Doa dalam Perjanjian BaruDoa dalam Perjanjian Baru diberikan sebagai perintah positif (Kolose 4:2; 1 Tesalonika 5:17).Umat Allah diminta untuk menyertakan doa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam kesibukan hidup pernikahan (1 Korintus 7:5) karena dianggap membawa umat lebih dekat kepada Allah. Di seluruh Perjanjian Baru, doa merupakan metode yang diminta oleh Allah supaya orang percaya mendapatkan apa yang dianugerahkan kepada mereka (Matius 7:7–11; Matius 9:24–29; Lukas 11:13). Doa, dalam catatan Kitab Kisah Para Rasul, dapat dilihat pada saat-saat pertama terbentuknya gereja (Kisah Para Rasul 3:1). Para rasul menganggap doa sebagai bagian penting dari kehidupan mereka (Kisah Para Rasul 6:4; Roma 1:9; Kolose 1:9). Karena itu, para rasul sering dimasukkan ayat-ayat dari Mazmur ke dalam tulisan-tulisan mereka. Roma 3:10–18 misalnya dikutip dari Mazmur 14:1–3 dan mazmur yang lain. Dengan demikian, karena penekanan pada doa dalam gereja mula-mula. bagian-bagian panjang dari Perjanjian Baru merupakan doa atau kidung (lihat juga Buku Sajak), seperti Doa untuk pengampunan (Markus 11:25–26), Doa Bapa Kami, Magnificat (Lukas 1:46–55), Benedictus (Lukas 1:68–79), doa Yesus kepada satu Allah yang benar (Yohanes 17), seruan seperti, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus" (Efesus 1:3–14), orang Percaya Doa (Kisah Para Rasul 4:23–31), "biarlah cawan ini lalu daripada-ku" (Matius 26:36–44), "Berdoa bahwa anda tidak akan jatuh ke dalam pencobaan" (Lukas 22:39–46), Doa Stefanus (Kisah Para Rasul 7:59–60), Simon Magus' Doa (Kisah Para Rasul 8:24), "berdoa agar kita dapat disampaikan dari orang-orang fasik dan orang-orang jahat" (2 Tesalonika 3:1–2), dan Maranatha (1 Korintus 16:22). Menurut Gilbert W. Stafford dalam Theology for Disciples, terdapat delapan jenis doa dalam Perjanjian Baru:[1]
Lihat pulaReferensi
Pustaka tambahan
|