Danone
Danone adalah perusahaan multinternasional yang memproduksi berbagai jenis makanan dan minuman. Danone mengklaim sebagai pemimpin di pasar produk turunan susu[2] atau air minum dalam kemasan. Pada tahun 2006 Danone membeli perusahaan makanan bayi terbesar kedua di dunia setelah membeli Numero.[3] Di Amerika Serikat, Danone dipasarkan dengan namanya Dannon, yang merupakan anak perusahaan dari Danone. Danone memegang beberapa merek terkenal air minum seperti Volvic, Evian, Aqua, dan Badoit. Sekitar 57% dari penjualan pada tahun 2007 berasal dari produk turunan susu, 23% dari minuman, dan 11% dari biskuit dan sereal. Iklan Danone Indonesia diambil oleh lisensi Saatchi & Saatchi Jakarta.[4] SejarahNamaNama Danone berasal dari sebuah perusahaan kecil yang didirikan pada tahun 1915 oleh Isaac Carasso di Barcelona (Spanyol). Perusahaan ini memproduksi yogurt dan diberi nama berdasarkan anak pertama Carasso, Daniel Carasso. Sepuluh tahun kemudian, pabrik pertama di Prancis dibangun. Selama masa pendudukan Jerman di Prancis pada Perang Dunia 2, Daniel memindahkan perusahaan ke New York untuk menghindari penyitaan akibat kepercayaan Yahudi yang dianutnya. Di Amerika Serikat, Daniel berpartner dengan Joe Metzger dan mengubah mereknya menjadi Dannon agar lebih cocok dengan orang Amerika. Pada tahun 1953, Daniel Carasso menjual bisnisnya di Amerika Serikat dan kembali pulang ke Paris untuk mengelola bisnis keluarga di Prancis dan Spanyol. Di Eropa, pada 1961, Danone melakukan merger dengan Gervais, produsen keju, dan mengubah nama menjadi Gervais Danone. Pada tahun 1976, Gervais Danone melakukan merger dengan Boussois-Souchon-Neuvesel (BSN). BSN didirikan oleh keluarga Antone Riboud, yang mengubahnya dari perusahaan besar menjadi perusahaan makanan terbesar di Eropa melalui merger dan akusisi pada tahun era 70-an. Reorientasi strategiDanone awalnya mengambil strategi integrasi vertikal dengan mengakuisisi pembuatan bir Kronenbourg dan air mineral Evian, yang merupakan pelanggan terbesar BSN. Pada tahun 1980, perusahaan meninggalkan bisnis pembuatan botol dengan melepas anak perusahaannya, Verreries Buossois. Pada tahun 1986, Gervais Danone membeli perusahaan biskuitnya Eropa Général Biscuit, pemilikku brand LU. Pada tahun 1989 perusahaan juga membeli bisnis produk biskuit Nabisco di Eropa.[5] Pada tahun 1993, BSN mengubah namanya menjadi Groupe Danone, mengadopsi nama grup utama. Pada tahun 1995, Franck Riboud menggantikan ayahnya, Antoino, sebagai CEO. Di bawah France Aquino, perusahaan melanjutkan usahanya dengan fokus pada tiga kelompok produk utama: produk turunan susu (dairy), minuman, dan sereal, serta menjual bisnis-bisnis non-pornologi. Mulai tahun 1998 hingga 2000, perusahaan menjual kepemilikannya di bisnis pembuatan botol dan bir, termasuk menjual merek Kronenbourg dan 1665.[6] Perusahaan menjual bisnis keju dan daging ternak di Italia, (Egidio Galbani Spa) pada Maret 2001;[7] Merek biskuit Jacob's dan produk sejenis di Kerajaan Inggris juga dijual kepada United Biscuits pada bulan September 2005.[8] Pada bulan Oktober 2006, perusahaan menjual bisnis sausnya, HP Foods[9] dan Amoy Food.[10] Di luar divestasi ini, Danone terus mengembangkan bisnisnya di 4 unit bisnis inti dan menekankannya pada produk kesehatan.[11] Pada bulan Juli 2008, perusahaan mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Kraft Foods untuk menjual divisi biskuitnya, termasuk LU dan Prince, dengan harga sekitar €5.0 milyar.