Butun
Butun atau keben (Barringtonia asiatica) adalah sejenis pohon yang tumbuh di pantai-pantai wilayah tropika, di Samudra Hindia, kawasan Malesia, hingga ke pulau-pulau di Pasifik barat. Nama lainnya adalah putat laut.[4] Buahnya terapung di air, sehingga tersebar secara luas pada banyak pulau dan pantai.[4] Tinggi tanaman dapat mencapai 30 m.[4] Kayunya digunakan dalam pekerjaan konstruksi dan juga untuk membuat kano.[4] DeskripsiPohon dengan tinggi 5–17 m dan diameter hingga 50 cm.[5] Batang pada umumnya agak bengkok, bercabang-cabang rendah dekat tanah.[5] Daun duduk, bulat telur terbalik, bentuk memanjang atau bentuk lanset, kerapkali dengan ujung dan pangkal membulat, 20-60 x 10–24 cm, yang besar kerapkali berseling dengan yang kecil, tepi rata, gundul serupa kulit, mengkilat.[5] Daun penumpu kecil tak berarti.[5] Bunga beraturan, biasanya panjang, dalam tandan yang tegak, di ujung berbunga 4-20.[5] Daun pelindung dan anak daun pelindung kecil, lekas rontok.[5] Tabung kelopak bentuk corong, bersegi empat, boleh dikatakan tidak muncul lebih atas dari bakal buah, tinggi kurang lebih 1 cm; tepi sebelum mekar tertutup, kemudian bertaju 2-3.[5] Daun mahkota kebanyakan berjumlah 4, pangkalnya melekat pada tabung benang sari, oval lebar, putih, panjang 5–8 cm.[5] Benang sari dan tangkai putik putih dengan ujung merah, tangkai sari terluar panjang kurang lebih 10 cm, yang terdalam kurang lebih 3 cm.[5] Tonjolan dasar bunga datar.[5] Bakal buah kerapkali beruang 4.[5] Tangkai putik panjang 12–15 cm.[5] Buah serupa piramida lebar, bersegi empat, coklat, tinggi kurang lebih 10 cm, dengan dinding tebal berserabut seperti kayu, taju kelopak dan tangkai putik panjang dan tetap tinggal.[5] Putat laut tumbuh berpencar-pencar di pantai-pantai yang berpasir dan berkarang, kadang-kadang ditanam sebagai pohon hias.[5] Perbungaannya berbentuk tandan dan letaknya diujung, jarang diketiak daun, kelopak bunga hijau seperti tabung panjang, daun mahkota putih, menjorong, benang sari memerah di ujung, putik memerah diujungnya.[6] Buahnya berbentuk bundar seperti telur, menirus keujung, menetragonal tajam ke pangkal yamg menggubang, bila muda berwarna hijau setelah tua berwarna coklat.[6] HabitatHabitat tumbuhan Barringtonia asiatica merupakan kawasan litoral yang hampir eksklusif, pada beberapa daerah pohonnya dapat tumbuh jauh ke daratan pada bukit atau jurang berkapur.[6] Biasanya tumbuh pada pantai berpasir atau koral-pasir di sepanjang pantai atau tepian rawa mangrove pada ketinggian 0–350 m di atas permukaan laut.[6] Pohon keben ini merupakan spesies Barringtonia asli mangrove yang habitatnya di pantai tropis dan pulau-pulau di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat dari Zanzibar ke timur Taiwan, Filipina, Fiji, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon, Kepulauan Cook, Wallis, dan Futuna serta Polinesia Prancis.[7] Penyebaran di Indonesia meliputi Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.[5] SejarahDi Indonesia, keben pernah mendapat predikat sebagai pohon perdamaian.[8] Predikat itu ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada Hari Lingkungan Hidup, pada tanggal 5 Juni 1986.[8] Tema Hari Lingkungan Hidup tahun itu adalah “A Tree for Peace”.[8] Keben tidak hanya pohon perdamaian. Keben juga punya makna lain.[8] Di dalam Keraton Yogyakarta, terdapat area yang dinamai keben karena area tersebut ditanami tanaman tersebut.[8] Konon, keben di Keraton Yogyakarta bermakna sebagai lambang negara yang agung dan bersih.[8] Selain itu, keben juga bermakna merangkul kebenaran.[8] Selain di Yogyakarta, keben juga bermakna di Pulau Anak Krakatau. Konon, keben adalah tumbuhan pertama yang tumbuh di pulau itu setelah meletusnya Gunung Krakatau.[8] ManfaatKadang-kadang ditanam sebagai tanaman hias.[8] Pohon dan bijinya mengandung saponin yang dapat digunakan sebagai racun ikan.[8] Biji yang digunakan sebagai racun ikan sering kali dicampur dengan tuba (Derris – rotenon).[8] Minyak yang berwarna kemerahan dapat diperoleh dengan memanaskan dan memeras bijinya.[8] Di Jawa, cairan yang diperoleh dari bijinya dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan payung, serta untuk membunuh ekto-parasit, seperti lintah.[8] Referensi
|