Blanca dari Kastilia
Blanca dari Kastilia (Blanca de Castilla di dalam bahasa Spanyol; 4 Maret 1188 – 27 November 1252), merupakan seorang Permaisuri Prancis dan istri Louis VIII. Ia bertindak sebagai wali sebanyak dua kali untuk putranya, Louis IX. Ia dilahirkan di Palencia, Spanyol pada tahun 1188, putri ketiga Alfonso VIII, Raja Kastilia, dan Eleanor dari Inggris. Eleanor adalah putri Henry II dari Inggris dan Aliénor dari Aquitania. BiografiKehidupan AwalDimasa mudanya, ia mengunjungi Biara Santa María la Real de Las Huelgas beberapa kali yang didirikan oleh ayahandanya.[1] Kemudian ia mendirikan biara-biara Sistersian dan dimakamkan disalah satu biara tersebut pada saat ia meninggal. Di dalam konsekuensi dari Perjanjian Le Goulet di antara Philippe Auguste dan John dari Inggris, saudari Blanca Urraca dijodohkan dengan putra Philippe, Louis. Nenek mereka Aliénor dari Aquitania, setelah berkenalan dengan kedua bersaudara itu menilai bahwa kepribadian Blanca lebih cocok untuk menjadi permaisuri Prancis. Sebaliknya pada musim semi pada tahun 1200 Aliénor menyeberangi Pirenia dengannya dan memboyongnya ke Prancis.[2] PernikahanPada tanggal 22 Mei 1200 perjanjian akhirnya ditandatangani, John menyerahkan dengan keponakannya vasal Issoudun dan Graçay, bersama dengan André de Chauvigny, penguasa Châteauroux, yang berada di wilayah Berry, mahkota Inggris. Pernikahan itu dilangsungkan pada keesokan harinya di Port-Mort pada sisi kanan Seine, di di dalam domein John. Pernikahan tersebut hanya disempurnakan setelah beberapa tahun kemudian, dan Blanca melahirkan anak pertamanya pada tahun 1205.[2] Selama pemberontakan para baron Inggris pada tahun 1215-16 melawan Raja John, dari keturunan Inggris Blancalah sebagai cucu perempuan Henry II yang menyebabkan Louis ditawarkan takhta Inggris sebagai Louis I. Namun dengan kematian John pada bulan Oktober 1216, para baron mengalihkan kesetiaan mereka kepada putra John, Henry yang berusia sembilan tahun. Louis malnjutkan klaimnya atas takhta Inggris dengan haknya, hanya untuk menemukan sebuah negara bersatu melawannya. Philippe Auguste menolak untuk putranya, dan Blanca adalah satu-satunya pendukungnya. Ia menetapkan dirinya sendiri di Calais dan mengorganisasikan dua aramada, yang salah satunya dipimpin oleh Eustace si Biarawan, dan sebuah pasukan yang dipimpin oleh Robert dari Courtenay. Dengan pasukan Prancis yang dikalahkan di Lincoln pada bulan Mei 1217 dan kemudian diteruskan dalam perjalanan mereka kembali ke kubu London mereka, Louis sangat membutuhkan bala bantuan dari Prancis. Pada tanggal 24 Agustus, armada Inggris menghancurkan armada Prancis yang membawa bala bantuan ke Sandwich dan Louis dipaksa untuk berdamai. PerwalianSetelah kematian Louis pada bulan November 1226, ia meninggalkan Blanca yang berusia 38 tahun yang kemudian menjadi wali untuk anak-anaknya. Dari kedua atau ketiga belas anak-anaknya, enam telah meninggal, dan Louis, sebagai ahli waris — kemudian disucikan sebagai santo Louis IX — berusia dua belas tahun pada saat itu. Ia memahkotai putranya satu bulan setelah kematian suaminya di Reims dan memaksa para baron untuk bersumpah setia kepadanya. Situasi itu kritis adanya karena Louis VIII meninggal tanpa benar-benar menundukkan para bangsawannya di selatan. Sebuah minoritas membuat domein Kapetia bahkan lebih rentan. Untuk mendapatkan dukungan, ia membebaskan Ferrand dari Flandria, yang telah ditawan semenjak Pertempuran Bouvines. Ia juga menyerahkan wilayah dan beberapa kastil kepada Philippe Hurepel dari Clermont, putra Philippe II dan istrinya yang kontraversial Agnes dari Merania.