Ee Hoe Hean ClubEe Hoe Hean Club (Hanzi sederhana: 怡和轩俱乐部; Hanzi tradisional: 怡和軒俱樂部; Pinyin: Yíhéxuān jùlèbù), yang didirikan pada 1895 dan terletak di Jalan Bukit Pasoh di Chinatown, adalah sebuah klub milioner di Singapura. Disamping berfungsi sebagai klub sosial dan bisnis, para anggota klub tersebut aktif terlibat dalam perkembangan politik China pada awal abad ke-20. Klub tersebut mendukung Revolusi Xinhai 1911 yang meruntuhkan Dinasti Qing, dan kemudian pendirian Republik China. Pada Perang Dunia II, tempat tersebut menjadi markas besar Gerakan Penyelamat Tiongkok anti-Jepang di Asia Tenggara dari 1937—1942. Pada 18 Oktober 1995, klub tersebut dijadikan sebagai Situs Warisan oleh Badan Warisan Nasional Singapura.[1] SejarahDidirikan pada 1895 oleh Lim Nee Soon, Gan Eng Seng dan Lim Boon Keng,[2] Ee Hoe Hean Club dengan ketinggian tiga lantai tersebut awalnya berada di Bukit Duxton namun berpindah ke Jalan Bukit Pasoh pada 1925. Klub tersebut merupakan sebuah klub sosial sekaligus bisnis dimana para pengusaha Tionghoa yang berpikiran sama saling bertukar pikiran. Para anggotanya seperti Teo Eng Hock, Tan Chor Nam dan Lim Nee Soon secara aktif terlibat dalam Revolusi Xinhai dan kemudian pendirian Republik China.[1] Salah satu pengunjung paling terkenal di rumah klub tersebut meliputi Sun Yat-sen dan Jawaharlal Nehru.[3] Pada 1923, dimana para pengusaha, pemimpin masyarakat dan filantropis Tionghoa Tan Kah Kee, yang dikenal sebagai Raja Karet dari Singapura dan Malaya, dijadikan ketua klub tersebut, fokusnya berubah dari sebuah klub bisnis dan sosial secara murni menjadi salah satu kelompok yang aktif berpolitik. Tan Kah KeeLahir pada 1874 di Fujian, China, Tan datang ke Singapura pada usia 16 tahun untuk bergabung dengan usaha ayahnya. Pada 1904, Tan membuat usaha miliknya sendiri dengan menjual nanas dan beras dan membuat pabrik karet alam dan sepatu. Usaha karet Tan berkembang dan, dalam perkembangannya, ia menyumbangkan uangnya ke beberapa sekolah dan mendirikan Universitas Amoy (sekarang Universitas Xiamen). Namun, loyalitas Tan masih tertuju pada tanah airnya dan ia menyuarakan dukungan perlawanan terhadap para penguasa Qing saat Revolusi Xinhai. Pada waktu itu, karya filantropi dan inslinasi politik Tan membuatnya menjadi tokoh terkenal dari kalangan Tionghoa di Singapura dan China.[4] Lihat pulaCatatan
Daftar pustaka
|