[3] Pada tahun 2012, divisi biskuit Kraft Foods akhirnya menjadi sepenuhnya milik Mondelēz International. Perlindungan atas penjualanKarena fokusnya yang sempit dan ukurannya yang relatif kecil, Danone sering kali menjadi sasaran takeover (pembelian) oleh kompetitornya, antara lain Nestlé dan Kraft Foods. Pada pertengahan Juli 2007, harga saham Danone melonjak 16% dalam 2 minggu akibat beredarnya kabar burung bahwa PepsiCo hendak membeli Danone, namun kabar ini ditepis.[12] Menyadari besarnya kemungkinan Danone, yang dianggap sebagai "aset nasional," dibeli oleh perusahaan asing, pemerintah Prancis membuat rancangan undang-undang untuk melindungi perusahaan-perusahaan "industri strategis", termasuk Danone, dari takeover pihak asing.[13] Rancangan ini kemudian dijuluki sebagai "Danone Law" ("Hukum Danone").[14] Spekulasi kembali bermunculan pada musim panas 2009, ketika PepsiCo mengumumkan rencana untuk mengembangkan pasarnya di Prancis melalui beberapa akuisisi,[15] Kraft juga merencanakan untuk melakukan hal yang sama.[16] Dugaan tersebut akhirnya hilang ketika Danone mengakuisisi Numico.[17] Tata kelola perusahaanDewan direksi Danone yang menjabat saat ini dijabat oleh Bruno Bonnell, Richard Goblet d'Alviella, Michel David-Weill, Emmanuel Faber, Jean Laurent, Naomasa Tsuritani, Bernard Hours, Christian Laubie, Hakan Mogren, Jacques-Alexandre Nahmias, Guylaine Saucier, Benoît Potier, Franck Riboud, dan Jacques Vincent. Markas pusat Danone terletak di gedung 13 Boulevard Haussmann, 9th arrondissement of Paris.[18] Daftar produk di Indonesia
Semua merek biskuit dari Danone diakuisisi oleh Kraft Foods pada tahun 2007-2008 yang kini menjadi produk biskuit dari Mondelēz International pada tahun 2013. Lihat pulanya: Biskuat, Mondelēz International#Mondelēz di Indonesia, Jacobs Sedangkan merek Milkuat diakuisisi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk melalui anak usahanya, Indolakto pada bulan November 2014. Perusahaan patunganDanone mengadopsi strategi pertumbuhan dengan membangun perusahaan patuhan, terutama di emerging market. Di pasar tersebut, selama 10 tahun Danone membangun portofolio yang kini menghasilkan total 30% dari seluruh penjualannya. Danone terus menjalankan strategi ini dan belaan menandatangani kerja sama dengan perusahaan seperti Al Safi di Arab Saudi (2001),[19] Yakult di India (2005) dan Vietnam (2006), Alqueria di Kolombia (2007), dan Mengniu di China (2006). Danone pernah mengalami beberapa masalah dengan perusahaan mitranya, salah satunya adalah dengan Hangzhou Wahaha Group (1996) dan Britannia Biscuits di India (1995). Arbritasi dengan Britannia Biscuits ditandatangani di Pengadilan Tinggi Bombay pada 29 Juni sementara arbitrasi dengan Wahaha Group disetujui di Hangzhou pada 17 Juni 2007. IndiaPada tahun 1995, Danone menandatangani perjanjian kerja sama untuk membeli Britannia Industries. Dalam perjanjian ini, Danone setuju untuk tidak meluncurkan merek makanan di India tanpa sepengetahuan keluarga Wadia.[20] Keduanya juga sepakat pada sebuah hak penolakan pertama (right of first refusal) bila salah satu di antara mereka berniat meninggalkan persekutuan.[21] Namun Danone merasa kecewa dengan pertumbuhan dan strategi marketing di India sehingga menjalankan rencana untuk berinvestasi di perusahaan makanan berbahan baku susu (dairy) secara independen. Pada bulan Mei 2007, Nusli Wadia melayangkan surat pemberitahuan ke Menteri Perdagangan dan Industri bahwa Danone telah melanggar Nota Pers 1, 2005, yang mewajibkan perusahaan asing mendapatkan izin dari partnernya di India sebelum membangun bisnis secara independen setelah Danone melakukan investasi di Avesthagen, perusahaan bio-nutrisi yang berbasis di Bangalore. Danone berpendapat bahwa Nota Pers 1 tidak berlaku dalam kasus ini karena Danone tidak melakukan transfer teknologi maupun perjanjian merek dagang dengan Avesthagen, dan bahwa kepemilikannya atas 25% saham Briannia merupakan kepemilikan tidak langsung.