BasijBasij (bahasa Persia: بسيج ("Mobilisasi"), Niruyeh Moghavemat Basij ("Pasukan Perlawanan Mobilisasi"), Sāzmān-e Basij-e Mostaz'afin (bahasa Persia: سازمان بسیج مستضعفین "Organisasi untuk Mobilisasi Kaum Tertindas")[1][2] adalah relawan paramiliter yang dibentuk di Iran pada tahun 1979 oleh perintah Ayatollah Khomeini, pemimpin Revolusi Iran. Organisasi ini awalnya terdiri dari sukarelawan sipil yang diperintahkan oleh Khomeini untuk bertempur di perang Iran–Irak.[3] Saat ini Basij terdiri dari pemuda Iran yang secara sukarela bergabung, dengan imbalan mendapat keuntungan. Basij bertugas sebagai pasukan tambahan yang terlibat dalam berbagai kegiatan seperti pengamanan internal, penegakan hukum, penyedia layanan sosial, mengadakan semua upacara keagamaan, kepolisian moral, dan menekan pertemuan yang dianggap subvesif.[4][5] Pasukan secara keseluruhan disebut Basij; sementara anggota individu disebut basiji.[6] Basij merupakan bawahan dan menerima perintah dari Pengawal Revolusi Iran dan Khomein.i[7] Mereka memiliki organisasi lokal di hampir setiap kota di Iran.[8] Per Oktober 2009, Mohammad Reza Naqdi merupakan komandan Basij.[9][10] Pasukan ini sering bertindak selama Protes pemilu Iran 2009.[11] SejarahPemimpin Agung Ayatollah Ruhollah Khomeini menyerukan dibentuknya milisi pemuda milisi di bulan November 1979, selama Revolusi Iran.[1] Basij didirikan pada tanggal 30 April 1980 sebagai respons dari seruan tersebut.[6] Selama Perang Iran–Irak, ratusan ribu orang menjadi relawan Basij, dari anak-anak berusia 12 tahun hingga lelaki tua pengangguran yang berusia hampir 80 tahun. Para relawan ini didorong oleh kebanggaan sebagai martir syi'ah dan suasana patriotisme saat perang. Mereka antusias mendaftar sebagai relawan karena kunjungan ke sekolah-sekolah dan promosi melalui media yang dilakukan oleh pemerintah. Basij dikenal karena melakukan serangan gelombang manusia yang membersihkan ladang ranjau atau menarik perhatian lawan.[12] Diperkirakan puluhan ribu tewas selama perang. Taktik gelombang manusia Basiji yang umum (sering kali tidak dipersenjatai dan tidak didukung oleh kekuatan artileri atau udara) adalah maju dalam baris lurus. Walapun jumlah korban tinggi, taktik ini bekerja dengan baik.[13] Menurut Dilip Hiro, pada musim semi tahun 1983 Basij telah melatih 2,4 juta warga Iran untuk menggunakan senjata dan mengirim 450.000 orang ke garis depan pertempuran.[14] Pada tahun 1985 IRNA memperkirakan jumlah Basiji sekitar 3 juta orang.[1] Biro Teheran memperkirakan jumlah tertinggi Basiji di garis depan sekitar 100.000 di bulan Desember 1986.[6] KebangkitanMenurut New York Times, setelah perayaan spontan karena Iran dapat berlaga di Piala Dunia FIFA 1998, dan protes mahasiswa di bulan Juli 1999, pemerintahan Islam merasa bahwa mereka telah kehilangan kontrol dari masyarakat, dan Basij kembali diaktifkan.[7] Namun, menurut laporan GlobalSecurity.org, Basij diaktifkan kembali sekitar tahun 2005.[15] Pemerintah Iran telah menyusun sejumlah rencana yang berbeda untuk menjaga Basij tetap beroperasi. Di antaranya adalah Pengembangan Basij (Basij-e-Sazandegi).[15] Bersama dengan polisi anti huru hara Iran dan Ansar-e-Hizbullah, Basij aktif menekan demonstrasi mahasiswa di Iran. Basij terkadang dibedakan dari Ansar karena lebih "disiplin" dan tidak memukul demonstran, atau setidaknya tidak segera memukul demonstran.[16] Sumber lain menjelaskan Ansar-e-Hizbullah sebagai bagian dari Basij.[7] Beberapa meyakini bahwa berubahnya tujuan Basij dari awalnya mempertahankan Iran selama Perang Iran-Irak menjadi penjaga keamanan internal telah menyebabkan hilangnya prestise dari Basij.[17] Protes pemilu 2009Mir Hussein Moussavi, calon presiden dari oposisi pada tahun 2009, mengecam kekerasan yang dilakukan oleh Basij selama protes pemilu Iran tahun 2009.[7] Ada juga laporan mengenai kinerja Basij yang buruk setelah pemilu 2009.[6] Hal ini dianggap menjadi alasan untuk mengganti komandan Hossein Taeb dan penggabungan Basij ke pasukan darat Pengawal Revolusi Iran di bulan Oktober 2009.[6] Setelah protes, Hojjatoleslam Hossein Taeb, komandan Basij, menyatakan bahwa delapan orang tewas dan 300 orang terluka dalam kekerasan itu.[18][19] Perang Saudara Suriah, 2011–sekarangSeorang analis Barat meyakini ribuan paramiliter Basij ditempatkan di Suriah pada Desember 2013.