Diskodermolida
(+)-Diskodermolida adalah produk alami poliketida yang baru-baru ini ditemukan berpotensi sebagai inhibitor pertumbuhan sel tumor. Kerangka karbon molekul ini terdiri dari delapan unit polipropionat dan empat unit asetat dengan 13 stereopusat. SejarahDiskodermolida pertama kali diisolasi dari porifera lautan Karibia Discodermia dissoluta pada tahun 1990 oleh kimiawan Dr. Sarath Gunasekera dan ahli biologi Dr. Ross Longley.[1][2][3] Porifera ini mengandung 0,002% diskodermoleda (7 mg/434 g porifera). Oleh karena senyawa ini sensitif terhadap cahaya, porifera harus dipanen pada kedalaman paling sedikit 33 meter. Diskodermolida pertama kali ditemukan mempunyai aktivitas imunosupresif dan antijamur. Mekanisme kerjaDiskodermolida telah ditemukan menghambat proliferasi sel-sel manusia dengan menghentikan siklus sell pada G2- dan fase M. Ia meng-hiperstabilisasi mikrotubula, terutama semasa pembelahan sel. Hiperstabilisasi gelendong mitosis menyebabkan siklus sell terhenti dan menjadi mati dikarenakan apoptosis. Terhadap berbagai macam lini sel,ia memiliki aktivitas yang terukur IC50 = 3-80 nM. Diskodermolida bersaing dengan paklitaksel pada pengikatan mikrotubula, namun diskodermolida mempunyai afinitas [4][5][6] dan efektivitas yang lebih tinggi terhadap sel-sel kanker yang kebal terhadap paklitaksel dan epotilona.[7] Sintesis totalBeberapa sintesis total telah dipublikasikan olehSchreiber[8][9], Smith[10][11][12], Paterson[13], Marshall[14], dan Myles[15]. Peninjauan berbagai pendekatan sintetik juga telah dipublikasikan.[16] Perkembangan klinisHarbor Branch Oceanographic Institution memberikan lisensi (+)-diskodermolida kepada Novartis, yang memulai fase 1 ujicoba klinis pada tahun 2004. Penumpukkan pasien dihentikan oleh karena toksisitas obat.[17] Amos B. Smith's research group Diarsipkan 2013-07-03 di Wayback Machine. (berkolaborasi dengan Kosan Biosciences) memiliki program pengembangan obat praklinis yang sedang berlangsung.[18] Suplai senyawa yang diperlukan untuk ujicoba klinis tidak dapat dipenuhi dengan pemanenan, isolasi, dan pemurnian. Pada tahun 2005, usaha melakukan sintesis atau semi-sintesis dengan fermentasi terbukti gagal. Oleh karena itu, semua diskodermolida yang digunakan untuk kajian praklinis dan ujicoba klinis berasal dari sintesis total berskala besar.[19][20] Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|