Butungan adalah sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan luas wilayah kurang lebih 107.584 Ha.
Sejarah Desa
Sebutan Desa Butungan berasal dari sebuah tempat di sebelah barat dan selatan Desa yang merupakan batas Desa Butungan dengan Desa Pengangsalan dan Desa Dibee, tempat tersebut dahulu berupa rawa-rawa, namun saat ini menjadi areal sawah tambak. Dahulu kala tempat tersebut merupakan aliran sungai Bengawan Solo yang karena proses alam selama bertahun-tahun sungai tersebut mengalami pendangkalan dan tidak ada terusannya (dalam Bahasa Jawa disebut buntu atau buntung), hal ini kemudian diperkuat dengan adanya bukti-bukti sebagai berikut;
- Geografis, secara geografis tembat tersebut hampir sama seperti kondisi alam sungai Bengawan Solo sekarang yang terletak di sebelah utara Desa Butungan. Beberapa kesamaan tersebut antara lain; a). Struktur tanah bagian dasar rawa merupakan tanah lempung berpasir berwarna kuning coklat kemerah-merahan; b). Tanah sepanjang bantaran rawa merupaka tanah tegalan; c). Sumber air di sekitar lokasi sangat dangkal dan tawar, sedangkan sumber air yang jauh dari lokasi terasa asin; d). Luas lokasi tersebut hampir sama dengan luas Bengawan Solo.
- Sejarah Tutur, berdasarkan sejarah tutur yang berkembang selama bertahun-tahun dan turun-temurun di masyarakat sekitar di tempat tersebut pernah berlayar sebuah perahu besar yang memuat jagung, kemudian karena suatu hal terjadi akhirnya perahu tersebut tenggelam beserta jagung yang dibawanya, dengan adanya perahu besar yang berlayar maka dapat disimpulkan bahwa tempat tersebut adalah sebuah sungai yang besar, dan pada zaman dulu sungai Bengawan Solo adalah merupakan jalur Transportasi yang sangat penting dan sangat ramai banyak dilewati perahu layar dan kapal-kapal dagang yang menghubungkandunia luar dari Pesisir Timur Gresik dan Surabaya menuju pedalaman Gresik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Ngawi Sragen sampai ke Solo. Sehingga dulu di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo berdiri pusat-pusat perdagangan beurap pasar-pasar tradisional dan pusat-pusat pemerintahan. Selanjutnya, masih berdasarkan sejarah tutur di atas, sampai saat ini ketika di Desa Butungan terjadi hujan deras, maka di tempat rawa tersebut terkadang akan muncul penampakan centik perahu (bagian ujung perahu) dengan diiringi sayup-sayup terdengar suara gamela ditabuh. Apabila hal itu terjadi, hal itu merupakan pertanda bahwa tanaman jagung di Desa Butungan akan tumbuh subur dan hasil panen akan melimpah, Wallohua’lam Bisshowab.... dan pada kenyataannya jagung merupakan penghasilan utama Masyarakat Desa Butungan disamping tanaman padi. Seiring perkembangan zaman dan sampai saat ini tempat atau yang kini seperti rawa tersebut akhirnya biasa disebut “banbuntu” yang merupakan kepanjangan dari Bengawan Buntu atau Bengawan Buntu. Jika dipandang dari sudut etimologi, kata “buntung” jika diberi akhiran “an” maka akan menjadi “buntungan”, dan kata “buntungan” inilah yang akhirnya sering dipakai Masyarakat Desa Butungan dan sekitarnya menyebut kawasan Desa Butungan, dan karena pengaruh dialek dan idialek serta ucapan yang turun temurun, berawal dari kata “buntungan” akhirnya kini menjadi “butungan” yang saat ini menjadi nama sebuah kawasan atau Desa yaitu “Desa Butungan”.
Susunan Penjabat Kepala Desa
Adapun Para Pejabat Kepala Desa Butungan semenjak berdirinya Desa Butungan hingga saat ini adalah sebagai berikut:
NO
|
NAMA
|
MASA JABATAN
|
KETERANGAN
|
1.
|
P. SAMPIR
|
Masa Kolonial Belanda
|
Kepala Desa
|
2.
|
KASBI
|
1945-1974
|
Kepala Desa
|
3.
|
SUPRAPTO
|
1974-1990
|
Kepala Desa
|
4.
|
RATNO
|
1990-1998
|
Kepala Desa
|
5.
|
SURIPTO
|
1998-2006
2007-2013
|
Kepala Desa
|
6.
|
SUMAROH
|
2013-2019
|
Kepala Desa
|
7.
|
KARTONO
|
2019-2025
|
Kepala Desa
|
Perbatasan