[22] Wadia juga menuntut Danone atas pelanggaran klausa non-kompetisi dalam kontrak. Pengadilan kemudian memerintahkan Danone untuk tidak mengasingkan, membebani, atau menjual saham Avestagen.[23] PakistanDanone membeli 49.5% saham di perusahaan Pakistan Continental Biscuits Limited pada 1984. Sebagai bagian dari takeover Kraft dari divisi biskuit Danone, saham ini kemudian ditransfer ke Kraft Foods Singapore. TiongkokBright DairyPada 2001, Danone mengakuisisi 5% saham di Bright Dairy dan, pada Maret 2005, dua kali lipat kepemilikan sahamnya,[24] dan lagi, sampai 20%, pada April 2006, menjadi pemegang saham terbesar ketiga setelah Shanghai Milk Group dan S.I. Food, masing-masing memegang 25.17%.[25] Danone dan Bright mendirikan perusahaan patungan 50-50 yoghurt pada tahun 1992. Danone memberi lisensi Bright Dairy untuk memproduksi dan memasarkan produk di China menggunakan merek Danone. Joint venture mengalami perombakan diversifikasi saham dan go publik pada tahun 2000.[26] Tak lama setelah meningkatkan sahamnya, rencana Danone yang marah ketika pemerintah Shanghai mengumumkan itu untuk mengkonsolidasikan makanan kota dan pasar minuman dengan menggabungkan Shanghai Bright Dairy Group, perusahaan induk untuk Bright Dairy, dengan Shanghai Sugar Tobacco Wine Co., Shanghai Agriculture Industry dan Commerce Group dan Jinjiang Food. Konglomerat baru, dinamai Bright Foods, akan dikelola oleh pemerintah daerah Shanghai dan Assets Supervision and Administration Commission milik negara.[25] Para pihak mengumumkan pada bulan Oktober 2007 bahwa Danone akan menjual sahamnya dengan menjual ke dua pemegang saham utama lainnya pada keuntungan kecil.[26] Bright Dairy mengatakan Danone akan membayar 330m yuan (€ 31m) untuk mengakhiri distribusi dan produksi yang ada perjanjian dengan itu.[27] WahahaHangzhou Wahaha Group, produsen minuman terbesar di Cina,[28] dan Danone menandatangani joint venture produk susu pada tahun 1996, di mana Danone memegang 51%. Ini dianggap oleh majalah Forbes sebagai "showcase" joint venture.[29] Sebagai bisnis diperluas dan menjadi lebih kompleks, Danone melakukan beberapa upaya untuk mengambil saham eksternal di perusahaan Wahaha untuk joint venture, tetapi ditolak oleh Manajer umum Wahaha Zong Qinghou.[30] Danone dan Zong Qinghou telah menandatangani kesepakatan pada bulan Desember 2006 yang memungkinkan Danone untuk membeli saham mayoritas dalam operasi non-JV tersebut. Namun, Zong memiliki pikiran kedua tentang kesepakatan itu dan mengingkari, mengklaim tawaran itu underpriced dan bertahan selama harga yang lebih tinggi dari Danone.[31] Sengketa ini mengambil bentuk sengketa merek dagang, dan Danone mengajukan arbitrase di Stockholm pada 9 Mei 2007.[32] On 4 June,[33] Danone mengajukan gugatan di Mahkamah Agung Los Angeles terhadap Ever Maple Trading dan Hangzhou Hongsheng Beverage Co Ltd, perusahaan yang dikendalikan oleh Zong, istrinya, dan anak perempuannya.[34] Danone Business Game: Trust"TRUST" adalah permainan bisnis skala internasional yang diorganisasi oleh Groupe Danone dan anak perusahaannya. Permainan bisnis ini merupakan cara Danone mengidentifikasi dan merekrut karyawan yang sesuai dengan nilai-nilai serta cara perusahaan menjalankan bisnis, serta meningkatkan citra perusahaan di mata calon karyawan. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam permainan ini berhadapan dengan berbagai aspek bisnis ketika menyusun strategi yang dibuat untuk sebuah anak perusahaan fiktif. Permainan ini terdiri dari tiga tahapan:
Penghargaan
Referensi
Pranala luar |