Bianca Maria Visconti
Bianca Maria Visconti (31 Maret 1425 – 28 Oktober 1468[1]) merupakan seorang Adipati Wanita Milan dari tahun 1450 sampai dengan tahun 1468. BiografiAwal KehidupanDilahirkan di dekat Settimo Pavese, Bianca Maria merupakan anak haram Filippo Maria Visconti, Adipati Milan dan anggota keluarga penguasa terakhir Visconti, dan Agnese del Maino, satu-satunya wanita yang pernah dicintai oleh Filippo. Agnese adalah putri Ambrogio del Maino, seorang bangsawan Milan. Agnese bekerja sebagai pelayan istri Filippo, Beatrice di Tenda. Pasangan tersebut memiliki putri kedua yang bernama Caterina Maria atau Lucia Maria, yang juga lahir di Settimo pada tahun 1426 (lahir mati).[2] Eyang dari pihak ayahanda Bianca adalah Gian Galeazzo Visconti dan Caterina Visconti. Ketika ia berusia enam tahun, Bianca Maria dan ibundanya dikirim ke kastil di Abbiate, dimana suatu kediaman yang megah didirikan untuk mereka. Adipati menghabiskan banyak waktunya di Abbiategrasso, dimana ia terpesona dengan karakte Bianca Maria yang kuat. Bianca Maria menghabiskan masa kecil dan masa mudanya di Abbiategrasso, dimana ia menerima sebuah pendidikan humanis. Perpustakaan adipati berisi berbagai karya: klasik Latin, teks narasi di Provençal dan Bahasa Prancis, karya ilmiah dan didaktial, serta teks-teks di dalam Bahasa Italia dan volgare, yang kebanyakan berasal dari penulis-penulis Toskana. Baik Bianca dan ayahandanya suka berburu dan pecinta kuda. PernikahanPada tahun 1430 ketika ia berusia enam tahun, Bianca Maria dijodohkan dengan Francesco I Sforza, seorang pria yang berusia dua puluh empat tahun lebih tua darinya. Pada tahun itu condotta (kontrak) di antara Milan dan Sforza berakhir, dan perjodohan tersebut adalah langkah lebih lanjut untuk menjaga hubungan kuat dengan Milan. Diduga pula bahwa Visconti menjanjikan Sforza untuk mengangkatnya sebagai ahli waris yang sah dari provinsi tersebut. Sforza kemungkinan menerima perjodohan tersebut atas maskawin yang besar, yang termasuk wilayah-wilayah di dalam area Cremona, Castellazzo dan Bosco Frugarolo. Kontrak tersebut dibuat pada tanggal 23 Februari 1432, di dalam Kastil Porta Giovia, kediaman Visconti di Milan. Juru bicara resmi Bianca Maria adalah ayah angkatnya, Andrea Visconti, Jenderal ordo Humiliates. Kehadiran Bianca Maria dan ibundanya di dalam upacara tidak dapat dipastikan; menurut beberapa sumber, ia mengunjungi Milan untuk pertama kalinya pada saat ia berusia cukup untuk dinikahkan. Pada tahun-tahun berikutnya, Filippo Maria yang mencurigakan mencoba dua kali untuk membubarkan perjodohan dengan Sforza yang ambisius itu: pada tahun 1434, setelah berpihak dengan Paus Eugenius IV, yang mengirimnya untuk memerangi Carlo Gonzaga, putra Markis Mantua dari Milan. Proyek selanjutnya menjodohkan Bianca Maria dengan Leonello d'Este, Markis Ferrara, Modena dan Reggio, hanya sebagai gerakan politik untuk menekan Sforza untuk mengabaikan ikatan yang dibentuk oleh Republik Venesia melawan Milan. Perjalanan Bianca Maria ke Ferrara pada saat itu (September 1440) juga merupakan yang pertama kali dikonfirmasikan di luar Abbiategrasso. Upaya untuk memaksa Sforza untuk berganti ikatan tidak berhasil, dan Bianca Maria kembali ke kastilnya pada bulan April 1441. Pada tahun yang sama Niccolò Piccinino, kapten pasukan Milan, membuat Francesco beberapa kesulitan; ia meminta Visconti untuk memimpin Piacenza atas balasannya menangkap Sforza. Visconti kemudian berdamai dengan Sforza, menyimpan kebenciannya dan mengirimkannya usulan-usulan damai, bersama dengan perjodohannya dengan Bianca Maria. Pada tanggal 24 Oktober 1441 Francesco Sforza dan Bianca Maria Visconti melangsungkan pernikahan di dalam Biara San Sigismondo, Cremona, bukan di Katedral untuk alasan-alasan keamanan.