Danau Pahit Besar
Danau Pahit Besar (bahasa Arab: البحيرة المرة الكبرى; transliterasi: al-Buhayrah al-Murra al-Kubra; bahasa Inggris: Great Bitter Lake) adalah danau garam atau danau air asin di Mesir, yang terhubung ke Laut Tengah dan Laut Merah melalui Terusan Suez. Terhubung ke Danau Pahit Kecil (bahasa Arab: البحيرة المرة الصغرى; transliterasi: al-Buhayrah al-Murra as-Sughra; bahasa Indonesia: Small Bitter Lake), yang juga dilintasi oleh terusan ini. Sebelum terusan atau kanal itu dibangun (1869), situs itu merupakan lembah atau cekungan garam kering.[1][2] Ada rujukan mengenai Danau Pahit Besar ini dalam Teks-teks kuno Piramida.[3] Kapal-kapal yang melewati Terusan Suez menggunakan Danau Pahit Besar sebagai "jalur mendahului", di mana mereka dapat mengubah posisi mereka supaya sejajar atau berbalik.[1] SalinitasKetika Terusan Suez ditutup selama delapan tahun, dimulai sejak Perang Enam Hari salinitas danau meningkat secara substansial. Salinitas danau ini tergantung pada berapa banyak air laut yang mengalir ke dalamnya dari Laut Merah dan Laut Tengah.[4] Bahkan ketika terusan sudah dibuka, Danau Pahit Besar memiliki tingkat salinitas "lebih dari dua kali" tingkat salinitas laut, dan sementara ini membuat sulit bagi kehidupan tumbuhan untuk ada di sana, banyak spesies (kepiting, misalnya) melakukan migrasi dari Laut Merah melalui daerah tersebut.[5] Karena terusan ini tidak memiliki pintu air, air laut mengalir bebas ke danau dari Laut Tengah dan Laut Merah. Secara umum, di sebelah utara danau, arus berbalik secara musiman, ke arah utara di musim dingin dan ke arah selatan di musim panas.[6] Di sebelah selatan danau, arusnya pasang surut, berkebalikan dengan pasang surut di Laut Merah.[7] Ikan dapat bermigrasi, umumnya ke arah utara, melalui terusan dan danau dalam apa yang dikenal sebagai "migrasi Lessepsian". Ini berarti beberapa spesies Laut Merah telah datang untuk menjajah sisi timur Laut Tengah. Perjanjian QuincyPada tanggal 14 Februari 1945, Danau Pahit Besar menjadi lokasi penandatangan Perjanjian Quincy. Presiden AS Franklin D. Roosevelt, terbang langsung dari Konferensi Yalta dengan Winston Churchill dan Josef Stalin, untuk bertemu di atas kapal penjelajah angkatan laut USS Quincy dengan raja Arab Saudi, Abdul Aziz.[8] Penerjemah Presiden Roosevelt, Kolonel Korps Marinir AS Bill Eddy mencatat percakapan tokoh-tokoh tersebut dalam bukunya FDR Meets Ibn Saud ("FDR bertemu Ibnu Saud"). Pertemuan ini menjadi subjek dokumentar BBC oleh Adam Curtis, yang berjudul Bitter Lake (2015).[9] Armada KuningSelama Perang Enam Hari pada tahun 1967, terusan Suez ditutup, meninggalkan 15 kapal terjebak di danau itu sampai tahun 1975. Kapal-kapal ini menjadi dikenal sebagai "Armada Kuning", karena pasir padang gurun yang segera menutupi dek kapal-kapal itu.[10][11][12] Para awak kapal-kapal ini kemudian mengorganisir diri, berbagi sumber daya, dan kemudian mendirikan kantor pos dan perangko mereka sendiri. Dua kapal berbendera Jerman akhirnya berlayar keluar dari terusan dengan kekuatan mereka sendiri. Kargo yang terdampar termasuk berbagai komoditas yang tidak tahan lama (seperti telur dan buah), T-shirt, dan banyak mainan anak-anak diberikan kepada Woolworth.[13] Referensi
|