[3] Namun Blanca harus memutuskan liga para baron (1226), dan diabntu oleh Thibaut IV dari Champagne dan wakil paus di Prancis, Romano Bonaventura, ia mengorganisir pasukan. Kemunculan tiba-tiba yang dibawa para bangsawan ditunda untuk sementara waktu. Lebih dari dua kali Blanca harus mengerahkan pasukan untuk melindungi kepentingan Kapetia terhadap para bangsawan dan Henry III dari Inggris. Salah satu baron mencoba untuk menculik Louis. Ia mengungsi kedalam sebuah kastil dan rakyat Prancis membantu untuk menyelamatkannya. Pada tahun 1229, ia bertanggung jawab atas Perjanjian Paris,[4] dimana Raymond VII dari Toulouse, menyerah kepada Louis. Dengan itu putrinya dan ahli waris Jeanne dipaksa menikah dengan putra Blanca, Alphonse. Ia juga menyerahkan seluruh wilayahnya yang ditundukkan oleh Simon de Montfort ke mahkota Prancis.[5] Hal itu juga dapat diartikan akhir dari Perang Salib Albigensian. Atas biaya beberapa pengaruh mahkota di Poitou, Blanca berhasil menjaga Ibu Suri Inggris Isabelle dan suami keduanya Hugues X dari Lusignan dari mendukung pihak Inggris.[6] Pierre Mauclerc memang mendukung Inggris dan wilayah keadipatian Bretagne yang memberontak melawan mahkota pada tahun 1230. Blanca mengorganisir suatu serangan tiba-tiba dimusim dingin. Ia sendiri bergabung dengan pasukan dan membantu mengumpulkan kayu untuk menghangati pasukan-pasukannya. Pemberontakan tersebut dapat diredakan yang menambah gengsi Blanca dan Louis.[7] Louis berutang wilayah kekuasaanya pada ibundanya dan tetap berada dibawah pengaruhnya selama hidupnya. Terdapat pula sebuah fitnah yang beredar tentang dirinya, menuduhnya telah berzinah dengan Comte Thibaut IV dari Champagne dan Romano Bonaventura. Ibu RatuSetelah Louis beranjak dewasa, pada tahun 1234 pada usia 20 tahun, pengaruhnya kepada putranya masih dapat terlihat. Pada tahun yang sama, ia menikah dan Blanca menjadi Ibu Ratu. Louis menikahi Marguerite dari Provence, yang merupakan putri sulung dari empat bersaudara Ramon, Comte Provence, dan Béatrice dari Savoia. Ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan menantunya, Marguerite, mungkin karena hubungannya yang kuat dengan putranya. Jean de Joinville menyatakan pada saat Ratu Marguerite melahirkan dan Blanca memasuki kamar bersalin dan berseru kepada putranya "Pergi kau, tidak ada yang dapat kau lakukan disini". Ratu Marguerite kemudian diduga jatuh pingsan karena terkejut. Salah satu penulis biografi kontemporer mencatat bahwa ketika Ratu Blanca hadir di dalam keluarga kerajaan, ia tidak menyukai Marguerite dan Louis bersama "kecuali ketika ia pergi untuk tidur dengannya".[8] Pada tahun 1239, Blanca bersikeras atas pemeriksaan yang adil bagi orang Yahudi, yang berada dibawah ancaman dengan meningkatkan Antisemitisme di Prancis. Ia memimpin sebuah perdebatan formal di dalam istana kerajaan. Louis bersikeras untuk membakar Talmud dan buku-buku Yahudi lainnya, namun Blanca menjanjikan Rabbi Rehiel di Paris, juru bicara orang-orang Yahudi, bahwa ia dan benda-bendanya akan diletakkan di dalam perlindungannya.