Cijoro Pasir, Rangkasbitung, Lebak
CIJORO PASIR adalah sebuah Kelurahan di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. PenamaanKemungkinan besar asal nama Cijoro Pasir diambil dari nama sungai "Cijoro" (sebuah anak sungai dari sungai Ciujung), sedangkan kata "pasir" diambil dari bahasa sunda yang memiliki arti "daerah yang lebih tinggi". Dengan demikian Cijoro Pasir secara makna kata memiliki arti "daerah disamping sungai cijoro yang secara umum posisinya lebih tinggi dari sungai tersebut", daerah di seberang Kelurahan Cijoro Pasir yang ketinggiannya lebih rendah disebut Kelurahan Cijorolebak. Versi lain nama CIJORO PASIR diberikan oleh Nyai Buyut Jaro Ummu Hasan (Lurah Cijoro Pasir pertama, 1851-1856) di Kampung Tanjong, disaat ditanyai mau dinamakan apa wilayahnya oleh Patih Jahar. Nyai Buyut Jaro Ummu menamainya CIJORO PASIR. CI (Air) JORO (diambil dari Kata Jero/dalam tanah) dan PASIR (daerah yang lebih tinggi) yang berarti Air didalam Tanah yang lebih tinggi. terbukti dengan lebih banyaknya air deras dalam tanah dibanding daerah lain, sehingga di Cijoro Pasir dahulu lebih sering menggunakan sumur. Sebelum menjadi kelurahan, Cijoro Pasir merupakan sebuah desa , sebelum pemekaran wilayahnya meliputi Kelurahan Cijoro Pasir, Desa Cimangeunteung, Desa Jatimulya, Desa Narimbang Mulya dan sebagian Desa Sukamanah. Begitu besarnya wilayah kekuasaan Sang Lurah Pendekar Wanita itu, Raden Tumenggung Adipati Karta Natanagara (Bupati Lebak) menjadikan Nyai Buyut Jaro Ummu Hasan (Lurah Cijoro Pasir) bertanggung Jawab langsung kepada Patih Jahar (Patih Lebak) tanpa melalui Demang Rangkasbitung. PemerintahanKelurahan Cijoro Pasir dibentuk pada bulan April tahun 1851 oleh Patih Jahar (Patih Lebak Kedua Pengganti Patih Lebak pertama yaitu Patih Derus), dan untuk menentukan JARO (Lurah) di Cijoro Pasir Raden Tumenggung Adipati Karta NataNagara (Bupati Lebak Kedua, 1830-1865) memerintahkan Wakilnya yaitu Patih Jahar untuk mengadakan Acara Sayembara Adu Jago Kesaktian/perkelahian dari kalangan para Pendekar/Jawara, dan yang menang hadiahnya diangkat menjadi Jaro/Lurah di Cijoro Pasir. Juara Sayembara dimenangkan oleh seorang Pendekar Wanita yaitu Nyai Buyut Ummu Hasan dari Kampung Tanjong, beliau ialah istri Ki Buyut Abu Hasan. Namun Beliau menjadi Lurah hanya 5 tahun saja, karena dibulan januari tahun 1856 ia wafat diracuni Asisten Residen Belanda di Rangkasbitung, kemudian Nasib Asisten Residen Belanda tersebut diracuni balik oleh Raden Tumenggung Adipati Karta Natanagara (Bupati Lebak), lalu datanglah Eduard Douwes Dekker atau Multatuli sebagai Asisten Residen Belanda yang baru di Rangkasbitung. Kelurahan Cijoro Pasir sekarang ini membawahi beberapa kampung yakni; Malangnengah, Papanggo, Jujuluk, Kebon Cau, Tarikolot, Lebong, Pasir Limus, Malangbong, Perumahan Pepabri, Komplek Pemda, Cisalam, Lembursawah Lebak, Lembursawah Pasir dan Pasir Ngeuper. Posisi Kantor Kelurahan Cijoro Pasir adalah di sekitar perempatan