapetik memicu kontraksi otot.[3] Dalam hal itu pemanasan akan mempengaruhi arus searah di permukaan kulit, karena pada kekuatan tegangan listrik yang dibutuhkan untuk kontraksi otot, mereka menyebabkan kulit melepuh (pada anode) dan berlubang (di katode).[3] Selain itu, dengan arus searah setiap kontraksi yang dibutuhkan saat ini harus dihentikan dan dimulai kembali.[3] Selain itu arus bolak-balik bisa menghasilkan kontraksi otot yang kuat terlepas dari kondisi otot, sedangkan kontraksi akibat induksi elektromagnetik arus searah akan menguat jika otot kuat, dan melemah jika otot lemah.[3] Dalam medis, elektroterapi mulai berkembang dengan menggunakan alat-alat yang lebih baru dan labih canggih, diantaranya adalah elektroterapi elektrode. Bentuk pengobatan ini sekarang dapat diterima secara luas dalam kalangan medis.[2] Asosiasi terapi fisik Amerika telah menyatakan bahwa memiliki pulsa arus listrik melalui elektroterapi elektrode ini adalah diterima pengobatan untuk beberapa kondisi medis.[2] Salah satu penggunaan populer pengobatan adalah untuk manajemen nyeri, terutama nyeri sendi.[2] Ketika diterapkan pada sendi, pengobatan telah ditemukan untuk menjadi lebih efektif dalam memungkinkan orang untuk memindahkan mereka sendi melalui jangkauan gerak yang lebih luas.[2] Hal ini terjadi karena pengobatan ini membantu meregangkan otot-otot yang kontrak dan jaringan.[2] Mirip dengan pijat deep tissue.[2] ElektrodePemasangan elektrode pada tubuh manusia dapat digunakan untuk terapi. Pemanfaatan ini diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa arah qi pada meridian manusia sama dengan arah pengaliran arus listrik. Pada kondisi sehat, qi mengalir dari potensial positif menuju ke potensial negatif. Sebaliknya, qi di bagian kanan dan kiri tubuh manusia saling berlawanan ketika dalam keadaan sakit. Pemasangan elektrode dapat mengembalikan keseimbangan posisi qi dan menyehatkan tubuh manusia. Metode yang digunakan ada dua macam yaitu pemasangan elektrode pada satu meridian dan pemasangan elektrode pada banyak meridian.[4] Teknik akupunktur dimanfaatkan dalam menentukan titik-titik meridian yang akan dipasangi elektrode. Pada metode satu meridian, elektrode dipasang pada dua titik akupunkuntur. Ketentuannya adalah titik akupunktur dengan nomor kecil dipasangi elektrode bermuatan positif, sedangkan elektrode bermuatan negatif dipasangkan pada titik akpunktur bernomor besar. Pemasangan elektrode ini kemudian menyelaraskan arah qi sesuai dengan arah meridian. Pada dua titik meridian yang berbeda, ketentuan yang sama juga berlaku. Hal yang dilarang dalam metode terapi ini adalah memasangkan elektrode secara menyilang di dua titik meridian. Persilangan ini tidak boleh diterapkan pada meridian sisi kiri dan meridian sisi kanan secara bersamaan. Titik akupunktur yang dipasangi elektrode juga harus berjumlah genap. Metode terapi ini dapat diberlakukan untuk tonifikasi maupun sedasi. Perbedaannya hanya pada tingkat frekuensi yang digunakan. Tonifikasi dilakukan dengan frekuensi rendah, sedangkan sedasi dengan frekuensi tinggi.[4] Pemasangan elektrode pada tubuh manusia dapat menghasilkan potensial kehidupan. Hal ini merupakan dampak dari mekanisme reaksi yang timbul pada tubuh manusia ketika dialiri arus searah. Reaksi yang timbul ialah konduksi listrik, polarisasi dielektrik dan pengaturan diri sendiri oleh sistem imun. Ion dan elektron akan mengalir melalui cairan tubuh ketika elektrode ditempelkan ke kulit manusia. Pengaliran elektron ini berlaku dalam skala sel dan dipengaruhi oleh konsentrasi muatan listrik di dalam partikel. Kondisi ini mengaktifkan perangsang yang mengakibatkan polarisasi dielektrik antara muatan positif dan muatan negatif. Di dalam sel timbul kutub ganda yang sejajar dengan arah garis gayapada medan listrik. Hal ini kemudian menimbulkan potensial listrik yang berlawanan akibat induksi elektromagnetik dan perlawanan dengan tegangan listrik dari luar sel. Perlawanan ini kemudian mengaktifkan sistem imun seluler yang kemudian melawan beda energi listrik di dalam tubuh manusia. Potensial kehidupan kemudian terbentuk melalui reaksi energi kimia yang tersimpan di dalam energi listrik. Penyimpanan energi kimia di dalam tubuh manusia berupa biomassa.[5] RujukanCatatan kaki
Daftar pustaka
|