[3] In the typical Italian Renaissance manner, feasts lasted for several days and included a sumptuous banquet, tournaments, a palio, allegorical carts and a huge cake reproduction of the Torrazzo, the city's main tower. It is probable that this cake is the origin of the torrone.[4] Tahun-tahun Setelah PernikahanPada tanggal 7 November 1441, Filippo Maria mengeluarkan sebuah dekret untuk mengurangi hak-hak vasalnya termasuk Francesco. Dimana ia membangun dirinya sendiri di dalam wilayah Venesia yang lebih aman, di dusun Sanguinetto. Pada tahun yang sama Francesco dan Bianca Maria diundang ke Venesia oleh Doge Venesia, Francesco Foscari. Tak lama kemudian, beberapa berita bahwa Piccinino sedang mengincar harta Sforza di Marche mencapai kota. Bianca Maria kemudian menemani suaminya ke Rimini, dimana mereka sebagai tamu Sigismondo Pandolfo Malatesta, di Gradara dan kemudian di Jesi. Disana ia tinggal di dalam kastil sedangkan Francesco memimpin sebuah operasi militer melawan Piccinino. Pada tahun 1442 Bianca Maria (yang saat itu berusia 17 tahun) ditunjuk sebagai wakil pemimpin di Marche. Pilihan ini tampaknya mengejutkan, tetapi banyak sejarah kontemporer menyatakan bahwa Bianca Maria telah berulang kali membuktikan keterampilannya di dalam administrasi dan diplomasi. Adapun hubungan pribadi dari pasangan adipati tersebut, dapat dipastikan bahwa Francesco memiliki perasaan yang kuat terhadap Bianca Maria, namun juga dibenarkan bahwa ia kerap tidak setia kepadanya. Bianca Maria biasanya bersikap acuh tak acuh. Suatu peristiwa yang terjadi pada tahun 1443, salah satu gundik suaminya menghilang dan tewas terbunuh dalam keadaan yang meragukan.[5] Pada tahun 1442 Francesco dikucilkan. Empat tahun kemudian kesehatannya memburuk, Filippo Maria Visconti mendekati Francesco untuk rekonsiliasi. Namun ia tidak dipercaya dan meskipun Bianca Maria memohon, ia lebih suka berkonsentrasi pada pertahanan wilayah tersebut, yang diancam oleh tentara kepausan. Pada tahun 1447 Sforza yang merasa lebih percaya diri, menerima jabatan letnan dari Provinsi Milan, tetapi Visconti yang iri dan curiga atas popularitas Sforza di Milan, segera berubah pikiran. Pada saat yang sama Paus yang baru, Nikolas V, menuntut restitusi Jesi. Saat itu merupakan saat yang sulit bagi Francesco dan Bianca Maria. Francesco Sforza mengembalikan Jesi kepada paus sebagai gantinya untuk 35,000 Florin, dan maju ke Milan bersama dengan istrinya. Berita kematian Filippo Maria Visconti, yang meninggal pada suatu malam tanggal 13 dan 14 Agustus 1447, mencapai Francesco di Cotignola. Bianca Maria sangat marah ketika ia mendengar kehancuran yang diderita wilayah-wilayah Visconti di Milan setelah kematian Filippo. Bianca Maria dan Francesco berbaris menuju Milan dengan 4,000 ksatria dan 2,000 infanteri, ketika Republik Ambrosia yang baru lahir di bawah ancaman invasi Venesia, menawarkan Francesco gelar Kapten Jenderal. Bianca Maria menolak, tetapi Francesco menyetujuinya, mulai