Bubu

Salah satu bentuk bubu tradisional

Bubu (bms, jv: wuwu, su: buwu) adalah alat perangkap ikan yang dibuat dari bahan dasar potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung kelapa sebagai penutup di belakang yang dijalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang bermacam-macam.[1]

Bubu dikenal pula dengan sebutan lukah oleh masyarakat Minangkabau dan Suku Kubu.[2] Lukah gilo, kesenian tradisional dengan membentuk lukah layaknya manusia lalu dapat bergerak sendiri setelah dibacakan mantera oleh seorang pawang.[3]

Bentuk Bubu

Bentuk bubu sangat beraneka ragam, ada yang berbentuk segi empat, trapesium, silinder, lonjong, bulat setengah lingkaran, seperti rudal, bentuk silinder, atau bentuk kerucut yang dibuatnya dari bahan yang bermacam-macam pula, ada yang dari bahan benang, kawat, rotan dan bambu. Bentuk bubu biasanya disesuaikan dengan ikan yang akan dijadikan target tangkapan, tetapi meskipun yang dijadikan target tangkapan sama terkadang bentuk bubu yang dipakai bisa juga berbeda tergantung pada kebiasaan atau pengetahuan orang yang mengoperasikannya.

Jenis dan Fungsi

Bubu sudah lama digunakakan (th 1930-1940)

Jenis bubu dilihat dari fungsi tempat dan hasil tangkapan ikan bisa dikelompokkan menjadi dua:

Bubu Tradisional

Bubu tradisional adalah bubu yang dipasang / dioperasikan di perairan tawar (termasuk sawah, dam, kali, sungai, dan kolam) yang biasanya berbentuk seperti rudal dan hanya terbuat dari bahan dasar potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung kelapa.

Bubu Nelayan

Bubu Nelayan adalah bubu yang dipasang / dioperasikan di perairan besar (termasuk waduk, danau, dan laut) yang jenisnya sangat beraneka ragam, antara lain:

  • Bubu dasar (Ground Fish Pots).

Bubu yang daerah operasionalnya ada di dasar perairan. Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar beragam, menurut besar kecilnya yang di buat menurut keperluan. Untuk bubu kecil, biasanya memiliki ukuran panjang 1 m, lebar 50–75 cm, tinggi 25–30 cm. untuk bubu besar bisa meraih ukuran panjang 3, 5 m, lebar 2 m, tinggi 75–100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar biasanya terbagi dalam beberapa jenis ikan, udang mutu baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap (Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dan lain-lain.

  • Bubu apung (Floating Fish Pots).

Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan. Jenis bubu apung tidak sama dengan bubu dasar. Wujud bubu apung ini dapat silindris, dapat pula mirip kurung-kurung atau kantong yang dimaksud sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang pemakaiannya ada yang ditempatkan pas dibagian atasnya. Hasil tangkapan bubu apung yaitu beberapa jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dan lain-lain. Pengoperasian Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh lewat tali panjang serta dikaitkan dengan jangkar. Panjang tali sesuai dengan kedalaman air, biasanya 1, 5 kali dari kedalaman air.

  • Bubu hanyut (Drifting Fish Pots).

Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan. Bubu hanyut atau “pakaja“ terhitung bubu ukuran kecil, berupa silindris, panjang 0, 75 m, diameter 0, 4-0, 5 m. Hasil tangkapan bubu tenggelam yaitu ikan torani, ikan terbang (flying fish). Pada saat penangkapan, bubu hanyut ditata dalam kelompok-kelompok yang selanjutnya dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya hingga jumlahnya banyak, antara 20-30 buah, bergantung besar kecil perahu/kapal yang dipakai dalam penangkapan.

  • Bubu jermal

Terhitung jermal besar yang disebut perangkap gunakan surut (tidal trap).

  • Bubu ambai

Dimaksud juga ambai benar, bubu tiang, terhitung gunakan surut ukuran kecil. Bubu ambai terhitung perangkap gunakan surut memiliki ukuran kecil, panjang seluruh pada 7-7, 5 m. bahan jaring yakni terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terbagi dalam empat sisi menurut besar kecilnya mata jaring, yakni sisi muka, sisi tengah, sisi belakang serta sisi kantung. Mulut jaring ada yang berupa bulat, ada juga yang berupa empat persegi memiliki ukuran 2, 6 x 4, 7 m. pada kanan-kiri mulut ada gelang, terbuat dari rotan ataupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang itu dimasukkan dalam banyak jaring ambai serta dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu jejeran ambai terbagi dalam 10-22 buah yang disebut satu unit, juga ada yang meraih 60-100 buah/unit. Hasil tangkapan bubu ambai beragam menurut besar kecilnya mata jaring yang dipakai. Tetapi, biasanya hasil tangkapannya yaitu beberapa jenis udang.

