Daun pepaya

Daun Pepaya segar yang masih berada di pohonnya

Daun pepaya adalah daun yang berasal dari tumbuhan pepaya (Carica papaya). Daun pepaya muda kerap diolah menjadi sayuran di beberapa daerah di Indonesia.[1] Disamping dapat diolah menjadi makanan, daun pepaya dapat pula dijadikan obat untuk beberapa jenis penyakit.[2] Helaian daun pepaya berbentuk menyerupai tangan manusia.[2] Apabila daun pepaya dilipat tepat di tengah, maka akan tampak bahwa daun pepaya berbentuk simetris.[2]

Kandungan Gizi

Daun pepaya memiliki kandungan gizi yang cukup beragam diantaranya vitamin A 18250 SI, vitamin B1 0,15 miligram per 100 gram, vitamin C 140 miligram per 100 gram daun pepaya, kalori 79 kal per 100 gram, protein 8,0 gram per 100 gram, lemak 2,0 gram per 100 gram, hidrat arang/karbohidrat 11,9 gram per 100 gram, kalsium 353 miligram per 100 gram, dan air 75,4 gram per 100 gram.[2] Daun pepaya juga mengandung carposide yang dapat berfungsi sebagai obat cacing.[2] Daun pepaya mengandung zat papain yang tinggi sehingga menjadikan rasanya pahit, namun zat ini justru bersifat stomakik yaitu dapat meningkatkan nafsu makan.[3]

Pengolahan

Buntil, salah satu makanan dari Daerah Istimewa Yogyakarta

Rasa pahit pada daun pepaya dapat dihilangkan dengan cara merebus daun pepaya bersama dengan daun jambu klutuk/jambu biji, dan daun singkong dengan perbandingan 200 gram daun pepaya, 200 gram daun singkong dan 50 gram daun jambu biji.[4] Daun pepaya dapat diolah menjadi tumis daun pepaya, daun yang baik untuk ditumis adalah yang berasal dari pohon jantan.[4] Di Jawa Barat, hampir semua hidangan disajikan dengan lalapan.[3] Lalapan adalah segala jenis sayuran yang dikonsumsi ketika masih mentah, tanpa dimasak cukup dicuci sampai bersih.[3] Pucuk daun pepaya merupakan salah satu pilihan lalapan di Jawa Barat.[3] Di Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal makanan bercita rasa gurih sedikit pedas yang bernama buntil yaitu sayur yang terbuat dari daun pepaya muda yang digulung dan didalamnya berisi parutan kelapa dengan tambahan ikan, udang dan bumbu-bumbu yang lain.[5] Dari Indonesia timur tepatnya Maluku, terdapat makanan khas yaitu tumis bunga pepaya, di dalam masakan ini bunga pepaya ditumis bersama daun pepaya dan ikan asin/teri goreng dan disajikan dengan singkong rebus.[6] Tak jauh dari Maluku, di Sulawesi Timur daun pepaya diolah bersama bunga pepaya, daun kemangi, daun melinjo dan ikan cakalang menjadi garo bunga pepaya.[7]

Manfaat Lain

Daun pepaya dapat dimanfaatkan sebagai pakan untuk ikan bawal yang sedang dalam tahap pembesaran, daun yang masih segar sebaiknya dilayukan terlebih dahulu sebelum diumpankan pada ikan untuk mengurangi kandungan air di dalamnya.[8] Bahan aktif papain dalam daun pepaya dapat digunakan untuk membuat pestisida nabati, caranya 1 kg daun pepaya dirajang lalu direndam dalam 10 liter air yang dicampur dengan 2 sendok makan minyak tanah, dan 50 gram detergen selama semalam.[9] Setelah semua bahan didiamkan selama 1 malam, pestisida nabati siap disemprotkan pada area pertanaman yang diserang ulat dan hama penghisap.[9]

Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang daun pepaya antara lain tungau merah (Tetranychus bimaculatus) dan kutu tempurung hijau (Coccus viridis Green).[10] Tungau merah memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil ± 1mm, bentuknya oval, berwarna kehijau-hijauan atau kemerah-merahan, memiliki empat pasang kaki yang bersegmen dan ditumbuhi rambut.[10] Hama ini mengisap cairan sel terutama di permukaan bawah daun sehingga daun menjadi belang-belang berwarna kekuningan/mosaik, dan pada serangan berat dapat menyebabkan daun berubah warna menjadi merah karat.[10] Kutu tempurung hijau menutupi permukaan batang atau daun sehingga menghambat proses fotosintesis.[10] Penyakit yang sering menginfeksi daun pepaya antara lain penyakit tepung yang disebabkan oleh cendawan Oidium caricae Noack, bercak daun cercospora yang diakibatkan cendawan Cercospora papayae dan bercak daun corynespora yang diakibatkan oleh cendawan Corynespora cassiicola.[10]

Rujukan

  1. ^ Warisno (2003). Budi Daya Pepaya. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0092-X. 
  2. ^ a b c d e Thomas A.N.S (1989). Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 978-979-413-091-9. 
  3. ^ a b c d Wied Harry Apriadji. Healthy Tumpeng, hidangan tumpeng sehat citarasa Nusantara. Jakarta: Gramedia. ISBN 978-979-22-3410-7. 
  4. ^ a b Andang W. Gunawan (2009). Food Combining, kombinasi makanan serasi. Jakarta: Gramedia. ISBN 978-979-22-4698-8. 
  5. ^ Suryo Sukendro (2009). Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja. Yogyakarta: Media Pressindo. ISBN 978-979-788-068-2. 
  6. ^ Rizal Khadafi (2008). Atlas Kuliner Nusantara. Jakarta: Bukune. ISBN 978-602-8066-14-3. 
  7. ^ Yullia T (2008). 668 Resep Masakah Khas Nusantara. Jakarta: Agromedia Pustaka. ISBN 979-006-200-1. 
  8. ^ Ir. Abbas Siregar Djarijah (2001). Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-672-850-8. 
  9. ^ a b Subiyakto Sudarmo (2005). Pestisida Nabati. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-21-1004-6. 
  10. ^ a b c d e Ir. H. Rahmat Rukmana (1995). Pepaya, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 978-979-497-298-4. 
Kembali kehalaman sebelumnya