Ekspedisi Linois ke Samudra HindiaEkspedisi Linois ke Samudra Hindia adalah operasi perampokan dagang yang dilancarkan oleh Angkatan Laut Prancis pada masa Peperangan Napoleon. Contre-Admiral Charles-Alexandre Durand Linois diutus ke Samudra Hindia dengan kapal Marengo pada bulan Maret 1803 dikawal tiga fregat tidak lama menjelang Perdamaian Amiens. Ketika perang antara Britania Raya dan Prancis pecah bulan September 1803, Marengo sedang berlabuh di Pondicherry bersama tiga fregat pengawalnya, tetapi berhasil kabur dari sergapan armada Britania dan tiba di Isle de France (sekarang Mauritius). Jarak yang jauh antara pangkalan laut di Samudra Hindia dan sumber daya Britania yang terbatas di kawasan tersebut menyulitkan pengerahan pasukan besar-besaran. Linois pun mampu melanjutkan pelayarannya selama tiga tahun. Dari Isle de France, Linois dan armadanya memulai serangkaian serangan terhadap kapal-kapal dagang Britania di Samudra Hindia Timur, khususnya konvoi East Indiaman yang melindungi perdagangan di dalam Imperium Britania dan penting bagi kelangsungan ekonomi Britania. Meski ia berhasil menyerang kapal-kapal dagang individu dan pos dagang kecil di Bencoolen (Bengkulu), kemampuan militer armada Linois untuk pertama kalinya diuji di Pertempuran Pulo Aura tanggal 15 Februari 1804. Linois menyerang Armada Cina Britania yang tidak dilindungi dan terdiri dari 16 kapal East Indiaman dan 14 kapal lain, tetapi ia gagal membuktikan superioritas militernya dan mundur tanpa menaklukkan satu kapalpun. Pada bulan September 1804, Linois menyerang konvoi kecil Britania di Vizagapatam di Teluk Bengal dan mencaplok satu kapal, tetapi lagi-lagi diusir oleh pasukan Britania yang sebenarnya kalah kuat. Kerusakan yang dialami Marengo sepulangnya ke Isle de France sangat parah sampai-sampai kapal ini perlu dirombak habis-jabisan di Grand Port. Setelah berlayar di Laut Merah dan Samudra Hindia tengah, tempat Linois diusir dari konvoi besar Britania oleh pasukan Britania yang inferior, ia memutuskan pulang ke Eropa lewat Tanjung Harapan Baik. Dalam perjalanan pulang, armada Linois melintasi perairan jelajah armada Britania yang terlibat kampanye Atlantik 1806 dan ditaklukkan oleh pasukan Britania yang lebih kuat dalam Aksi 13 Maret 1806, tiga tahun setelah Linois meninggalkan Prancis. Aktivitas Linois di Samudra Hindia memicu kepanikan dan gangguan di seluruh kawasan Samudra Hindia, tetapi kapal-kapal dagang Britania tidak mengalami banyak kerusakan dan serangan Linois justru lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Di Prancis, Napoleon berang dan menolak menukarkan Linois dengan tawanan perwira Britania selama delapan tahun. Linois dan awaknya menjadi tawanan perang sampai tahun 1814.[butuh rujukan] Latar Belakang Pada abad ke-19, Samudra Hindia adalah kanal utama perdagangan orang Inggris, menghubungkan Inggris dan koloni koloninya dan pos perdagangan di Timur Jauh. Grup kapal dagang, termasuk Indiamen Timur Besar, berlayar dari pelabuhan di China, Asia Tenggara dan koloni baru dari Botani Bay di Australia, serta koloni Portugis di Samudra Pasifik. Memasuki Samudra Hindia, mereka bergabung dengan grup kapal besar dari India Inggris yang membawa jutaan pound barang perdagangan ke Inggris setiap tahun. Bersama kapal kapal ini mengarungi Samudra Hindia dan mengitari Tanjung Harapan, berlayar ke utara sampai akhirnya mencapai perairan Eropa. Berlabuh di salah satu pelabuhan utama Inggris, kapal kapal ini meletakkan barang barang dan membawa kargo untuk perjalanan pulang. Hal ini sering terdiri dari bala bantuan untuk Perusahaan Kebanggaan India Timur (HEIC), yang kepemilikannya di India terus berkembang dengan mengorbankan negara-negara tetangga. Pada saat Perang Revolusi Prancis (1793-1801), kapal perang Prancis beroperasi dari Reunion dan Mauritius, koloni Prancis di Samudra Hindia menentang rute perdangangan Inggris. Meskipun terlindungi dari Angkatan Laut Kerajaan dan Armada Kapal dari HEIC, terdapat juga kerugian dalam kapal kapal individual, khususnya "kapal kapal negara": kapal kapal yang lebih kecil dan lebih lemah yang kurang mampu mempertahankan diri dari besarnya Indiamen Timur. Banyak kerugian yang di sebabkan oleh kapal perang, khususnya kapal-kapal Robert Surcouf, yang di tangkap oleh Indiamen Timur Kent pada tahun 1800 dan pensiun pada keuntungan tersebut. Namun, kerugian-kerugian tersebut hanya sebagian kecil dari kapal perdangangan Inggris yang mengarungi Samudra Hindia: grup perdangangan terus melanjutkan dan tidak terganggu pada konflik tersebut. Pada tahun 1801, Perdamaian Amiens yang berumur pendek mengakhiri perang, mengizinkan Prancis memperkuat koloni mereka di Samudra Hindia, termasuk Pondicherry di Teluk Benggala, kota pelabuhan India. Fitur lain dari Perang Revolusi Prancis adalah efek dari pemblokiran Inggris terhadap pergerakan Prancis. Angkatan Laut Kerajaan mempertahankan pemblokiran dekat yang aktif pada kebanyakan pelabuhan Prancis selama konflik tersebut, yang mengakibatkan setiap kapal Prancis yang meninggalkan pelabuhan menghadapi serangan dari pasukan dan kapal individu yang berpatroli terhadap Prancis dan pantai sekutunya. Kerugian Angkatan Laut Prancis atas strategi ini termasuk tinggi, dan pemblokiran tersebut sangat efektif bahkan setiap gerakan antar pelabuhan sepanjang pantai Prancis dibatasi. Jarak yang besar antara pangkalan Prancis di Reunion dan Mauritius dan pangkalan Inggris di India membuktikan pemblokiran dekat yang aktif sangat efektif di Samudra Hindia. Urutan pertempuran
Catatan kaki
Referensi
|