Bakalan, Kapas, Bojonegoro
Bakalan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia. Desa yang berada di jarak 5 kilometer ke arah timur dari pusat kota Bojonegoro atau 3 kilometer ke arah utara dari desa Kapas. GeografiSebelah utara Desa Bakalan mengalir anak sungai Bengawan Solo, sehingga menjadikan desa ini rawan banjir jika musim penghujan. Administratif dan PemerintahanDesa Bakalan terdiri dari 16 rukun tetangga (RT), 2 rukun warga (RW), dan 5 dusun/dukuh (Ngaglik, Tawang sari, Sambidono, Bakalan, Sumbang). SejarahDesa Bakalan berdiri sekitar tahun 1856. Sebelum Desa Bakalan ini berdiri, awalnya daerah ini merupakan bagian dari Desa Mojodeso dan Desa Semanding. Wilayah Dukuh Ngaglik, Dukuh Tawangsari, Dukuh Sambidono, dan Dukuh Bakalan Krajan yang menjadi bagian dari Desa Mojodeso sedangkan wilayah Dukuh Sumbang menjadi bagian dari Desa Semanding.Namun pada tahun Tahun 1856, kelima kampung/dukuh tersebut memisahkan diri dan mendirikan sebuah desa bernama Desa Bakalan.Pada Tahun 1856 Penduduk desa ini hanya sekitar ± 1.250 jiwa dan baru ada 312 Rumah.[1] Nama Desa Bakalan yang disebut sampai sekarang Menurut cerita dan sejarah tidak terlepas dari seorang bernama Klinthing Wesi & teman-temannya.menurut sejarah, Klinthing Wesimerupakan penggagas sumber mata air di daerah ini. Ringkas cerita Klinthing Wesi mengajak teman dan warga Sekitar Untuk Memulai Menggali Sumur (Sumur Ngaglik, Sumur Tawang Sari, Sumur Sambidono, Sumur Gedhe Bakalan, Sumur Muryo, Sumur Tompo, Sumur Slumbung) untuk pertama kalinya sebagai sumber mata air daerah ini. Pertama Kali/bisa disebut Permulaan, dalam bahasa jawa disebut Kawitan ( Bakalan ) yang sampai sekarang Sumur tersebut digunakan untuk keperluan warga sekitar terutama di bidang pertanian. Pada saat itu sumbernya sangat besar sehingga sampai sekarang Sumur tersebut disebut Sumur Gedhe (besar). Oleh Karena sangat gembira serta suka citanya warga sekitar Sumur tersebut yang di pelopori oleh Klinthing Wesi, secara dengan suka rela ada yang bawa nasi, ada yang bawa polo pendem yang siap saji untuk dibawa ke lokasi sumur tersebut guna diadakan makan-makan bersama kalau dalam agama mengadakan sedekah untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT,sehingga saat itu di sepakati juga Dukuh yang ada disekitar Sumur tersebut dinamakan Desa BAKALAN. Nama tersebut diambilkan dari nama Permulaan / Kawitan / Bakalan Mendapatkan Sumber air. Jumlah mata air/sumur sebanyak 7 (tujuh) atau dalam bahasa jawa disebut pitu, mengandung arti yang sangat mendasar yaitu PITUlungan. Pitulungan dalam bahasa jawa berarti pertolongan. Hal ini sebagai wujud syukur pertolongan dari Allah SWT. Wisata dan Budaya
Desa Bakalan memiliki tempat wisata 7 sumur besar, diantaranya: Sumur Ngaglik, Sumur Tawang Sari, Sumur Sambidono, Sumur Gedhe Bakalan, Sumur Muryo, Sumur Tompo, Sumur Slumbung (Sumbang). Desa ini juga memiliki adat istiadat dan kebudayaan berupa arakan sedekah bumi (manganan) yang diadakan setiap tahunnya.
Pada bulan Desember 2010, ditemukan batu nisan pengusaha Belanda, J. van der Sluis di Bakalan. Batu nisan tersebut bergeser 300 meter dari lokasi aslinya setelah dibongkar pada tahun 1984. Infrastruktur dan FasilitasFasilitas Ibadah Desa Bakalan memiliki 2 Masjid utama yaitu:
Fasilitas Pendidikan Desa Bakalan memiliki 1 Taman Kanak-kanak, 2 Sekolah Dasar, 1 Sekolah Menengah Atas, dan 1 Pondok Pesantren yaitu:
Produk unggulan (Potensi Bakalan)
Produk unggulan hasil pertanian ini telah dikenal masyarakat sejak tahun 2014. Pepaya California Bakalan rasanya manis dan ukurannya besar. Dapat dijumpai di setiap pekarangan rumah penduduk di Bakalan dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat perkebunan pepaya jenis California di daerah selatan Desa Bakalan.[2] Perbatasan
Referensi
|