Chaime I dari Aragon
Sebagai legislator dan organisator, ia menduduki tempat yang tinggi di antara para raja Spanyol. Chaime mengumpulkan Llibre del Consulat de Mar,[2] yang mengatur perdagangan laut dan mendirikan supremasi Aragon di Mediterania Barat. Ia merupakan tokoh penting dalam pertumbuhan bahasa Katalan, mendukung sastra Katalan, dan menulis autobiografi semu pemerintahannya Llibre dels feyts, dan membuat Katalan sebagai bahasa resmi di wilayah kekuasaannya.[2] Masa kecil dan pemerintahan sampai dewasaChaime dilahirkan sebagai putra tunggal Peter II dan Maria, pewaris Guilhèm VIII dari Montpellier dan Eudokia Komnene. Sebagai anak, Chaime menjadi pion di dalam kekuatan politik di Provence, di mana ayahnya terlibat dalam pertempuran menolong mubtadi' Kathar dari Albi melawan pasukan Perang Salib Albigensia yang dipimpin oleh Simon IV de Montfort, Earl Leicester, yang mencoba untuk memusnahkan mereka. Peter mencoba untuk menenangkan para pasukan Perang Salib dengan mengatur pernikahan antara putranya, Chaime dengan putri Simon. Ia mempercayakan putranya untuk dididik di bawah asuhan Montfort pada tahun 1211, akan tetapi tak lama setelah itu ia terpaksa harus mengangkat senjata untuk melawannya, dan gugur di medan Perang Muret pada tanggal 12 September 1213. Montfort secara sukarela memanfaatkan Chaime sebagai jaminan untuk mengembangkan kekuasaannya sendiri apabila Aragon dan Katalan mengajukan banding ke Paus Innosensius III, yang bersikeras bahwa Monfort harus menyerah kepadanya. Chaime diserahkan di Carcassonne, pada bulan Mei atau Juni 1214, kepada wakil paus Pietro dari Benevento. Chaime kemudian dikirim ke Monzón, di mana ia dilindungi oleh Guillaume dari Montreuil, pemimpin Ordo Bait Allah di Spanyol dan Provence; kerajaan untuk sementara jatuh ke tangan paman buyutnya Sancho, Pangeran Roussillon, dan putranya, sepupu raja, Nuño. Kerajaan berada di dalam suasana kebingungan sampai pada tahun 1217, para Ordo Bait Allah dan beberapa bangsawan yang lebih setia membawa raja kecil ke Zaragoza.[3] Pada tahun 1221, ia menikahi Leonor, putri Alfonso VIII dari Kastilia dan Eleanor dari Inggris, Ratu Kastilia. Enam tahun berikutnya di dalam masa pemerintahannya yang penuh dengan pemberontakan dari pihak para bangsawan. Dengan Perjanjian Alcalá pada tanggal 31 Maret 1227, para bangsawan dan raja dapat berdamai.[4] Hubungan dengan Prancis dan NavarraDari tahun 1230 sampai 1232, Chaime bernegosiasi dengan Sancho VII dari Navarra, yang mendambakan pertolongannya melawan keponakannya dan kerabat dekatnya yang lain, Theobald I dari Navarra. Chaime dan Sancho bernegosiasi sebuah perjanjian di mana Chaime akan mewarisi Navarra setelah kematian Sancho tua, tetapi ketika hal ini terjadi, para bangsawan Navarra sebaliknya malah mengangkat Theobald I dari Navarra ke atas tahta (tahun 1234), dan Chaime memperdebatkan hal tersebut. Paus Gregorius IX diminta untuk campur tangan.