BubuBubu (bms, jv: wuwu, su: buwu) adalah alat perangkap ikan yang dibuat dari bahan dasar potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung kelapa sebagai penutup di belakang yang dijalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang bermacam-macam.[1] Bubu dikenal pula dengan sebutan lukah oleh masyarakat Minangkabau dan Suku Kubu.[2] Lukah gilo, kesenian tradisional dengan membentuk lukah layaknya manusia lalu dapat bergerak sendiri setelah dibacakan mantera oleh seorang pawang.[3] Bentuk BubuBentuk bubu sangat beraneka ragam, ada yang berbentuk segi empat, trapesium, silinder, lonjong, bulat setengah lingkaran, seperti rudal, bentuk silinder, atau bentuk kerucut yang dibuatnya dari bahan yang bermacam-macam pula, ada yang dari bahan benang, kawat, rotan dan bambu. Bentuk bubu biasanya disesuaikan dengan ikan yang akan dijadikan target tangkapan, tetapi meskipun yang dijadikan target tangkapan sama terkadang bentuk bubu yang dipakai bisa juga berbeda tergantung pada kebiasaan atau pengetahuan orang yang mengoperasikannya. Jenis dan FungsiJenis bubu dilihat dari fungsi tempat dan hasil tangkapan ikan bisa dikelompokkan menjadi dua: Bubu TradisionalBubu tradisional adalah bubu yang dipasang / dioperasikan di perairan tawar (termasuk sawah, dam, kali, sungai, dan kolam) yang biasanya berbentuk seperti rudal dan hanya terbuat dari bahan dasar potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung kelapa. Bubu NelayanBubu Nelayan adalah bubu yang dipasang / dioperasikan di perairan besar (termasuk waduk, danau, dan laut) yang jenisnya sangat beraneka ragam, antara lain:
Bubu yang daerah operasionalnya ada di dasar perairan. Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar beragam, menurut besar kecilnya yang di buat menurut keperluan. Untuk bubu kecil, biasanya memiliki ukuran panjang 1 m, lebar 50–75 cm, tinggi 25–30 cm. untuk bubu besar bisa meraih ukuran panjang 3, 5 m, lebar 2 m, tinggi 75–100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar biasanya terbagi dalam beberapa jenis ikan, udang mutu baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap (Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dan lain-lain.
Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan. Jenis bubu apung tidak sama dengan bubu dasar. Wujud bubu apung ini dapat silindris, dapat pula mirip kurung-kurung atau kantong yang dimaksud sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang pemakaiannya ada yang ditempatkan pas dibagian atasnya. Hasil tangkapan bubu apung yaitu beberapa jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dan lain-lain. Pengoperasian Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh lewat tali panjang serta dikaitkan dengan jangkar. Panjang tali sesuai dengan kedalaman air, biasanya 1, 5 kali dari kedalaman air.
Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan. Bubu hanyut atau “pakaja“ terhitung bubu ukuran kecil, berupa silindris, panjang 0, 75 m, diameter 0, 4-0, 5 m. Hasil tangkapan bubu tenggelam yaitu ikan torani, ikan terbang (flying fish). Pada saat penangkapan, bubu hanyut ditata dalam kelompok-kelompok yang selanjutnya dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya hingga jumlahnya banyak, antara 20-30 buah, bergantung besar kecil perahu/kapal yang dipakai dalam penangkapan.
Terhitung jermal besar yang disebut perangkap gunakan surut (tidal trap).
Dimaksud juga ambai benar, bubu tiang, terhitung gunakan surut ukuran kecil. Bubu ambai terhitung perangkap gunakan surut memiliki ukuran kecil, panjang seluruh pada 7-7, 5 m. bahan jaring yakni terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terbagi dalam empat sisi menurut besar kecilnya mata jaring, yakni sisi muka, sisi tengah, sisi belakang serta sisi kantung. Mulut jaring ada yang berupa bulat, ada juga yang berupa empat persegi memiliki ukuran 2, 6 x 4, 7 m. pada kanan-kiri mulut ada gelang, terbuat dari rotan ataupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang itu dimasukkan dalam banyak jaring ambai serta dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu jejeran ambai terbagi dalam 10-22 buah yang disebut satu unit, juga ada yang meraih 60-100 buah/unit. Hasil tangkapan bubu ambai beragam menurut besar kecilnya mata jaring yang dipakai. Tetapi, biasanya hasil tangkapannya yaitu beberapa jenis udang.
Nyaris sama juga dengan bubu ambai, bedanya ia memiliki 2 kantong, spesial menangkap udang rebon. Bahan jaring di buat dari benang nilon halus yang terbagi dalam sisi mulut, tubuh, kaki serta sisi kantung. Panjang jaring seluruh meraih 11 m. Mulut jaring berupa empat persegi dengan lekukan sisi kiri serta kanan. Panjang tubuh 3, 75 m, kaki 7, 25 m serta lebar 0, 60 m. pada ujug kaki ada mestak yang diikuti oleh ada dua kantung yang panjangnya 1, 60 m serta lebar 0, 60 m. Hasil tangkapan bubu apolo sama juga dengan hasil tangkapan dengan memakai bubu ambai, yaitu beberapa jenis udang. Bagian-bagian BubuBagian bubu tradisional lebih simpel terdiri dari tiga bagian[4] yaitu:
Menurut BBPPI Semarang (2006), bubu[5] terdiri dari:
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|