Decak rongga-gigi
Decak rongga-gigi atau Decak pasca rongga-gigi adalah keluarga konsonan decak yang hanya dapat ditemui di Afrika dan di jargon ritual Damin dari Australia. Pada konsonan ini, lidah dapat lebih cekung maupun kurang cekung (tergantung dari bahasa) yang ditarik kebawah. Tidak seperti konsonan decak langit-langit yang lidah lebih ditarik ke belakang, dan proses ini membuat konsonan ini lebih "dalam" .
TranskripsiSimbol dalam Alfabet Fonetis Internasional yang melambangkan tempat artikulasi dari suara ini adalah ⟨!⟩. Simbol ini bukanlah tanda seru, melainkan decak gigi ⟨ǀ⟩ dengan subskrip titik bawah, titik ini pernah menjadi diakritik untuk konsonan tarik-belakang pada tahun 1989, ⟨ʗ⟩ (c panjang) merupakan simbol yang tidak lagi digunakan oleh IPA untuk melambangkan decak rongga-gigi, namun beberapa fonetika masih menggunakan simbol tersebut. Ekor dari ⟨ʗ⟩ mungkin terlihat seperti ekor dari konsonan tarik-belakang IPA, oleh sebab itu, penggunaanya berganti menjadi ⟨ǃ⟩.[1] Huruf decak biasanya digabung dengan huruf kedua untuk menunjukan cara artikulasi, dan cara ini juga terdapat pada decak halus. Dalam transkripsi resmi IPA, konsonan decak digabung dengan ⟨k ɡ ŋ q ɢ ɴ⟩ via tie bar (tanda kurung atas), meskipun ⟨k⟩ lebih sering digunakan. Banyak sumber menggunakan superskrip ⟨k ɡ ŋ q ɢ ɴ⟩ tanpa tie bar, dan tidak menggunakan ⟨k⟩. Entah huruf yang menjadi baseline atau superskirp diletakan sebelum huruf decak, atau setelah huruf decak. Berikut merupakan transkripsi konsonan decak rongga-gigi yang sering dijumpai
Dalam ortografi bahasa individu, huruf dan digraf dari decak rongga-gigi mungkin dapat ditranskripsikan sebagai garis vertikal IPA, ⟨!⟩, atau transkripsi latin dari ⟨q⟩ bahasa Bantu. Sesudahnya, bahasa Khoekhoe dan Naro, Sandawe, dan Zulu juga menggunakan sistem ini. Konsonan decak rongga-gigi
Konsonan yang ditebalkan merupakan bagian dari konsonan decak rongga-gigi Karakteristik konsonan
PenggunaanBahasa Indonesia tidak memiliki konsonan decak rongga-gigi (atau konsonan decak manapun) sebagai fonem, namun konsonan rongga-gigi dapat ditemui Konsonan ini dapat ditemui di beberapa bahasa di Afrika, suara ini mirip seperti anak-anak yang mencoba menirukan ringikan kuda[2]
Hentakan perkusif
Dalam Sandawe, decak rongga-gigi biasanya diucapkan dengan hentakan keras, dengan ujung lidah paling luar dihentakan ke "lantai" mulut.[3] Alofoni ini dinamakan "Hentakan" atau "Tamparan". Kadang-kadang hentakan ini lebih keras dari decakan itu sendiri. Simbol untuk konsonan perkusif dalah ⟨¡⟩ dalam ekstensi IPA, hentakan atau tamparan ini dapat dilambangkan dalam IPA sebagai ⟨ǃ͡¡⟩ atau ⟨ǃꜞ⟩ (atau ⟨ʗ͡¡, ʗꜞ⟩). Dalam bahasa Sandawe, terdapat lima alofoni perkusif yaitu [ǃ͡¡, ǃ͡¡ʰ, ᶢǃ͡¡, ᵑǃ͡¡, ᵑǃ͡¡ˀ] (atau [ʗꜞ ʗꜞʰ ʗ̬ꜞ ʗ̃ꜞ ʗ̃ꜞˀ]). Konsonan ini juga ditemui di Bahasa Gan (dari negara bagian Ningdu) dan Mandarin. Biasanya ditemui dilagu kanak-kanak yang menceritakan tentang angsa dan bebek.
Dimana semua konsonan sengau rongga-gigi /ŋ/ diucapkan sebagai [ǃ̃¡].[4] Referensi
|