CottagecoreCottagecore (kadang disebut countrycore atau farmcore)[1] adalah sebuah tren gaya hidup sederhana yang terinspirasi dari kehidupan di pedesaan eropa abad 19.[2] Gaya hidup ini memiliki nilai estetika yang mengakar pada keterampilan tradisional seperti memanggang roti, berkebun dan menjahit pakaian sendiri.[3] Beberapa sumber mendeskripsikan cottagecore sebagai sub-kultur generasi Millenial dan Generasi Z. Paksaan ekonomi dan berbagai tantangan yang dihadapi oleh generasi ini menjadi faktor pendorong munculnya tren ini, seiring dengan meningkatnya kesadaran generasi ini terhadap hidup keberlanjutan dan tren bekerja dari rumah. Aspek cottagecorePakaianDalam hal pakaian, cottagecore identik dengan pakaian sederhana bermodel feminin dengan warna yang lembut dan motif bunga. Pakaian dengan gaya cottagecore biasanya dihiasi dengan renda atau sulaman tangan. Gaya pakaian ini kerap dihubungkan dengan gaya Jepang "Mori Kei".[3] Makanan dan berkebunBercocok tanam, berkebun, dan mengolah sendiri makanan untuk sehari-hari merupakan nilai-nilai filosofis dari gaya hidup ini, meskipun demikian gaya hidup ini tidak mengharuskan seseorang untuk tinggal di pedesaan[4]. Berkebun dalam cottagecore dilakukan secara ramah lingkungan dengan cara menanam tanaman endemik tahunan untuk menarik serangga seperti lebah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati di kebun dan meningkatkan produktivitas tanaman pangan.[5] Aspek lainnyaGaya hidup ini juga mendorong seseorang untuk menjaga diri baik secara fisik maupun mental.[6] Orang-orang yang mengikuti gaya hidup cottagecore biasanya membeli barang bekas atau perabotan antik dan memiliki hobi seperti merajut, melukis, dan membaca buku.[4] Latar belakang dan konteks budayaCottagecore mulai dikenal sebagai sebuah nilai estetika pada tahun 2018, meski demikian nilai dan ide yang serupa telah ada sebelum itu. Orang Yunani Kuno menandai Arkadia sebagai representasi dari kehidupan pedesaan yang ideal. Theokritus, seorang penyair Yunani, menulis puisi tentang penggembala pada abad ketiga sebelum masehi. Hal ini membuat ia disebut sebagai orang yang menciptakan puisi pastoral.[7] Pasar utama untuk karya Theokritus adalah kelas urban yang terpelajar di Alexandria, Mesir, yang mencari pelarian dari kehidupan kota yang padat. Pada abad pertama sebelum masehi, puisi pastoral karya penyair Romawi Kuno, Virgil, ditulis sebagai respon terhadap kekerasan dan kekacauan perang. Ia mengembangkan genre tersebut dengan mengakui isu-isu moral dan politik kontemporer sambil menjaga jarak melalui kiasan pastoral.[7] Karya pelarian pastoral masih terus diproduksi untuk para penonton Kekaisaran Romawi dalam format novel seperti Daphnis dan Chloe pada abad kedua sebelum masehi.[7] Penyair Renaisans Italia abad 14, Petrarch, juga dikenal karena puisi pastoralnya.[7] Penulis drama Inggris, William Shakespeare, menulis dua drama pastoral: As You Like It dan The Winter's Tale. Referensi
|