Cabai ceremai
Cabai ceremai[1][2][3] (Capsicum chinense; disebut pula sebagai cabai katokkon,[4][5][6] cabai tomat,[1][2] cabai kancing,[2] cabai belimbing,[2] cabai tawau,[2] atau cabai adjuma.[7]) merupakan jenis cabai yang sangat pedas, dimana tingkat kepedasannya melebihi kepedasan cabai rawit. Tingkat kepedasan cabai ini mencapai 100.000-500.000 skala Scoville. Cabai ini sangat populer dalam masakan Belanda-Indonesia, Belanda-Suriname, dan Belanda-Meksiko. BudidayaCabai ceremai berasal dari Benua Amerika, dimana cabai ini mulai masuk ke Indonesia di era Hindia Belanda. Cabai ini tersebar di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Bangka.[2][4] Warnanya beragam dari hijau, kuning, dan jingga.[2] Cabai ceremai tumbuh di cuaca yang panas. Sama seperti cabai yang lain, cabai ceremai tumbuh baik di area yang disinari matahari dikala pagi dan di tanah dengan kadar pH sekitar 5–6 (sedikit asam). Cabai ceremai disirami air hanya jika cuaca dalam keadaan kering. Tanah dan akar yang terlalu basah akan menghasilkan buah cabai yang terasa pahit. Cabai ceremai ini adalah tumbuhan berbunga abadi. Maknanya adalah dengan penanganan dan kondisi pertumbuhan yang benar, tumbuhannya akan terus menghasilkan bunga (dan juga buah) dalam waktu yang lama. Semak-semak cabai ceremai adalah kandidat yang bagus untuk taman yang menggunakan kontainer. Di negara beriklim sedang, cabai ceremai ini bisa diperlakukan sebagai tumbuhan tahunan, jika cabai ini mati pada musim dingin, maka bisa diganti tumbuhan baru pada musim semi berikutnya. Di negara beriklim tropis dan subtropis, cabai ceremai, seperti cabai yang lain, akan berbuah sepanjang tahun. Selama kondisinya baik, tumbuhannya akan memproduksi buah secara terus-menerus. Ciri fisik & Kandungan mineralBentuk cabai ini keriput dan ukurannya gemuk kecil membulat. Cabai ini sendiri mengandung:
KultivarBeberapa petani telah berusaha secara selektif untuk mengembangkan tananaman ini. Rata-rata cabai naga kuning memiliki tingkatan 325.000 hingga 475.000 pada skala Scoville. Rujukan
|