Ekolinguistik

Ekolinguistik adalah ilmu bahasa interdisipliner dengan menyandingkan ilmu tentang lingkungan atau ekologi dengan bahasa atau linguistik. Ekolinguistik hadir sebagai kajian hubungan timbal balik antara bahasa dan lingkungan atau lingkungan dan bahasa yang bersifat fungsional. Ekolinguistik mengkaji bahasa-bahasa yang hadir, digunakan dan hidup dari masyarakat di dalam lingkungan tertentu. Bahasa tidak terlepas dari pengaruh adany perubahan ekologis di dalam lingkungannya.

Tulisan New Ways of Meaning: A Challenge to Applied Linguistics (1990) Michael Halliday sering dianggap sebagai karya yang mendorong munculnya bidang kajian ekolinguistik.[1] Dua pendekatan utama yang dipakai dalam ekolinguistik adalah analisis wacana eko-kritis dan ekologi linguistik.

Parameter

Ada 3 parameter ekologi yang menjadi landasan teoritis dalam kajian ekolinguistik, ketiganya diaplikasikan secara bersamaan dalam kajian ekolinguistik.

  1. Parameter Lingkungan (Environment) : Dalam lingkungan, bahasa hadir, hidup dan digunakan para penutur bahasa di lingkungannya sehingga bahasa hadir dalam komunikasi dan hidup dalam segala kegiatan interaksi. Di lingkungan jenis-jenis flora dan fauna yang hidup bersama dengan manusia, sebagian besar dikenal dan terekam kognitif kelompok tuturnya, tersimpan dalam perbendaharaan kata, teks verbal, dan wacana.
  2. Parameter Keragaman (Diversity) :
  3. Parameter Interrelation, Interaction, dan Interdepedence

Pranala luar

Catatan kaki

  1. ^ Haliday, M.A.K. (1990). New Ways of Meaning: A Challenge to Applied Linguistics.
Kembali kehalaman sebelumnya