Doddy Achdiat Tisna Amidjaja
Prof. Dr. rer. nat. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja (15 Maret 1925 – 5 Mei 1993) adalah seorang tokoh pendidikan dan penelitian, guru besar Biologi ITB dan rektor kelima Institut Teknologi Bandung atau rektor ke dua puluh satu Kampus Ganesha sejak TH Bandung didirikan.[2] Selain itu Doddy juga pernah menjabat sebagai Ketua LIPI dan Duta Besar RI untuk Prancis. Ia lahir dari pasangan Raden Benjamin Tisna Amidjaja dan Nji Raden Dewi Saprah Djajanagara.[3] Riwayat hidupPendidikan dasar dan menengahnya dijalani di HIS Bandung (1938), MULO Pasundan Bagian B (Paspal) Tasikmalaya (1942), SMT Bagian B (Paspal) Bandung (1946). Dalam situasi yang tidak menentu karena Perang Kemerdekaan, dia melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Kedokteran, Malang, 1946 sampai tingkat I. Tahun 1946-1948 bergabung dalam Tentara Pelajar. Selanjutnya kuliahnya tingkat II dan III diteruskan di bagian Biologi FIPIA Universitet Indonesia Bandung (1949) hingga lulus tahap kandidat (Sarjana Muda) pada tahun 1953.[1] Karena Profesor Belanda pembimbingnya meninggal karena kecelakaan, dia terpaksa menunda studinya dan melanjutkannya di Eropa.[4] Setelah itu dia melanjutkan kuliahnya di Mathematisch-Naturwissenschaftliche Fakultät der Rheinischen Friedrich-Wilhelms Universität Bonn[pranala nonaktif permanen] (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bonn), Jerman hingga mendapatkan Diploma Biologi (1954). Gelar Doctor Rerum Naturarum (8 Nopember 1956) pada bidang Zoology khususnya Embriology diperoleh di universitas yang sama setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Wachstumsbeeinflussung durch Acetylcholin, Histamin, Alloxan, Nadisan, Aristamid, Nicotinsäureamid und p-Aminobenzoesäure beim Hühnerembryo”.[4][5][6] Dengan demikian ia merupakan Doktor bangsa Indonesia pertama dalam bidang Zoologi.[7] Sepulangnya dari Jerman, dia kembali ke kampusnya menjabat Ketua Bagian Zoologi FIPIA UI, Bandung (1957-1959). Pada tanggal 1 Agustus 1959 menikah dengan Ny. Hj. R. Dien Sardinah, dan memiliki tiga anak: Hany Ratna Suminar, Mustafa Kamal, Moh. Yamin. Pada bulan Februari 1961 ia dikukuhkan menjadi Guru Besar Zoologi di ITB. Tahun 1959-1960 sebagai Ketua Departemen Biologi ITB,[4] Dekan Departemen Kimia Biologi, ITB (1962-1963), Pembantu Rektor ITB bidang Afiliasi dan Pengembangan (1963-1968) di samping menjabat Wakil Direktur Pusat Reaktor Atom Bandung (1964-1965), dan Asisten Direktur SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology (1969-1977).[7] Pada periode 1969 - 7 Desember 1976 Prof. Doddy menjabat Rektor ITB menggantikan Ir. Koentoadji di mana situasi kampus saat itu sangat dinamis dengan aktivitas dalam segala bidang termasuk kritik-kritik sosial yang dilakukan Dewan Mahasiswa ITB (lembaga eksekutif kemahasiswaan saat itu) di antaranya Peristiwa Tertembaknya Rene Louis Coenraad 1970, Peristiwa 5 Agustus 1973, Malapetaka 15 Januari 1974, Gerakan Anti TMII, Gerakan Anti Kebodohan (GAK). Pada saat itu Doddy dapat menjembatani kedua belah pihak, dia dapat mengayomi mahasiswanya namun tetap bisa menjalankan kebijakan pemerintah yang harus dilaksanakannya selaku pemimpin organisasi ITB. Setelah mengakhiri jabatannya sebagai Rektor pada tahun 1976, Doddy diangkat menjadi Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud (1976-1984). Pada tahun 1978 dinamika kampus ITB mencapai puncaknya dengan dikeluarkannya