Cargill
Cargill, Incorporated adalah sebuah perusahaan global asal Amerika Serikat[2][3] yang berkantor pusat di Minnetonka, Minnesota, dan didaftarkan sebagai badan hukum di Wilmington, Delaware.[4] Didirikan pada tahun 1865, Cargill merupakan perusahaan swasta dengan pendapatan terbesar di Amerika Serikat.[5] Jika perusahaan ini merupakan perusahaan publik, maka Cargill, pada tahun 2015, menempati peringkat ke-15 dalam daftar Fortune 500, tepat di bawah McKesson dan di atas AT&T.[6] Beberapa bisnis utama Cargill adalah perdagangan, pembelian dan pendistribusian biji padi-padian dan komoditas pertanian lain, seperti minyak kelapa; perdagangan energi, baja, dan transportasi; pengembangbiakan ternak dan produksi pakan; serta memproduksi bahan makanan seperti amilum dan sirup glukosa, minyak dan lemak sayur untuk digunakan pada makanan instan dan industri. Cargill juga memiliki bisnis jasa keuangan, yang mengelola risiko keuangan Cargill di pasar komoditas. Pada tahun 2003, Cargill memisahkan sebagian bisnis keuangannya ke Black River Asset Management, sebuah pengelola investasi global dengan sekitar $10 miliar aset dan liabilitas. Cargill memiliki 2/3 saham The Mosaic Company (dijual pada tahun 2011), salah satu produsen dan pemasar fosfat dan garam abu terkonsentrasi terkemuka di dunia. Cargill mencatatkan pendapatan sebesar $114,695 miliar dan laba sebesar $3,103 miliar pada tahun 2018.[7] Mempekerjakan lebih dari 166.000 orang di 66 negara, Cargill menyumbang 25% dari total ekspor biji padi-padian Amerika Serikat. Cargill juga menyumbang sekitar 22% dari total produksi daging domestik Amerika Serikat, mengimpor lebih banyak produk dari Argentina daripada perusahaan lain, dan merupakan produsen unggas terbesar di Thailand. Semua telur yang digunakan oleh McDonald's di Amerika Serikat harus masuk terlebih dahulu ke pabrik Cargill. Perusahaan ini juga menjadi satu-satunya produsen garam proses Alberger di Amerika Serikat, yang biasanya digunakan di industri makanan cepat saji. Cargill masih merupakan sebuah perusahaan keluarga, dengan keturunan dari pendiri (dari Keluarga Cargill dan MacMillan) memiliki 90% saham perusahaan ini.[8] Gregory R. Page menggantikan Warren Staley sebagai CEO Cargill pada pertengahan tahun 2007, karena Staley telah mencapai usia pensiun, yakni 65 tahun. Page menjadi CEO dan chairman Cargill hingga tahun 2013, saat ia digantikan oleh Dave MacLennan. SejarahCargill didirikan pada tahun 1865 oleh William W. Cargill setelah membeli sebuah rumah padi di Conover, Iowa. Setahun kemudian, saudara William, Sam bergabung ke dalam perusahaan, sehingga terbentuklah W. W. Cargill and Brother. Mereka bersama-sama membangun rumah padi dan membuka sebuah lapangan penyimpanan kayu. Pada tahun 1875, Cargill pindah ke La Crosse, Wisconsin, dan saudaranya, James bergabung ke dalam perusahaan. La Crosse terletak di dekat persimpangan dari Sungai La Crosse River, Dubuque, dan divisi Minnesota Selatan dari Chicago, Milwaukee and St. Paul Railroad. Sam Cargill meninggalkan La Crosse pada tahun 1887 untuk mengelola kantor di Minneapolis, yang produksi padinya yang terus berkembang. Tiga tahun kemudian, bisnis di Minneapolis didaftarkan sebagai badan hukum dengan nama Cargill Elevator Co.. Beberapa tahun kemudian, bisnis di La Crosse didaftarkan sebagai badan hukum dengan nama W. W. Cargill Company of La Crosse, Wisconsin. Pada tahun 1898, John H. MacMillan, Sr., dan saudaranya, Daniel, mulai bekerja di W. W. Cargill. MacMillan kemudian menikahi putri tertua William Cargill, Edna. Abad ke-20Pasca meninggalnya Sam Cargill pada tahun 1903, William Cargill menjadi pemilik tunggal kantor La Crosse. John MacMillan kemudian ditunjuk sebagai manajer umum Cargill Elevator Company dan memindahkan keluarganya ke Minneapolis. William Cargill meninggal pada tahun 1909, dan menimbulkan krisis fiskal bagi perusahaan. MacMillan pun berupaya