Batas planet
Setelah revolusi industri, aktivitas manusia di dunia industri semakin berkembang. Selain membawa kemajuan dalam hidup manusia, revolusi industri juga memberikan dampak pada lingkungan seperti polusi dan limbah. Setelah bertahun-tahun dampak yang diberikan juga semakin besar, membawa perubahan pada kondisi bumi, seperti iklim yang berubah, pencemaran lingkungan, atau suhu bumi yang semakin panas. Kondisi inilah yang melatar belakangi munculnya batas planet (planetary boundary), untuk memberikan batasan kondisi bumi yang harus dijaga[2]. Sembilan Batas PlanetAda sembilan elemen batas planet yang ditetapkan sebagai parameter untuk menjaga bumi dari kerusakan. Kesembilan batas tersebut di antaranya[3]
Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global akibat dari emisi karbon. Ambang batas emisi karbon yang diperbolehkan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan di bumi adalah 350 ppmv CO2 di atmosfer. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa emisi CO2 di atmosfer adalah 390 ppmv, yang berarti telah melewati ambang batas planet yang ditetapkan . Emisi karbon yang meningkat akan berdampak pada bumi yang semakin panas, gunung es di kutub yang semakin cepat mencair dan naiknya permukaan air laut. 2. Pengasaman laut Pengasaman laut disebabkan oleh gas karbondioksida (CO2) dari atmosfer yang larut di lautan. Gas CO2 yang terlarut bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, menyebabkan penurunan pH air laut dan kondisi kimia lautan. Kenaikan keasaman air laut akan menganggu ekosistem laut. Banyak terumbu karang yang mengalami pemutihan dan rusak, karang dan plankton laut yang tidak bisa bertahan hidup, dan kehidupan ikan-ikan yang juga terancam. Keasaman air laut saat ini telah meningkat 30% dibandingkan dengan zaman pra revolusi industri. 3. Penipisan lapisan ozon stratosfer Ozon stratosfer berada pada ketinggian 20-50 km di atas permukaan laut. Lapisan ozon ini berfungsi untuk menyaring radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan ke bumi. Menipisnya lapisan ozon akan meningkatkan radiasi UV yang sampai ke bumi. Radiasi UV yang meningkat membahayakan makhluk hidup di darat dan laut. Melalui Protokol Montral, dunia bersepakat untuk mengurangi konsumsi dan produksi zat-zat yang bisa merusak lapisan ozon. 4. Hilangnya Integritas Keanekaragaman Hayati Kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayati ini dipengaruhi oleh permintaan akan sumber daya alam yang terus meningkat. Mengacu pada Penilaian Ekosistem Milenium tahun 2005, perubahan ekosistem akibat aktivitas manusia telah meningkat lebih cepat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. 5. Siklus Biogeokimia Nitrogen dan Fosfor Akibat dari aktivitas industri dan pertanian, banyak emisi nitrogen reaktif di atmosfer. Sebagian nitrogen diserap oleh tumbuhan, lainnya menjadi senyawa reaktif di atmosfer dan mencemari aliran air. Nitrogen dan fosfor di udara, ketika terjadi hujan akan menyebabkan hujan asam yang membahayakan makhluk hidup di bumi. Nitrogen yang terlarut di air akan meningkatnya pertumbuhan alga sehingga menurunkan kadar oksigen di air yang mengganggu kehidupan ikan. 6. Polusi Kimiawi dan Pelepasan Entitas Baru Akivitas manusia, seperti industri menghasilkan polusi atau limbah berupa zat kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup. Polusi kimiawi tersebut di antaranya senyawa organik, limbah plastik, senyawa radioaktif, dan zat kimia berbahaya lainnya. Polusi-polusi tersebut bisa mempengaruhi kesehatan, syaraf, tingkat kesuburan, dan bisa mengancam nyawa manusia. 7. Perubahan Sistem Lahan Banyak terjadi alih guna lahan saat ini. Banyak hutan, padang rumput dan vegetasi lainnya yang dialih fungsikan menjadi lahan pertanian. Alih fungsi lahan ini berdampak pada keanekaragaman hayati. Hutan merupakan salah satu lahan yang perlu dijaga karena memegang peranan penting dalam penyerapan karbon di atmosfer, menjaga biodeversitas, dan sebagainya. 8. Konsumsi Air Tawar dan Siklus Hidrologi Perubahan iklim dapat mempengaruhi siklus air tawar, begitu pula sebaliknya. Kondisi sumber air tawar, seperti sungai juga akan mempengaruhi kondisi iklim melalui proses evaporasi air. Aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan badan sungai juga akan mempengaruhi kondisi sumber air tawar. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar setengah milyar manusia akan mengalami kekurangan air. Hal ini menuntut manusia untuk melakukan tindakan agar ketersediaan air tawar tidak habis.
Kadar aerosol di atmosfer memberikan pengaruh pada iklim bumi dan kehidupan makhluk hidup. Sehingga, kadar aerosol dalam atmosfer juga perlu ditentukan agar tidak membahayakan sistem di bumi. Aeorosol yang terkandung di atmosfer jika bereaksi dengan uap air akan mempengaruhi pembentukan awan dan pola sirkulasi atmosfer. Selain itu, partikel-partikel aerosol juga akan mempengaruhi banyaknya radiasi sinar matahari yang masuk ke bumi dan dipantulkan untuk kembali ke luar atmosfer bumi. Hal ini, akan berpengaruh pada suhu udara dan iklim di bumi. Aerosol yang berupa partikel-partikel berukuran mikro hingga nanometer di udara juga bisa menjadi polutan yang bisa terhirup oleh manusia dan mempengaruhi kesehatan khususnya organ pernapasan manusia. Ambang Batas Sembilan Batas PlanetKesembilan elemen batas planet yang telah dijelaskan di atas memiliki parameter dengan nilai ambang batas yang harus diusahan agar tidak terlampaui jumlahnya. Ambang batas masing-masing batas planet tersebut adalah sebagai berikut[4]
Dari tabel tersebut, menurut Johan Rockström dan Will Steffen, ada tiga batasan yang sudah terlampaui di antaranya perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati, dan produksi fosfor. Referensi
|