pernyataan DM ITB: "tidak mempercayai & tidak menghendaki pencalonan kembali Suharto sebagai Presiden RI" dan "Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB 1978". Kampus ITB ditutup dan diduduki militer, Prof. Iskandar Alisjahbana diberhentikan dari jabatannya selaku Rektor ITB dan menyerahkan kepemimpinannya kepada Rektorium (16 Februari 1978). Namun kemudian Rektorium ini juga harus mengakhiri tugasnya dan Prof. Doddy yang pada saat itu menjabat sebagai Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diberi tugas sebagai Pejabat Sementara Rektor ITB pada periode 30 Mei 1979 - 22 November 1980. Dengan periode kedua kalinya menjabat rektor tersebut, Prof. Doddy menjadi rektor kedelapan Institut Teknologi Bandung atau rektor ke dua puluh empat Kampus Ganesha sejak TH Bandung didirikan. Di samping itu juga dia pernah menjadi Pjs. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta (1982-1983).[7] Selama menjadi Dirjen Pendidikan Tinggi, ia memiliki peran besar mengembangkan sistem pendidikan multistrata, termasuk jenjang S-I, S-O, pendidikan teknik, serta satuan kredit semester (SKS). Selain itu dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Periode 1981 - 1986 menggantikan Ir. Koentoadji.[8] Setelah mengakhiri jabatan Dirjen Dikti, Doddy diangkat sebagai Ketua LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) tahun 1984-1989. Saat menjabat Ketua LIPI, ia melihat berbaga Lembaga penelitian - dari universitas dan nondepartemental seperti Batan, Lapan, dan berbagai Litbang di banyak Departemen perlu dikoordinasikan untuk mengurangi pemborosan. Dalam kedudukan puncak di lembaga pendidikan dan penelitian tersebut, Doddy mendapat tantangan besar untuk mengembangkan pendidikan tinggi di tanah air, sesuai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan. Tidak kurang dari 45 karya tulis mengenai hal ini telah diterbitkan. Ia juga menerima Bintang Mahaputra dari Presiden Soeharto di Istana Negara, 15 Agustus 1985. Dan menerima Officer de I'Ordre Nationale de la Legion d'Honneur, tanda kehormatan tertinggi bagi orang asing dari Pemerintah Prancis pada tahun 1983. Sejak tahun 1989 ia diangkat menjadi Duta Besar RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Prancis, hingga pada hari Rabu 5 Mei 1993, Prof. Dr. Doody A. Tisna Amidjaja meninggal dunia pada usia 68 tahun. Ia meninggal dunia setelah menjalani operasi by pass jantung dan dirawat sejak 20 April 1993 di rumah sakit Herz Zentrum, Badoeynhauson, Jerman. Operasi by pass jantung tersebut merupakan yang kedua setelah lima tahun sebelumnya dilakukan di rumah sakit Leiden, Belanda. Jenazah tiba di tanah air pada tanggal 9 Mei 1993, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung pada hari Senin 10 Mei 1993. Sebelum dimakamkan jenazah disemayamkan di Aula Barat ITB dan dilepas dengan upacara militer. Almarhum meninggalkan seorang istri, tiga anak, dan dua cucu.[9] Namanya kemudian diabadikan sebagai nama Gedung Kantor Rektor ITB yang berlokasi di Jalan Tamansari 64 Bandung bertepatan dengan Peringatan 89 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (Sabtu, 04 Juli 2009) bertempat di Aula Barat ITB. Peresmian dilakukan oleh Rektor ITB Djoko Santoso, sedangkan dari pihak Alm. Doddy A. Tisna Amidjaja diwakili oleh sang istri, Dien Sardinah Doddy Tisna Amidjaja.[3] Karier
Karya
Pengakuan[4]Tanda KehormatanDalam Negeri
Luar Negeri
Penghargaan
Catatan
Rujukan
Pranala luar
|