menyelesaikan masalah kredit dan memaksa saudara iparnya, William S. Cargill keluar dari perusahaan. Pemilik Cargill saat ini merupakan keturunan dari kedua anak John MacMillan, yakni John H. MacMillan, Jr., dan Cargill MacMillan, Sr., serta keturunan dari saudara ipar termudanya, Austen S. Cargill I. John MacMillan memimpin Cargill hingga pensiun pada tahun 1936. Di bawah kepemimpinannya, Cargill tumbuh berkali-kali lipat, dan berekspansi dengan membuka kantor pertamanya di Pesisir Timur Amerika Serikat, tepatnya di New York, pada tahun 1923, dan kantor pertama di Kanada, Eropa, dan Amerika Latin pada tahun 1928, 1929, dan 1930. Selama periode ini, Cargill berhasil mencatatkan rekor laba, namun juga pernah mengalami krisis keuangan. Krisis pertama diakibatkan oleh hutang yang ditinggalkan William W. Cargill. Cargill pun menerbitkan surat hutang dengan total nilai $2,25 juta, dengan didukung oleh saham Cargill, untuk membayar hutang ini. Surat hutang ini jatuh tempo pada tahun 1917, namun berkat kenaikan harga padi yang disebabkan oleh Perang Dunia I, semua surat hutang dapat dilunasi pada tahun 1915. Selama Perang Dunia I, Cargill mencatatkan rekor laba. Empat tahun kemudian, sebagai hasil dari krisis keuangan pada tahun 1920, Cargill mencatatkan kerugian pertamanya. Salah satu kritik terbesar yang pernah diterima Cargill adalah dituduh terlalu arogan. Gaya manajemen MacMillans yang agresif menyebabkan perselisihan selama satu dekade dengan Dewan Perdagangan Chicago. Perselisihan ini bermula pada tahun 1934, saat Dewan menolak menjadikan Cargill sebagai anggota. Pemerintah Amerika Serikat kemudian menganulir keputusan ini dan memaksa Dewan untuk menerima Cargill sebagai anggota. Penanaman jagung pada 1936 gagal, sehingga stok jagung untuk tahun 1937 diperkirakan kosong hingga bulan Oktober. Dewan Perdagangan Chicago pun memerintahkan Cargill untuk menjual beberapa stok jagungnya, namun Cargill menolak perintah ini.[9] Otoritas Perdagangan Komoditas Amerika Serikat dan Dewan Perdagangan Chicago pun menuduh Cargill sedang mencoba untuk memanipulasi harga jagung. Pada tahun 1938, Dewan membekukan keanggotaan Cargill dan tiga orang staf dari lantai perdagangan. Saat Dewan mencabut pembekuan ini beberapa tahun kemudian, Cargill menolak untuk kembali bergabung, dan memutuskan berdagang melalui pedagang independen. Pada tahun 1962, Cargill kembali bergabung dengan Dewan Perdagangan Chicago, dua tahun pasca meninggalnya John MacMillan, Jr. Selama Perang Dunia II, MacMillan, Jr., melanjutkan ekspansi perusahaan, dan berhasil karena mereka menyimpan dan mengangkut padi, serta membuat kapal untuk Angkatan Laut Amerika Serikat.[9] Pada tahun 1960, Erwin Kelm menjadi CEO pertama Cargill yang bukan berasal dari lingkungan keluarga pendiri. Bertekad untuk ekspansi ke hilir, ia pun memimpin perusahaan untuk berinvestasi pada penggilingan, amilum, dan sirup. Selain itu, Cargill juga mengembangkan sebuah jaringan intelijen pasar, dimana mereka mengoordinasikan perdagangan, pemrosesan, dan pengiriman komoditasnya, serta bisnis kontrak berjangkanya. Sebelum adanya surel, Cargill menggunakan sistem teleksnya sendiri untuk berkomunikasi secara internal.[9] Saat Uni Soviet masuk ke pasar padi pada dekade 1970-an, permintaan pun meningkat signifikan, dan Cargill pun berhasil meraih keuntungan besar. Saat Whitney MacMillan, sepupu John, Jr., menggantikan Kelm sebagai CEO pada tahun 1976, pendapatan Cargill berhasil mendekati $30 miliar. Pemerintah Amerika Serikat kemudian menuduh pengekspor besar padi, terutama Cargill sedang memanipulasi pasar, namun Cargill berhasil lolos tanpa masalah berarti.[9] Pada tahun 1979, Cargill masuk ke bisnis pemrosesan daging dengan membeli MBPXL (kemudian Excel).