lampu merah Kp. Malangnengah. Ciri khas kelurahan Cijoro Pasir diantaranya adalah diadakan pengajian "Fathul Ulum" keliling setiap 1 bulan sekali dengan mengambil tempat selalu berpindah bergiliran antar kampung ke 11 RW se Kelurahan Cijoro Pasir. Kegiatan ini menyebabkan warga masyarakat antar kampung menjadi saling mengenal. Pada Masa Pemerintahan Nyai Buyut Jaro Ummu Hasan (Lurah Cijoro Pasir Pertama, 1851-1856) , Nyai Buyut Lurah Ummu menertibkan perkampungan yang terpencil dan terpisah pisah menjadi satu, contohnya para penduduk mengosongkan Kampung Pasir Kerud dan dipindahkan ke Kampung Lembur Sawah Pasir. Perkampungan Gunung Puntang pun dikosongkan dan para penduduk dipindahkan ke Pasir Ngeuper dan Pasir Turi. selanjutnya hutan belantara MalangNengah dibuka dan dijadikan perkampungan. Lurah Ummu pun bergotong royong bersama warga kampung dan para pekerja untuk membuat jalan raya dan menghubungkan jalan keseluruh pelosok perkampungan, dimasa Pemerintahan Nyai Buyut Jaro Ummu, Kelurahan Cijoro Pasir aman dari gangguan, karena sang Lurah sendiri sosok Pendekar yang sangat sakti mandraguna, Para Jawara dan Pendekar lainnya di Rangkasbitung ketakutan jika menghadapinya. Lurah Ummu juga sangat memperhatikan Bahan pokok warganya agar tidak kelaparan, maka dibukalah hutan hutan belantara salah satunya hutan di Pojok Ciupas untuk dijadikan lahan pesawahan. setelah Nyai Buyut Jaro/Lurah Ummu wafat tahun 1856 diusia 65 tahun dan dimakamkan di TPU Kramat Tanjong disamping makam suaminya (Ki Buyut Abu Hasan) dan makam anaknya (Ki Buyut Jamat). pada tahun 1899 Kampung Tanjong (Kampung Halaman Nyi Buyut Ummu) terpecah menjadi dua bagian karena terkena Proyek Jalur Rel Kereta Api yang dibuat Pemerintah Belanda. setengah dari Penduduk Kampung Tanjong pindah ke Kampung Lembur Sawah Lebak, ke Kampung Ciawi, ke Kampung MalangNengah, dan sebagian menetap di pinggiran jalan raya yang kelak menjadi kampung cisalam. pada tahun 1910 warga masyarakat Cijoro Pasir dan seluruh penduduk Rangkasbitung bergotong royong menggali tanah membuat saluran Air Ciujung untuk mengalihkan aliran sungai yang mengalir dari Kalimati ke kampung Malangnengah terus ke Kolelet itu agar beralih aliran sungainya ke jln.sukarno-hatta Jembatan Baypash selahaur sekarang sampai ke pamarayan sana. GAMBARAN UMUM KELURAHAN CIJORO PASIR KECAMATAN RANGKASBITUNG KABUPATEN LEBAK Tahun 2022 I Luas Wilayah 364,97 Ha 1 Jumlah RT 55 2 Jumlah RW 11 3 Jumlah Penduduk 9.917 Jiwa 4 Rata-rata jiwa / Rumah tangga 3 Jiwa 5 Kepadatan Penduduk / KM2 3.920 Jiwa 6 Rasio Beban Tanggungan 46.40 7 Rasio Jenis Kelamin 105.96 8 Penduduk 15 tahun ke atas melek huruf 7.174 Jiwa 9 Penduduk 15 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP / MTs 1.782 Orang b. SMA / MA 1.915 Orang c. Sekolah Menengah Kejuruan 1.005 Orang d. Diploma I / Diploma II 208 Orang e. Akademi / Diploma III 370 Orang f. S1 / Diploma IV 380 Orang g. S2 / S3 (Master / Doktor) 25 Orang Referensi |