  • Bubu apolo

Nyaris sama juga dengan bubu ambai, bedanya ia memiliki 2 kantong, spesial menangkap udang rebon. Bahan jaring di buat dari benang nilon halus yang terbagi dalam sisi mulut, tubuh, kaki serta sisi kantung. Panjang jaring seluruh meraih 11 m. Mulut jaring berupa empat persegi dengan lekukan sisi kiri serta kanan. Panjang tubuh 3, 75 m, kaki 7, 25 m serta lebar 0, 60 m. pada ujug kaki ada mestak yang diikuti oleh ada dua kantung yang panjangnya 1, 60 m serta lebar 0, 60 m. Hasil tangkapan bubu apolo sama juga dengan hasil tangkapan dengan memakai bubu ambai, yaitu beberapa jenis udang.

Bagian-bagian Bubu

Bagian bubu tradisional lebih simpel terdiri dari tiga bagian[4] yaitu:

  • Badan atau tubuh bubu, umumnya terbuat dari anyaman bamboo yang berbentu empat persegi panjang dengan panjang 125 cm, lebar 80 cm dan tinggi 40 cm. bagian ini dilengkapi dengan pemberat dari batu bata (bias juga pemberat lainnya) yang berfungsi untuk menenggelamkan bubu ke dasar perairan yang terletak pada tempat sudut bubu.
  • Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan, terletak pada sisi bagian bawah bubu. Lubang ini beriameter 35 cm, posisinya tepat di belakang mulut bubu. Lubang ini dilengkapi dengan penutup.
  • Mulut bubu, berfungsi untuk tempat masuknya ikan yang terletak pada bagian depan badan bubu. Posisi mulut bubu menjorok ke dalam badan atau tubuh bubu berbentuk silinder. Semakin kedalam diameter lubangnya semakin mengecil. Pada bagian mulut bagian dalam melengkung kebawah sepanjang 15 cm. lengkungan ini berfungsi agar ikan yang masuk sulit untuk meloloskan diri keluar.

Menurut BBPPI Semarang (2006), bubu[5] terdiri dari:

  • Badan bubu, bagian bubu yang berbentuk kurungan atau keranjang, terbuat dari berbagai bahan, berfungsi sebagai pengurung ikan.
  • Kerangka bubu, bagian bubu yang berfungsi untuk membentuk badanbubu menjadi seperti kurungan atau keranjang, yang trbuat dari berbagai bahan.
  • Tali kerangka bubu, berfungsi untuk mengikat badan bubu dengan kerangka bubu.
  • Mulut atau injep (funnel), bagian bubu yang berbentuk corong tempat masuknya ikan bertujuan agar sukar keluar.
  • Pelampung bubu, bahan yang mempunyai daya apung yang berfungsi untuk mengapungkan bubu.
  • Tali pelampung, tali untuk mengikat atau menghubungkan bubu dngan pelampung.
  • Pemberat, bahan yang mempunyai daya tenggelam berfungsi untuk menenggelamkan bubu.
  • Tali pemberat, tali untuk mengikat dan menghubungknan bubu dengan pemberat.
  • Jangkar, bahan terbuat dari kayu atau besi serta bahan lainnya, berfungsi untuk menahan bubu agar tidak hanyut.
  • Tali jangkar, tali untuk mengikat dan menghubungkan bubu dengan jangkar.
  • Tiang, batang kayu atau bahan lainnya yang ditancapkan kedasar perairan berfungsi untuk mengikatkan bubu.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ umumnya bubu tradisional berbentuk seperti bentuk rudal
  2. ^ Jumati; Hariyadi, Bambang; Murni, Pinta (2012). "Studi Etnobotani Rotan Sebagai Bahan Kerajinan Anyaman Pada Suku Anak Dalam (SAD) di Dusun III Senami, Desa Jebak, Kabupaten Batanghari, Jambi". Biospecies. 5 (1): 33–41. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Febrianti -. "Lukah Gilo dan roh yang marah". Lokadata.ID. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-10. Diakses tanggal 2020-11-30. 
  4. ^ Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) studi-penangkapan-rajungan-portunus-sp
  5. ^ bubu nelayan di perairan besar

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya