Bertha Pappenheim
Bertha Pappenheim adalah pendiri gerakan feminis Yahudi pada tahun 1904. Ia membangun paham feminisme kepada para perempuan Yahudi yang menetap di Republik Weimar dan menuntut hak-hak politik, ekonomi dan sosial serta tanggung jawab yang setara antara perempuan dan laki-laki.[1] Pappenheim lahir pada tahun 1859 dan meninggal pada tahun 1936.[2] Ia bekerja sebagai juru kampanye feminisme dan aktivis sosial di Frankfurt untuk melindungi para wanita Yahudi di Republik Weimar dari perdagangan manusia dan prostitusi. Ia juga menjadi penulis cerita, puisi dan drama untuk anak-anak serta penerjemah tulisan-tulisan politik dan sastra feminisme.[3] Pappenheim memperjuangkan gagasannya tentang kesetaraan hukum, peluang ekonomi, kebebasan reproduksi seksual dan perdamaian internasional di Republik Weimar.[2] KeluargaBertha Pappenheim lahir pada tanggal 27 Februari 1859 di Wina. Ayahnya bernama Sigmund dan ibunya bernama Recha. Keluarganya adalah orang Yahudi yang kaya dan taat dalam beragama. Pappenheim memiliki 3 saudara, yaitu Henriette, Flora dan Wilhelm. Bertha dibesarkan dalam keluarga yang mengutamakan kepentingan laki-laki sebelum kepentingan perempuan.[1] PekerjaanPada tahun 1888, Pappenheim bekerja sebagai juru kampanye feminisme dan aktivis sosial di Frankfurt. Ia juga menulis cerita, puisi dan drama untuk anak-anak. Selain itu, Pappenheim juga menjadi penerjemah tulisan-tulisan politik dan sastra yang berpaham feminisme. Pada tahun 1904, Pappenheim mendirikan Asosiasi Wanita Yahudi Republik Weimar di Frankfurt. Asosiasi ini melindungi para wanita Yahudi di Republik Weimar yang terancam oleh perdagangan manusia dan prostitusi.[3] Pada tahun 1907, asosiasi ini mendirikan pusat penitipan anak-anak. Bersamaan dengan kegiatan asosiasi, Pappenheum juga merekrut para perempuan Yahudi di Eropa Timur. Ia juga mendukung gerakan perempuan secara umum, menghadiri pertemuan untuk menentang pendirian rumah pelacuran, dan menandatangani petisi untuk meningkatkan hak kewarganegaraan, pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan.[1] Pappenheim melakukan pekerjaan ini hingga akhir hayatnya pada tahun 1936.[3] PemikiranPappenheim selalu memperjuangkan gagasannya tentang kesetaraan hukum, peluang ekonomi, kebebasan reproduksi seksual dan perdamaian internasional di Republik Weimar.[2] Pada masa Bertha Pappenheim, para perempuan Yahudi akan berhenti dari pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. Mereka akan dipersiapkan untuk menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Pappenheim mengubah tradisi ini dengan aktif melakukan kegiatan amal. Ia juga menuntut agar para perempuan diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi serta memperoleh pekerjaan sosial. Pappenheim meyakini bahwa feminisme dapat menghidupkan kembali Yudaisme di Republik Weimar. Ia juga meyakini bahwa pekerjaan sosial bagi perempuan dalam komunitas Yahudi dapat meningkatkan kehidupan perempuan.[1] KepribadianBertha Pappenheim menerima pendidikan dan budaya serta berbakat sejak usia muda. Ia juga menguasai beberapa bahasa yang digunakan di Eropa. Ketika berusia 20 tahun, Pappenheim mengalami gangguan fisik dan mental. Ketika dia berusia 22 tahun, kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia membuat penyakitnya semakin parah.[4] Bertha Pappenheim merupakan pasien psikoanalisis yang pertama.[4] Pappenheim pernah memiliki kepribadian ganda di masa mudanya. Hal ini diketahui melalui catatan diskusi Josef Breuer dan Sigmund Freud. Pappenheim merupakan salah satu pasien dari Breuer dengan nama samaran Anna O. Pada awalnya, Pappenheim dirawat oleh Breuer karena menderita gangguan penglihatan dan gangguan berbicara. Ia juga menderita kelumpuhan, amnesia terhadap bahasa Jerman, mengalami halusinasi dan memiliki keinginan untuk bunuh diri.[1] Breuer berhasil menghilangkan penyakit Pappenheim dengan metode hipnosis.[4] Referensi
|