Candi KalicilikCandi Kalicilik merupakan salah satu peninggalan pada masa kerajaan Majapahit,[1] sebuah candi Hindu yang terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bangunan candi ini terbuat dari bata merah dan memiliki denah bujur sangkar dengan ukuran 6,8 m x 6,8 m, serta tingginya 8,3 cm. Candi ini terdiri atas tiga bagian yaitu candi, tubuh candi dan atap candi. Pintu candi menghadap ke arah barat dan di atasnya terdapat hiasan berupa kala. Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat relung-relung yang juga berhiaskan kala pada bagian atasnya. Bilik candi kosong dan pada dindingnya terdapat relief Dewa Surya yang dikelilingi oleh sinar matahari. Relief ini merupakan relief Surya Majapahit,[2] yakni simbol dari masa Kerajaan Majapahit. Bagian puncak candi telah hilang, sedangkan bagian kaki candinya telah direnovasi pada tahun 1993. Wikimedia Commons memiliki media mengenai Candi Kalicilik. Hiasan kala ini unik,karena diapit oleh naga yang membentuk motif tengkorak.Telinganya membentuk sayap terentang.Tanduk di kepalanya membuat runcing.Mata kala melotot.Selain hiasan kala terdapat juga angka tahun 1271 saka yang dipahatkan di atas sebuah balok batu. pada bagian atas di keempat pintunya di hiasi kala. Penyusun utama Candi Kalicilik adalah bata merah, adapun batu andesit hanya digunakan untuk memperkuat ambang pintu dan relung-relung candi. Latar belakang sejarah terkait candi ini masih diperdebatkan. Berdasarkan arsitekturnya, candi Kalicilik memiliki kemiripan dengan candi-candi era Singosari, akan tetapi berdasarkan kronogramnya candi ini memiliki keterkaitan dengan Majapahit.[3] SejarahRelung yang dulunya berisi Arca Ganesa dan Nandiswara.Arca tersebut telah hilang.Dari temuan arca tersebut diduga candi ini bernafasan agama Hindu.[4] berdasarkan inskripsi yang menunjukan tahun 1271 saka atau 1349 masehi. hal ini menunjukan bahwa Candi Kalicilik merupakan peninggalan jaman Majapahit, khususnya pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi yang memerintah selama 22 tahun, yaitu tahun 1228 Saka – 1250 Saka. Sahabat tahu,menurut Raffles dalam History of Java menyebut Candi Kalicilik ini dengan nama Candi Genengan (Raffles, 2008: 382). Sepeninggal Raja Sri Jayanegara yang berhak menduduki tahta kerajaan adalah Rajapatni kerena Sri Jayanagara tidak memiliki keturunan. Akan tetapi Rajapatni melimpahkan tahta tersebut kepada putri sulungnya,yaitu Tribhuwanatunggadewi atau lebih dikenal Bhre Kahuripan. Pada tahun 1250 Saka (1328 M) Tribhuwana dinobatkan menjadi ratu Kerajaan Majapahit yang bergelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Nama abheseka ini mengambil nama moyangnya dari Kerajaan Singasari. Tribhuwana menikah dengan Bhatara di Singasari yang bernama Sri Kertawardhana yang merupakan keturunan Panji Seminingrat atau yang bergelar Jayawisnuwardhana. Menurut Kitab Nagarakrtagama selama masa pemerintahan Tribhuwana terjadi pemberotakan di Sadeng dan Kerto pada tahun 1409 Masehi. Pemberontakan dapat dipadamkan oleh Gajah Mada yang akhirnya diangkat menjadi patih di Majapahit mengantikan Patih Arya Tadah yang sudah lanjut usia. (Slametmulyana, 1983; 160-162). Sahabat,dari uraian di atas dapat memberi gambaran bahwa Ratu Tribhuwana mempunyai hubungan keluarga yang sangat dekat dengan kerajaan Singasari, selain raja-raja Singasari adalah leluhurnya. Kertawardhana, pendampingnya adalah putra dari Jayawisnuwardhana. Sehingga sesuai dengan Dharmanya kewajiban seorang raja adalah mendirikan sebuah bangunan suci dan memperbaiki bangunan suci yang telah rusak.[5] Rujukan
|