tiga tahun dimana ia berusaha untuk merebut kembali kota-kota yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya dari Provinsi setelah kematian Filippo Visconti. Pada bulan Mei 1448, ketika Sforza berada di Pavia, rakyat Venesia menyerang Cremona. Menurut sejarah, Bianca Maria mengenakan baju besi dan berparade bersama dengan beberapa tentara dan rakyat, bergegas menuju jembatan yang menghubungkan kota ke Pavia. Ia berjuang di dalam pertempuran yang berlangsung sepanjang hari. Dari peristiwa itu, ia terkenal sebagai seorang "pejuang wanita". Setelah Venesia diamankan dari bahaya, Bianca Maria menetap di Kastil Visconti, Pavia, bersama dengan sebuah rombongan besar. Hubungan baiknya dengan kerabat-kerabat Visconti-nya membuatnya memperoleh dukungan rakyat, serta pinjaman dan dana untuk negara baru yang rapuh yang diciptakan oleh suaminya. Pada tanggal 24 Februari 1450, terjadi sebuah revolusi di Milan. Duta besar Venesia tewas terbunuh, karena Republik Venesia dianggap bertanggung jawab atas wabah kelaparan yang melanda Milan. Sebuah pertemuan yang diadakan oleh para bangsawan dan rakyat mengakui Francesco sebagai pemimpin. Adipati Wanita MilanTanggal masuknya adipati yang baru beserta istrinya di Milan diragukan: 22 Maret atau 25 Maret. Francesco dan Bianca Maria menolak gerobak kemenangan (mereka menyebutnya superstizione da re, "raja takhayul"), dan sebaliknya mencapai Duomo dengan mengendarai beberapa kuda. Hal ini merupakan peristiwa pertama dimana gelar adipati diberikan oleh rakyat di kota tersebut. Di dalam tahun-tahun pertama pemerintahan mereka, Bianca berkolaborasi dengan suaminya di dalam memulihkan aset ayahandanya dan memulihkan Istana Keadipatian. Francesco lagi-lagi terjerat di dalam perang melawan Venesia. Tinggal sendirian di Milan, Bianca Maria mengabdikan dirinya kepada administrasi Provinsi, seperti yang dibuktikan oleh korespondensi dengan suaminya, yang memberikan wawasan berharga pada pendidikan anak-anak mereka, urusan negara, kesulitan keuangan, dan rincian kehidupannya sehari-hari. Surat-surat itu juga menunjukkan karakter tegas dari Bianca Maria yang tidak ragu-ragu mengungkapkan pendapatnya bahkan ketika mereka berbeda dari suaminya. Surat-surat itu juga berisikan tuduhan-tuduhan petualangan suaminya di luar nikah. Pada tahun 1453 di Pavia, Bianca Maria menerima tamu René I dari Napoli, yang diminta datang ke Cremona dengan pasukannya untuk berperang bersama-sama Sforza. Ia kemudian menunjukkan lokasi besar pembangunan baru Castello Sforzesco di Milan. Tahun-tahun SelanjutnyaSetelah Traktat Lodi pada tahun 1454, Bianca Maria mengabdikan dirinya bukan hanya untuk diplomasi dan restorasi dan menghias beberapa tempat tinggal adipati, namun juga untuk pekerjaan umum. Pasangan adipati tersebut membangun sebuah rumah sakit yang besar di Milan, Ospedale Maggiore, dan Bianca Maria kerap menawarkan bantuan langsung ke sejumlah wanita miskin. Pada tahun 1459 Paus Pius II memanggil dewan di Mantua untuk mempersiapkan perang salib melawan Kesultanan Utsmaniyah. Bianca Maria menawarkan 300 ksatria, dan Francesco diusulkan sebagai pemimpin militer di dalam ekspedisi tersebut. Perang salib itu tidak pernah terwujud namun dukungan Francesco dan Bianca Maria terhadap kepausan membuat mereka memperoleh sapi jantan untuk Duomo dan Ospedale Maggiore di Milan. Pada tahun 1462 