Kampanye Usamah berhasil dan pasukannya adalah pasukan Muslim pertama yang berhasil menginvasi dan menyerbu wilayah Bizantium, sehingga membuka jalan bagi penaklukan Muslim selanjutnya atas Suriah dan Penaklukan Muslim atas Mesir, yang keduanya terjadi selama masa hidup Usamah.
Latar belakang
Pertempuran Mu'tah terjadi pada bulan September 629 di dekat desa Mu'tah, sebelah timur Sungai Yordan dan Karak, antara pasukan Muhammad dan pasukan Kekaisaran Bizantium yang bersama pengikut Arab Kristen Ghassaniyah mereka. Dalam sumber-sumber sejarah Islam, pertempuran tersebut biasanya digambarkan sebagai upaya kaum Muslim untuk membalas dendam terhadap Ghassaniyah setelah seorang pejabat Ghassan mengeksekusi utusan Muhammad yang sedang dalam perjalanan ke Busra.[4] Tentara Muslim menjadi kewalahan[5][6] setelah tiga pemimpin Muslim (termasuk ayah Usamah, Zaid bin Haritsah), terbunuh. Komando pasukan diberikan kepada Khalid bin Walid dan dia berhasil menyelamatkan sisa pasukan.[5] Pasukan Muslim yang selamat mundur ke Madinah.
Persiapan
Setelah Haji Perpisahan pada tahun 632, Muhammad menunjuk Usamah sebagai komandan pasukan ekspedisi yang akan menginvasi wilayah Balqa di Kekaisaran Bizantium. Tujuan yang dinyatakan dari ekspedisi ini adalah untuk membalas kekalahan Muslim di Pertempuran Mu'tah, di mana ayah Usamah dan anak angkat Muhammad, Zaid bin Haritsah, telah terbunuh.[3][7]
Pada awalnya, sejumlah tokoh Muslim menolak pengiriman ekspedisi dan memprotes Muhammad. Mereka beralasan bahwa Usamah masih terlalu muda untuk jabatan komandan. Muhammad yang sedang sakit kemudian terpaksa dibawa untuk menemui orang-orang muslim yang protes.[8]Al-Bukhari mencatat dalam kitab sahih-nya,
Nabi menunjuk Usamah sebagai komandan pasukan [untuk dikirim] ke Suriah. [Tetapi] Orang-orang Muslim berbicara tentang Usamah [tidak menyukainya]. Nabi menemui mereka [dan] berkata, "Saya telah diberitahu bahwa Anda telah membicarakan [protes mengenai pemgangkatan] Usamah. [Ketahuilah bahwa] dia adalah orang yang paling saya cintai dari semua orang"
Usamah mengumpulkan pasukan sekitar 3000 orang, 1000 di antaranya adalah prajurit kavaleri, dan Abu Bakar juga bergabung dengan Usamah dalam kampanye. Usamah juga telah mengirim mata-mata ke wilayah tersebut, dari situ dia mengetahui bahwa musuh masih tidak menyadari kedatangan pasukannya yang akan segera terjadi.[9]
Namun, karena kematian Muhammad pada 8 Juni, kampanye tersebut ditunda dan Abu Bakar (m. 632–634) terpilih sebagai Khalifah di Madinah.[10] Dengan kematian Muhammad, beberapa pemimpin dan warga Muslim kembali menolak untuk pergi di bawah komando Usamah dengan alasan yang sama.[11] Beberapa sahabat Muhammad, kemudian berbicara dengan Umar dan memintanya membujuk Abu Bakar untuk menggantikan Usamah sebagai panglima tentara dengan mereka yang lebih tua dan berpengalaman.[2] Namun Abu Bakar marah dan tidak menerima alasan Umar yang dianggapnya telah berusaha membatalkan keputusan Muhammad.[12] Abu Bakar kemudian menggelar pertemuan syura dan menepis kekhawatiran ini.[13]
Abu Bakar berada di bawah tekanan besar sehubungan dengan ekspedisi ini karena pemberontakan dan kemurtadan yang meningkat di seluruh Arab,[14] tetapi dia bertekad menegaskan kembali keputusan Muhammad dan mengirim ekspedisi di bawah kepemimpinan Usamah.[15][16]
Ekspedisi
Menurut ath-Thabari, sebelum Usamah keluar dan menyerbu penduduk Suriah, Abu Bakar memerintahkan Usamah untuk mengikuti sepuluh aturan perang.[17]Hadis sepuluh aturan Abu Bakar juga disebutkan dalam seri Hadis Sunni al-Muwattha:[18]
Kemudian (Abu Bakar) berkata, "Hai manusia, berhentilah. Saya perintahkan kepada kalian sepuluh [perkara]: Jangan berkhianat, jangan memutilasi [mayat-mayat], jangan membunuh anak-anak kecil, jangan membunuh orang-orang yang [sudah] tua, jangan menebang pohon-pohon kurma dan jangan membakarnya, jangan menebang pohon yang sedang berbuah, dan jangan menyembelih domba, sapi atau unta kecuali [untuk] dimakan. Kelak, kamu akan melewati orang-orang yang sedang beribadat di gereja, maka biarkanlah mereka dalam peribadatan mereka. Kelak, kamu akan melewati orang-orang yang menyumbangkan makanan dan bejana berisi air, maka ambil dan makanlah dengan menyebut nama tuhanmu. Kelak kalian akan berhadapan dengan orang-orang yang menghunuskan pedangnya dan menutup dirinya rapat-rapat dengan benteng dan perisai, maka hadapilah mereka dengan nama tuhanmu yang maha besar!"[17]
Ath-Thabari menyatakan bahwa ekspedisi tersebut berhasil, dan pasukan Usamah yang mencapai wilayah Suriah menjadi pasukan Muslim pertama yang berhasil menyerang wilayah Bizantium, sehingga membuka jalan bagi penaklukan Muslim berikutnya atas Suriah dan Mesir dari Kekaisaran Bizantium. Ath-Thabari mencatat,[17]
[Pasukan Usamah] maju dengan cepat ke lembah Dzul Marwah dan akhirnya melakukan apa yang diperintahkan Nabi kepadanya. Dia menyebarkan pasukan berkuda di antara suku-suku Quda'a (yang merupakan pengikut Ghassaniyah) dan menyerang [suku] Abil. Dia mengambil tawanan dan barang rampasan yang berlimpah, dan menyelesaikan misinya dalam waktu empat puluh hari, kemudian kembali."
^"Abu Bakr | Biography & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-06. He suppressed the tribal political and religious uprisings known as the riddah (“political rebellion,” sometimes translated as “apostasy”), thereby bringing central Arabia under Muslim control.
^Aboul-Enein, H. Yousuf and Zuhur, Sherifa, Islamic Rulings on Warfare, p. 22, Strategic Studies Institute, US Army War College, Diane Publishing Co., Darby PA, ISBN1-4289-1039-5
El Hareir, Idris; M'Baye, El Hadji Ravane (2011). The Different Aspects of Islam Culture: Volume 3, The Spread of Islam throughout the World. UNESCO publishing.