Bidar Alam, Sangir Jujuan, Solok Selatan
Bidar Alam adalah nagari (desa) di Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000 orang. Desa Bidar Alam ini dikenal sebagai pusat Pemerintah Darurat Republik Indonesia untuk waktu yang singkat pada tahun 1949. GeografiBidar Alam terletak sekitar 21 km (13 mi) dari ibukota kabupaten di Padang Aro.[1] Nagari ini adalah salah satu dari lima nagari di Sangir Jujuan, dan dibagi lagi menjadi tujuh Jorong.[1] Terletak di dalam Pegunungan Bukit Barisan, Sungai Batang Sangir mengalir melalui desa.[2] DemografiBidar Alam memiliki populasi 3.339 pada tahun 2019 menurut Badan Pusat Statistik, membentuk 799 rumah tangga.[1] SejarahPada akhir 1948 dan awal 1949, Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) bergerak ke pedalaman untuk menghindari pengejaran Belanda, awalnya dari kota Bukittinggi, kemudian ke Payakumbuh, sebelum meninggalkan pemukiman perkotaan. Pada tanggal 9 Januari 1949, salah satu kelompok yang dipimpin oleh ketua PDRI Sjafruddin Prawiranegara telah mencapai Bidar Alam dan membatalkan rencana untuk maju lebih jauh ke Pekanbaru karena kemajuan Belanda.[3] Penduduk setempat pada umumnya mendukung PDRI dan menyediakan akomodasi dan makanan untuk pegawai pemerintah. Didukung oleh personel TNI Angkatan Udara, PDRI mendirikan stasiun radio bergerak di kota untuk berkomunikasi dengan dunia luar.[4] Rumah seorang warga pernah digunakan oleh Sjafruddin, dan merangkap sebagai tempat pencetakan mata uang PDRI.[5] Keamanan relatif di desa memungkinkan PDRI untuk berkomunikasi dengan pejuang gerilya di Jawa dan mengkonsolidasikan pemerintahan sementara. PDRI tetap di Bidar Alam sampai akhir April 1949, ketika mereka bergerak sekali lagi menyusul berita negosiasi antara Belanda dan Indonesia.[6] Dibandingkan dengan kota-kota dan desa-desa lain yang menjadi basis PDRI, Bidar Alam menjadi tuan rumah paling lama, selama tiga setengah bulan.[4] Sebuah tugu kecil di desa memperingati kehadiran PDRI di sana.[7] EkonomiProduksi beras, kopi, dan karet dibudidayakan di nagari ini[2] yang dapat diakses melalui jalan darat di seluruh kecamatan dan kabupaten, dan menjadi pusat / tuan rumah satu-satunya puskesmas di Sangir Jujuan.[1] Referensi
|