Dwi KoendoroDwi Koendoro Brotoatmodjo (juga dikenal sebagai Dwi Koen atau Pak DeKa,[1] 13 Mei 1941 – 22 Agustus 2019)[2] adalah kartunis, ilustrator, sutradara, dan animator Indonesia, dikenal terutama dengan karya strip komik Panji Koming yang dimuat di surat kabar Kompas edisi Minggu. Kehidupan awalDwi Koen lahir pada 13 Mei 1941 di Banjar, Jawa Barat, sebagai anak kedua dari enam bersaudara[3] dari ayah R. Soemantri Brotoatmodjo, seorang insinyur teknik, dan ibu R.R. Siti Soerasmi Brotopratomo, seorang perias pengantin.[4] Ia tumbuh dan menamatkan sekolah dasarnya di Bandung, Jawa Barat. Selepas menamatkan SMP di Surabaya, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Seni Rupa Indonesia jurusan Seni Lukis di Yogyakarta, dan kemudian jurusan ilustrasi grafis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Dia tidak dapat menyelesaikan kuliahnya akibat pecahnya peristiwa G30S.[5] KarierSelama berkuliah di ASRI ia sempat menjadi ilustrator di majalah Waspada, Minggu Pagi, dan harian Kedaulatan Rakyat.[6] Pada tahun 1965, ia bergabung dengan Televisi Eksperimen Badan Pembina Pertelevisian Surabaya, yang merupakan proyek bersama Televisi Republik Indonesia, TNI Angkatan Laut, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.[5] Menurut pengakuannya, ketika bekerja di sana ia banyak belajar tentang ilustrasi grafik.[4] Pada tahun 1972 ia bekerja di Jakarta sebagai ilustrator dan kartunis di penerbit PP Analisa, majalah Stop dan Senang, kemudian pindah ke biro iklan Intervista Advertising yang merupakan salah satu biro iklan tertua di Indonesia.[5] Tahun 1976 ia mulai bekerja di PT Gramedia sebagai ilustrator, dan tahun 1979 ia mulai ditugaskan di PT Gramedia Film sebagai kepala bagian produksi dan kemudian kepala bagian audio-visual.[4] Di sana ia pernah menjadi penulis skenario, storyboard artist, editor, sampai dengan sutradara, baik untuk film iklan maupun dokumenter.[5] Atas saran seniornya, kartunis G.M. Sudarta, Dwi Koen membuat strip komik Panji Koming, yang dimuat di Kompas edisi minggu sejak 14 Oktober 1979.[4] Komik ini berlatar zaman Majapahit yang ia gunakan sebagai analogi untuk mengkritisi kondisi sosial dan politik di Indonesia. Setelah PT Gramedia Film ditutup, ia menjadi staf redaksi Kompas sejak tahun 1984 atas permintaan Jakob Oetama selaku pemimpin umum harian tersebut.[4] Pada tahun 1986, ia mulai menjalankan PT Citra Audivistama, sebuah rumah produksi yang membuat film dokumenter, animasi, dan iklan.[5] Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an ia banyak terlibat mendidik dan melatih kartunis dan animator karena rumah produksinya itu menjadi tempat magang mahasiswa dari empat perguruan tinggi di Jakarta dan Solo.[7] Pada tahun 2002, ia mengundurkan diri dari PT Citra Audivistama dan mendirikan Dwi Koen Studio bersama beberapa sarjana sastra dan desain komunikasi visual untuk memproduksi kartun dan komik animasi.[5] Pada tahun 1990-1991, komik buatannya, Sawung Kampret, dimuat secara berseri di majalah HumOr. Komik ini mengisahkan seorang pendekar keturunan Panji Koming yang hidup di Batavia pada zaman VOC, yaitu abad ke-17.[8] Serial komik tersebut kemudian diadaptasikan sebagai sinetron yang disutradarai oleh Dwi Koendoro sendiri dan ditayangkan di SCTV sebanyak 12 episode pada tahun 1996.[9] Selain itu, serial komik tersebut (sebagai Legenda Sawung Kampret) juga diterbitkan ke dalam tujuh album antara tahun 1999 dan 2009.[10] Kehidupan pribadi dan keluargaDwi Koendoro menikah dengan Cik Dewasih pada tahun 1969 dan memiliki tiga anak: Wahyu Ichwandardi, Waluyo Ichwandiardono, dan Alfi Ichwanditio.[4] Cik Dewasih adalah lulusan Desain Komunikasi Visual ITB yang pernah menjadi ilustrator majalah Bobo dengan nama samaran Cik Deka. Putra mereka, Wahyu alias Pinot, adalah seorang animator.[11][12] Dwi Koen meninggal dunia pada 22 Agustus 2019 di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang Selatan, setelah menderita stroke sejak tahun 2011.[1][2][13] Referensi
|