Christine Dobbin
Dr. Christine Elizabeth Dobbin FAHA (lahir 28 Maret 1941) adalah seorang sejarawan berkebangsaan Inggris yang mengkaji bidang politik, agama, dan ekonomi Asia.[1] Dobbin merupakan seorang Indonesianis yang penelitiannya berpusat pada gerakan Padri di Minangkabau, Sumatra.[2][3] ProfilLahir di Bishop Auckland, County Durham, Dobbin merupakan putri pasangan Harry dan Bessie Dobbin. Dobbin menyelesaikan studi di Universitas Sydney untuk gelar Sarjana Muda (BA) pada 1961. Pada 1962, ia memperoleh Beasiswa Commonwealth untuk melanjutkan studi di Universitas Oxford dan lulus pada 1964. Setelah itu, pada 1966, Dobbin mengambil pendidikan doktoral di kampus yang sama berbekal beasiswa International Federation of University Women Travelling Fellowship dan Lady Margaret Hall Commonwealth Scholarship. Pada 1967, ia menerima DPhil dari Universitas Oxford untuk tesisnya yang berjudul The Growth of Urban Leadership in Western India, With Special Reference to Bombay City, 1840–1885.[1] KarierSetelah menyelesaikan studi doktoralnya pada 1967, Dobbin ditunjuk sebagai Asisten Dosen di Universitas Lancaster hingga 1968. Dari 1968 hingga 1973, ia menjadi Rekan Peneliti dalam sejarah Asia Tenggara di Universitas Nasional Australia.[1] Di sini, ia bertemu dengan Jim Davidson dari Departemen Sejarah Asia Tenggara dan Pasifik yang memberikannya research fellowship untuk penelitian sejarah Indonesia.[3] Dari 1973 hingga 1975, Dobbin ditunjuk sebagai dosen dan kemudian dosen senior di Universitas Flinders. Pada 1976, ia menjabat sebagai Anggota Kunjungan dalam sejarah Asia Tenggara di ANU.[1] Dari 1988 hingga 1989, Dobbin merupakan Fellow-in-Residence di Netherlands Institute for Advanced Study (Institut Studi Lanjut Belanda di Bidang Ilmu Sosial). Pada rentang waktu 1980 hingga 1996, Dobbin mengemban berbagai jabatan di Publicwealth Public Service. Pada 1996, ia terpilih sebagai anggota pengajar dari Akademi Kemanusiaan Australia dan dosen tamu hingga pensiun pada 2011.[1][4] Ketertarikan Dobbin terhadap sejarah Indonesia dimulai dari sejarah Islam di Sumatra pada abad ke-19. Ia memusatkan perhatian pada gerakan Padri di Minangkabau, mengikuti saran pakar sejarah Asia Tenggara John Bastin dari School of Oriental and African Studies, Universitas London. Karyanya, Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy: Central Sumatra, 1784–1847 meletakkan Padri sebagai gerakan sosial dengan mengaitkannya pada kondisi Minangkabau pada waktu itu yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat melalui produksi serta perdagangan beras dan kopi. Menurutnya, faktor-faktor penyebab Perang Padri tidak sekedar minum tuak, judi, sabung ayam, atau eksploitasi kolonial semata, melainkan sebuah produk dari rivalitas sosial, ekonomi, kultural dan bahkan politik antara dua kelompok sosial yang berbeda di dalam masyarakat Minangkabau sendiri dengan atau tanpa adanya kolonialisme Belanda.[2][3][5] Karya
Penghargaan
Kehidupan pribadiDobbin memiliki satu orang putri dan dua orang cucu.[1] Referensi
|