[5] Pada akhirnya, Chaime menerima suksesi Theobald I. Anak haram Chaime, Peter III dari Aragon dan Fernán Sánchez, yang diperintahkan sebagai bagian dari armada, meneruskan perjalanan mereka ke Akko, di mana mereka tiba di bulan Desember. Mereka menemukan bahwa Baibars, Sultan Mamluk di Mesir, telah melanggar perjanjian mereka dengan Kerajaan Yerusalem dan mendemonstrasikan kekuatan militernya di depan Akko. Selama demonstrasi, pasukan Mesir bersembunyi di semak-semak untuk menjebak pasukan Franka yang kembali dari Galilea. Putra-putra Chaime awalnya bersemangat untuk berperang, tetapi kemudian berubah pikiran setelah melihat hal tersebut dan kembali ke dalam negeri melalui Sisilia, di mana Fernán Sánchez diberi gelar ksatria oleh Charles dari Anjou. Perlindungan dalam seni, pembelajaran dan kesusatraanChaime membangun Katedral Lleida, yang dikonstruksikan dengan gaya transisi antara arsitektur Romawi dan Gothik dengan sedikit pengaruh dari gaya Moor.[6] Chaime merupakan pelindung Universitas Montpellier, yang berhutang banyak pembangunan atas dukungannya.[7] Ia juga mendirikan studium di Valencia pada tahun 1245 dan menerima hak istimewa untuk itu dari Paus Innocensius IV, tetapi tidak berkembang baik sekali.[8] Pada tahun 1263, Chaime memimpin perdebatan di Barcelona antara rabbi Yahudi Nahmanides dan Pablo Christiani, seorang converso terkemuka. WarisanKesukaan Chaime membanggakan anak haramnya yang menimbulkan sebuah protes dari kalangan bangsawan, dan juga terjadi konflik di antara putra-putranya yang sah dan tidak sah. Ketika pada suatu waktu, Fernan Sanchez, yang bersikap sangat tidak terpuji dan berkhianat pada ayahnya dibunuh oleh putranya yang sah Peter, raja tua mencatat kepuasan suramnya. Di dalam wasiatnya Chaime membagi wilayahnya di antara putra-putranya dari Jolán dari Hungaria: Peter menerima properti daratan Hispanik dan Chaime II; Kerajaan Mallorca (termasuk kepulauan Balearik dan provinsi-provinsi Roussillon dan Cerdanya) dan kemaharajaan di Montpellier. Pembagian ini menghasilkan konflik pembunuhan di antara saudara. Pada tahun 1276, raja sakit keras di Alzira dan mengundurkan diri dari kerajaan, bermaksud untuk mengasingkan diri ke biara Poblet, akan tetapi ia mangkat di Valencia pada tanggal 27 Juli. KeluargaChaime pertama kali menikah dengan Eleanor dari Kastilia (wafat 1244), puteri Alfonso VIII dari Kastilia dan Eleanor dari Inggris, Ratu Kastilia. Meskipun kemudian ia meminta pembatalan pernikahan, seorang puteranya dinyatakan sah oleh isterinya:
Pada tahun 1235, Chaime menikah kembali dengan Violant dari Hungaria, putri Andrew II dari Hungaria dari permaisuri keduanya Yolande de Courtenay. Mereka memiliki sejumlah anak:
Chaime menikah untuk ketiga kalinya Teresa Gil de Vidaure, namun hanya dengan dokumen pribadi, dan meninggalkan permaisurinya ketika ia menderita penyakit kusta. Anak-anak dari pernikahan ketiganya diakui di dalam wasiat terakhirnya sebagai anggota suksesi mahkota, sehingga garis keturunan seniornya jatuh. Chaime juga memiliki sejumlah kekasih, selama dan setelah pernikahannya, dan beberapa orang dari mereka melahirkan keturunannya yang tidak sah. Dengan Blanca d'Antillón:
Dengan Berenguela Fernández:
Dengan Elvira Sarroca:
Catatan
BibliografiBurns, R. Ignatius. “Journey from Islam: Incipient Cultural Transition in the Conquered Kingdom of Valencia (1240-1280).” Speculum 35.3 (1960): 337-356.
Bacaan lanjut
Pranala luar
|