Francesco Sforza yang menderita asam urat dan basal, jatuh sakit. Selama suaminya absen dari pemerintahan, kemampuan politik dan administrasi Bianca Maria mencegah negara dari keruntuhan setelah beberapa pemberontakan yang disebabkan oleh Venesia. Ia bertindak efektif sebagai wakil pemimpin provinsi tersebut. Bianca Maria juga menjodohkan Jacopo Piccinino, putra Niccolò, dan Drusiana, anak haram Francesco. Masalah utama Bianca Maria di dalam periode ini berasal dari putra sulung mereka, Galeazzo Maria, yang tidak stabil dan memiliki karakter yang berbahaya yang menimbulkan banyak masalah untuknya. Pada tanggal 13 Desember 1465, ibundanya, Agnese del Maino, meninggal. Tak lama setelah itu, pada tanggal 8 Maret 1466, Adipati Francesco Sforza juga meninggal. Bianca Maria dengan cepat mengambil kendali provinsi itu dan memanggil kembali Galeazzo Maria yang sedang berjuang bersama raja Prancis, untuk menjadi adipati yang baru. Awalnya adipati yang baru berperilaku baik dan hormat terhadap ibundanya, tetapi segera keserakahannya dan tindakan kekejamannya mulai muncul yang menuntunnya untuk bertindak independen dan mengabaikan saran Bianca Maria. Seiring waktu berlalu, adipati menurunkan ibundanya ke dalam peranan yang semakin sekunder dan pada akhirnya memaksanya untuk meninggalkan Milan. Ia kemudian pindah ke Cremona, kota mas kawinnya. Menurut beberapa sumber, ia berencana untuk memberikan kendali kota itu ke Venesia, dan ia sering mengontak Ferdinando I dari Napoli, yang berencana untuk menggulingkan Galeazzo. Hari-hari TerakhirBertentangan dengan saran dari seluruh konselornya, Bianca Maria memutuskan untuk ambil bagian di dalam pernikahan Galeazzo pada tanggal 9 Mei 1468. Pada saat upacara berakhir ia menemani putrinya Ippolita ke Serravalle, dimana ia pergi ke Cremona. Namun di dalam perjalanan di Melegnano, ia jatuh sakit. Sebuah demam yang tinggi mengharuskannya tinggal di atas ranjang sampai bulan Agustus, tetapi ia meneruskan korespondensinya dengan intens. Pada awal bulan Oktober, kondisinya memburuk. Ia meninggal pada tanggal 28 Oktober pada tahun itu, setelah merekomendasikan anak-anaknya yang lebih muda, Elisabetta dan Ottaviano, ke kakanda mereka Galeazzo. Ia dimakamkan di dalam Duomo di Milan di sisi makam suaminya. Orasi pemakaman yang ditugaskan oleh Galeazzo ditulis oleh humanis Francesco Filelfo. Kematiannya menimbulkan kecurigaan; Galeazzo Maria Visconti dituduh oleh beberapa orang, termasuk Bartolomeo Colleoni, telah meracuninya. Dipastikan selama ia sakit, ada orang Melegnano tertentu yang dekat dengan Galeazzo, yang beberapa di antaranya kemduain terlibat di dalam kasus keracunan lain.[6] Menurut Bernardino Corio, Bianca "meninggal alami karena merasa tidak bersyukur lebih dari racun". KeturunanBianca Maria dan Francesco Sforza memiliki delapan orang anak, enam putra dan dua putri:
Beberapa keturunan Bianca Maria Visconti termasuk Caterina Sforza, Maria de' Medici, Raja Louis XIV dari Prancis, Raja Charles II dari Inggris, Diana Spencer, dan Marie Christine dari Kent. KuriositasTerdapat tradisi bahwa "Visconti di Madrone" Kartu Tarot, salah satu permainan tertua yang ada, yang diberikan oleh ayahandanya pada tahun 1441 sebagai hadiah pernikahan kepada Bianca Maria dan Francesco. Dengan ini, ia terkadang disebut sebagai "Nyonya Tarot". Di dalam Literatur
Catatan
Referensi
Pranala luar
|