Bahasa Pecinan Surabaya
Bahasa Pecinan Surabaya alias Bahasa Peranakan Surabaya (bahasa Jawa: ꦥꦱꦫꦤ꧀ꦥꦺꦕꦶꦤꦤ꧀ꦱꦸꦫꦧꦪ, translit. pasaran pècinan surabaya) atau Bahasa Peranakan Dialek Pasar Atom adalah sebuah dialek yang berakar dari bahasa Jawa Surabaya yang umumnya dituturkan oleh kalangan Tionghoa Indonesia di Surabaya, khususnya dalam urusan berniaga dan pergaulan sehari-hari. Subdialek ini memiliki elemen percampuran antara dialek Surabaya, bahasa Hokkien, dan bahasa Khek.[1][2][3] Oleh sebagian golongan masyarakat, subdialek ini lebih dikenali sebagai 'bahasa Pasar Atom' karena subdialek ini lebih dominan dituturkan di kawasan perniagaan Pasar Atom yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Menurut sejarahnya, perkembangan subdialek ini bermula dari penggunaan pencampuran linguistik yang dituturkan sebagai media komunikasi dalam kegiatan transaksi perniagaan di daerah Pasar Atom sebelum akhirnya berkembang secara ekstensif di daerah sekitar Kecamatan Pabean Cantian, dan kemudian meilputi daerah-daerah lain yang mayoritas beretnis Tionghoa Indonesia di Surabaya, seperti Surabaya Barat dan Surabaya Timur.[4] SejarahPerkembangan bahasa Pasar Atom ini tidak lepas dari sejarah masuknya etnis Tionghoa ke Surabaya. Masyarakat Tionghoa di Surabaya masuk dalam dua gelombang, yakni gelombang pertama pada abad ke-13 hingga ke-15 yang bertujuan untuk berdagang, dan gelombang kedua yang datang dari Tiongkok Selatan. Kelompok ini merantau ke Surabaya karena terjadi kekacauan di Tiongkok akibat pergantian dinasti dari Ming ke Qing pada 1644. Surabaya saat itu dianggap lebih aman daripada Tiongkok Daratan. Permukiman pertama orang-orang Tionghoa di Surabaya berada di sepanjang Kalimas. Para perantau ini cenderung mengikuti bahasa setempat, yakni pada saat itu bahasa Jawa. Bahkan tidak sedikit orang Tionghoa yang menikah dengan orang Jawa. Perkawinan antarsuku ini oleh warga setempat biasa disebut ampyang, yang sebenarnya adalah kue perpaduan kacang cina dengan gula jawa.[5] Ciri bahasaBahasa Pasar Atom memiliki beberapa ciri-ciri dan pola-pola tertentu, di antaranya: Perubahan bunyiPerubahan bunyi dalam bahasa Pasar Atom terjadi pada kosakata yang berasal dari bahasa-bahasa Tionghoa, bahasa Jawa, hingga bahasa Indonesia. Perubahan ini dapat berupa pergeseran nilai fonetis, penyederhaan, dan/atau penambahan bunyi. Kosakata bahasa Tionghoa[3]
Kosakata bahasa Indonesia Pada kosakata bahasa Indonesia, pada beberapa kasus bunyi /r/ menjadi /l/ atau hilang, dan bunyi /t/ menjadi /k/.[6]
Kosakata bahasa Jawa
AfiksasiSalah satu ciri paling kental dari bahasa Pasar Atom adalah penggunaan imbuhan bahasa Jawa untuk kosakata bahasa Indonesia. Sedikit di antaranya: Akhiran -é
Akhiran -a Dalam bahasa Jawa akhiran -a dibaca o. Meskipun demikian, tulisan berbahasa Pasar Atom biasanya tidak patuh pada kaidah penulisan baku bahasa Jawa sehingga tetap menggunakan huruf o.
Akhiran -en
ContohBeberapa contoh bahasa Pasar Atom:
Dalam budaya populerBrandon De Angelo, seorang penari dan pemeran asal Surabaya, sering memperagakan bagaimana orang Tionghoa Surabaya menggunakan bahasa Pasar Atom melalui akun TikTok-nya. Tak jarang video-video hiburan ini menjadi viral dan turut memperkenalkan bahasa khas Tionghoa Surabaya ke masyarakat luas.[7] Lihat pulaReferensi
|