[10] Divisi ini kemudian berekspansi ke bisnis kalkun, layanan makanan, dan distribusi makanan. Divisi ini kini dikenal sebagai Cargill Meat Solutions. Pada tahun 1986, Cargill mulai beroperasi di Venezuela melalui kemitraan dengan Mimesa C.A. milik Keluarga Possenti dengan membentuk Agroindustrial Mimesa di Maracaibo, yang bertujuan untuk memproduksi tepung dan pasta. Pabrik ini kemudian terus dikembangkan.[11] Pemegang saham swasta Cargill kemudian menyampaikan kritik, karena biasanya 80% dari laba Cargill digunakan kembali untuk berbisnis. Pada awal dekade 1990-an, anggota Keluarga Cargill dan MacMillan kecewa karena sahamnya di perusahaan menghasilkan dividen yang tidak terlalu besar. Pemegang saham pun menginginkan agar Cargill segera melantai di bursa. Cargill kemudian merespon dengan rencana kepemilikan saham bagi pegawai, dan pada tahun 1993 dikabarkan telah membeli 17% saham perusahaan dengan harga $730 juta dari 72 anggota Keluarga Cargill dan MacMillan. Cargill menggunakan saham tersebut untuk rencana kepemilikan saham bagi pegawainya. Dewan direksi Cargill kemudian direorganisasi menjadi hanya enam direktur, enam direktur independen, dan lima manajer.[9] Ernest Micek menjadi CEO Cargill pada bulan Agustus 1995. Cargill kemudian mengalami kesulitan pada tahun-tahun berikutnya, antara lain saat bisnis keuangannya kehilangan ratusan juta dolar pada tahun 1998 saat Rusia gagal membayar hutang dan negara berkembang mulai mengalami kesulitan keuangan. Bisnis komoditas dan bahan makanan, yang menyumbang 75% dari total pendapatan Cargill, menderita akibat Krisis Keuangan Asia 1997.[9] Pendapatan turun signifikan selama dua tahun berturut-turut, dari $55,7 miliar pada tahun 1997 menjadi $51,4 miliar pada tahun 1998 dan $45,7 miliar pada tahun 1999, sementara pendapatan bersih jatuh dari $814 juta pada tahun 1997 menjadi $468 juta pada tahun 1998 dan $220 juta pada tahun 1999.[8] Pada tahun 1999, Cargill memiliki hutang sebesar $4 miliar. Setelah terjadinya penurunan peringkat kredit obligasi, Micek mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO.[9] 2000-anWarren Staley menjadi CEO Cargill dan melanjutkan ekspansi Cargill sehingga berhasil pulih. Pada tahun 2002, Cargill mencatatkan penjualan tahunan lebih dari $50 miliar, dua kali lipat dari kompetitor terdekatnya, Archer Daniels Midland, dan mempekerjakan 97.000 orang di lebih dari 1.000 lokasi produksi di 59 negara.[9] Pada tanggal 1 Juni 2007, Staley digantikan oleh Gregory R. Page. Page kemudian digantikan oleh Dave MacLennan sebagai CEO dan chairman Cargill pada bulan Desember 2013. Laba triwulanan Cargill berhasil melebihi $1 miliar untuk pertama kalinya pada tanggal 29 Februari 2008 ($1,03 miliar). Peningkatan sebesar 86% didapat dari kelangkaan bahan makanan global serta berkembangnya industri biofuel yang meningkatkan permintaan atas bisnis utama Cargill di bidang komoditas dan teknologi pertanian.[12][13][14] Pada bulan Oktober 2011, Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan bahwa seorang spesialis bioteknologi Cargill telah terbukti bersalah mencuri informasi dari Cargill dan Dow AgroSciences. Kexue Huang, seorang berkebangsaan Tiongkok, terbukti telah mengirimkan rahasia dagang ke Tiongkok.[15] Pada bulan November 2011, Cargill menyelesaikan akuisisi Provimi dengan harga €1.5 miliar (US$2,1 miliar).[16] Pada tanggal 1 April 2012, Cargill menyelesaikan akuisisi sebuah pabrik pakan anjing dan kucing di Emporia, Kansas milik American Nutrition.[17] Pada bulan Desember 2014, Cargill menyelesaikan pembangunan pabrik kakao dengan investasi sebesar $100 juta di Gresik, Jawa Timur.[18] Pada tahun 2016, Cargill mengumumkan rencananya memindahkan kantor pusat Protein Group dari gedung tua di pusat kota Wichita, Kansas ke sebuah gedung baru di dekat kawasan Kota Tua Wichita. Gedung baru senilai $60 juta ini dibangun di atas lahan gedung yang sebelumnya menjadi markas The Wichita Eagle, yang kemudian dihancurkan.[19][20] Bacaan lebih lanjut
Lihat jugaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Cargill (company). |