[9] Perwalian Kedua dan KematianPada tahun 1248 Blanca kembali menjadi wali, selama keabsenan Louis IX untuk Perang Salib, sebuah proyek yang sangat ditentang olehnya. Di dalam bencana dimana dapat diatasinya dengan damai, ketika kekeringan dengan tentara dan uang untuk membantu putranya di Timur. Ia jatuh sakit di Melun pada bulan November 1252, dan dibawa ke Paris, namun ia hanya dapat bertahan selama beberapa hari saja. Ia dimakamkan di Biara Maubuisson, yang didirikan olehnya.[10] Louis hanya mendengar kabar tentang kematian ibundanya dan dilaporkan tidak berbicara dengan siapapun selama dua hari setelah mendengar kabar duka tersebut.[11] Pelindung dan PengetahuanBlanca merupakan pelindung kesenian dan memiliki bermacam-macam buku, baik di dalam bahasa Prancis dan Latin.[12] Beberapa dari buku tersebut dimaksudkan sebagai alat untuk pelajaran putranya. Le Miroir de l'Ame didedikasikan untuk Blanca. Hal ini menginstruksikan ratu harus benar-benar mempraktikkan kebajikan Kristen di dalam kehidupannya sehari-hari.[13] Ia mengawasi pendidikan anak-anaknya, yang semuanya mempelajari Latin. Ia juga bersikeras di dalam pelajaran moral Kristen untuk mereka semua.[14] Baik Louis dan Isabelle, putri satu-satunya yang selamat dikanonisasikan. Keturunan
LiteraturBlanca disebutkan di dalam syair François Villon abad ke-15, Ballade des Dames du Temps Jadis (Ballad of Ladies of Times Past), bersama dengan beberapa wanita terkenal lainnya di dalam sejarah dan mitologi. Selain karya Joinville dan William dari Nangis, lihat Élie Berger, "Histoire de Blanche de Castille, reine de France", di dalam Bibliothèque des Ecoles françaises d'Athènes et de Rome, vol. lxx. (Paris, 1895); Le Nain de Tillemont, "Vie de Saint Louis", ed. oleh J. de Gaulle untuk Société de l'histoire de France (6 vols., 1847–1851); dan Paulin Paris, "Nouvelles recherches sur les mœurs de la reine Blanche et de Thibaud", di dalam Cabinet historique (1858). Blanca dan Isabella dari Angoulême adalah karakter utama di dalam novel Jean Plaidy, The Battle of the Queens. Blanca secara singkat disinggung di dalam Marcel Proust, Swann's Way. Blanca adalah seorang karakter kunci di dalam novel "Four Sisters, All Queens", oleh Sherry Jones. Di dalam kebudayaan populerGambar Blanca dari Kastilia digunakan oleh Tim Uni rugbi Stade Français sejak tahun 2008.[15] Pada tahun 1950 perestoran Noël Corbu menyatakan bahwa Blanca dari Kastilia menyimpan harta di Rennes-le-Château yang kemudian ditemukan oleh Bérenger Saunière pada abad ke-19. Harta tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Pierre Plantard di dalam pengembangan mitologi Biarawan Sion.[16] Keturunan
Catatan
Referensi
Library of Congress DC91.6.B5 P37 1991 The Physical Object Pagination 282, [20] p.: Number of pages: 282 ID Numbers Open Library OL1777332M ISBN 10 2221070933 LC Control Number 92132929 Goodreads 1154971 Paris, Isabelle comtesse de (1991), Blanche de Castille, mon aïeule, Paris: R. Laffont, ISBN 2-221-07093-3, 2221070933
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Blanche of Castile. Pranala luar
|