Caturasrama (Dewanagari: चतुराश्रम; ,IAST: caturāśrama, चतुराश्रम) adalah empat tingkatan kehidupan atas dasar keharmonisan hidup dalam ajaran Hindu. Setiap tingkatan kehidupan manusia di bedakan berdasarkan atas tugas dan kewajiban manusia dalam menjalani kehidupannya, tetapi terikat dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai contohnya, perbedaan kewajiban antara orang tua dan anak.
Pembagian
Di bawah sistem asrama, kehidupan manusia terbagi menjadi empat periode atau rentang waktu. Tujuan dari setiap periode adalah pencapaian ideal dari masing-masing tahap kehidupan.[1][2]
Caturasrama
Asrama atau tahap
|
Usia[3]
|
Deskripsi[1][2][4][5]
|
Upacara transisi
|
Brahmacari (bersekolah)
|
Sampai 24
|
Brahmacari adalah tingkat masa menuntut ilmu/masa mencari ilmu. Masa Brahmacari diawali dengan upacara Upanayana dan diakhiri dengan pengakuan dan pemberian Samawartana (ijazah).
|
Upanayana
|
Grehasta (berumah tangga)
|
24–48
|
Grehasta adalah tingkat kehidupan berumahtangga. Masa Grehasta ini adalah merupakan tingkatan kedua setelah Brahmacari. Dalam memasuki masa Grehasta diawali dengan suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan) yang bermakna sebagai pengesahan secara agama dalam rangka kehidupan berumah tangga (melanjutkan keturunan, melaksanakan yadnya dan kehidupan sosial lainnya).
|
Samawartana
|
Wanaprasta (pensiun)
|
48–72
|
Wanaprasta merupakan tingkat kehidupan ketiga. Dimana berkewajiban untuk menjauhkan diri dari nafsu keduniawian. Pada masa ini hidupnya diabdikan kepada pengamalan ajaran darma. Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan/moksa dipraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari.
|
|
Sanyasa (bertapa brata)
|
72– meninggal
|
Sanyasa merupakan tingkat terakhir dari caturasrama, ketika pengaruh dunia sama sekali lepas. Mengabdikan diri pada nilai-nilai dari keutamaan darma dan hakikat hidup yang benar. Pada tingkatan ini, umat Hindu dianjurkan untuk memperbanyak kunjungan (dharma yatra, tirtha yatra) ke tempat suci, dan seluruh sisa hidup hanya diserahkan kepada Tuhan untuk mencapai moksa.
|
Sistem asrama diyakini oleh umat Hindu dapat melengkapi purusarta atau tujuan kehidupan, yaitu Darma (kebenaran), Arta (kemakmuran), Kama (kenikmatan), dan Moksa (kebebasan).
Perkembangan tahap kehidupan
|
Periode
|
Asrama (tahap kehidupan)
|
Purusarta (tujuan kehidupan)
|
Deskripsi
|
Saisawa
|
0–2 tahun
|
|
|
Tidak ada norma yang berlaku bagi tahap ini
|
Balya
|
3–12 tahun
|
Brahmacari
|
Darma
|
Widyaramba, belajar menulis, berhitung, dan pelajaran dasar sesuai warna
|
Kaumara (13–19)
|
Kaisora
|
13–15 tahun |
Brahmacari |
Darma dan Moksa |
|
Tarunya
|
16–19 tahun |
Brahmacari |
Darma dan Moksa |
|
Yowana (20–59)
|
Yowana-I (Tarunayowana)
|
20–29 tahun |
Brahmacari atau Grehasta |
Darma, Arta, dan Moksa |
|
Youvana-II (Prodayowana)
|
30–59 tahun |
Grehasta |
Darma, Arta, dan Kama dan Moksa |
|
Wardakya (60+ )
|
Wardakya (Periode-I)
|
60–79 tahun |
Wanaprasta |
Darma dan Moksa |
|
Wardakya (Periode-II)
|
80+ tahun |
Sanyasa |
Darma dan Moksa |
|
Catatan kaki
Daftar pustaka
- Chakkarath, Friedlmeier, Schwarz (2005), Culture And Human Development, Psychology Press, ISBN 1-84169-568-8
- Kriyananda, Swami (1998), The Hindu Way of Awakening, Crystal Clarity Publishers, ISBN 1-56589-745-5
- Rama, Swami (1985), Perennial Psychology of the Bhagavad Gita, Himalayan Institute Press, ISBN 0-89389-090-1
- Walters, J. Donald (1998), The Hindu Way of Awakening: Its Revelation, Its Symbols, an Essential View of Religion, Crystal Clarity Publishers, ISBN 978-1-56589-745-8, diakses tanggal 12 Juli 2013 [pranala nonaktif permanen]
|