[20] Pentingnya geopolitik Suriah bagi Iran dan perannya sebagai salah satu dari sekutu penting Iran mendorong keterlibatan milisi Basij dalam Perang Saudara Suriah. Milisi Basij, mirip dengan pejuang Hizbullah, bekerja dengan tentara Suriah untuk melawan pasukan pemberontak. Keterlibatan tersebut menjadi tantangan baru bagi kebijakan luar negeri di sejumlah negara-negara sekitar, khususnya Israel dan Turki yang memandang pengaruh Iran lebih dari sekadar ideologis dan keuangan belaka.[21][22] Keterlibatan Basij dalam Perang Saudara Suriah mencerminkan tujuan milisi sebelumnya sebagai pasukan proksi untuk kebijakan luar negeri Iran dalam upaya menegaskan dominasi Iran di wilayah tersebut[23] dan menakuti Salim Idriss, kepala Tentara Pembebasan Suriah.[24] Organisasi dan keanggotaanBasij merupakan cabang kelima dari Pengawal Revolusi Iran dan mereka terorganisasi dalam Brigade Imam Hussein dan Brigade Imam Ali (yang bertanggungjawab terhadap ancaman keamanan).[6] Subkelompok dari Basij antara lain Basij Anak-Anak [Basij-e Danesh-Amouzi], Basij Pelajar [Basij-e Daneshjouyi], Basij Mahasiswa, Basij Layanan Publik (Basij-e Edarii), dan Basij Suku.[25] Biro Teheran juga menyatakan terdapat "Basij Pedangang" (Basij-e Asnaf), dan "Basij Buruh" (Basij-e Karegaran).[6] Perkiraan jumlah Basij bervariasi, dengan pejabatnya memberikan angka jumlah yang lebih tinggi daripada ahli luar. Perkiraan resmi mencapai 23,8 juta anggota.[26] KomandanSaat ini komandan Basij adalah Mohammad Reza Naqdi, yang menggantikan Hossein Taeb di bulan Oktober 2009.[25] Hossein Taeb diangkat menjadi komandan Basij pada tanggal 14 Juli 2008.[9][10] Wakil komandan Jenderal Mirahmadi resmi dilantik pada 4 September 2005. Komandan Teheran adalah Sayyid Mohammad Haji Aqamir. Wakil komandan Basij untuk Teheran, Jenderal Ahmad Zolqadr, secara resmi dilantik pada 5 September 2005; komandan Basij di Tabrizi, Brigadir Jenderal Mohammad Yusuf Shakeri dilantik pada 29 September 2005.[15] Pekerjaan dan aktivitasMenurut Radio Liberty, pada akhir perang, sebagian besar Basiji meninggalkan Basij dan kembali ke kehidupan mereka sebelumnya setelah bertahun-tahun berada di garis depan.[25] Pada tahun 1988, jumlah inspeksi yang dilakukan Basij menurun drastis,[15] namun Basij masih memberlakukan kebijakan berjilbab bagi wanita di ruang publik, menangkap perempuan karena melanggar kode berpakaian, dan menangkap pemuda untuk menghadiri pesta dengan lawan jenis atau berada di tempat umum dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.[27] Pekerjaan akan bervariasi sesuai dengan provinsi. Basij dikerahkan untuk menangkap pengedar narkoba di wilayah perbatasan timur dan penyelundup di Hormuzgan dan Bushehr, dan di perbatasan dengan Irak.[28] Pada tahun 1988 organisasi Basiji kampus menyerukan kampus-kampus untuk melawan "Westoksifikasi" dan potensi mahasiswa menentang pemerintah.[27] Brigade Asyura didirikan pada tahun 1993. Brigade Islam ini terdiri dari Pengawal Revolusi dan Basij dan per tahun 1998 memiliki anggota sejumlah 17.000 orang.[1] Keuntungan bagi anggotaKeuntungan bagi anggota Basij antara lain dibebaskan dari wajib militer selama 21 bulan bagi pria Iran, disediakan jatah di perguruan tinggi, dan sejumlah gaji.[7] Anggota Basij lebih dipilih untuk memperoleh posisi pemerintah jika dibandingkan dengan yang bukan anggota, terutama yang terkait dengan posisi di sektor keamanan. Banyak warga Iran yang bergabung dengan Basij hanya untuk mendapat keuntungan sebagai anggota dan untuk bisa masuk ke universitas atau sebagai alat untuk mendapatkan kenaikan pangkat dalam institusi pemerintah.[29] PolitikSecara teori, Basij dilarang terlibat dalam politik oleh konstitusi Iran, tetapi pemimpinnya dianggap terlibat aktif, terutama selama dan setelah tahun pemilihan presiden 2005.[6] Pemimpin Agung Khomeini menjelaskan Basij sebagai "harapan terbesar bagi bangsa Iran".[30] Ketika pemilihan terdahulu, anggota milisi telah memilih calon dari kelompok baik garis keras dan reformis. Presiden Ahmadinejad mendapat dukungan yang signifikan dari anggota milisi, yang telah diuntungkan dari kebijakan-kebijakannya.[31] Lihat jugaReferensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
|