Bahasa IlahiBahasa Ilahi, bahasa Dewa, atau, dalam monoteisme, bahasa Tuhan (atau malaikat) adalah konsep mistik atau bahasa purba ketuhanan, yang mendahului dan menggantikan bahasa manusia. Tradisi AbrahamikDalam Yahudi dan Kristen, tidak jelas apakah bahasa yang digunakan Tuhan untuk menunjuk Adam adalah bahasa Adam, sebagai pemberi-nama, (Kejadian 2:19) yang digunakan untuk menamakan semua mahluk hidup, atau ia merupakan bahasa ilahi yang berbeda. Tetapi karena Tuhan digambarkan menggunakan perkataan saat penciptaan, dan saat memanggil Adam sebelum Kejadian 2:19, beberapa ahli mengasumsikan bahasa Tuhan berbeda dari bahasa surga yang ditemukan oleh Adam, sementara kebanyakan para ahli Yahudi abad pertengahan menyatakan bahwa bahasa Yahudi adalah bahasa Tuhan, yang diterima di Eropa Barat sejak abad ke-16 sampai awal abad ke-20.[1] Bahasa suci dalam Islam adalah Arab Kuno, yang merupakan turunan dari bahasa Proto-Semit. Bahasa Arab, bersama dengan Bahasa Yahudi dan Arama, adalah Bahasa Semit. Ia dianggap suci, sebagaimana dalam pandangan Muslim, karena ia adalah bahasa yang Allah gunakan pada kitab terakhir, Quran, kepada Muhammad, Nabi Islam, lewat malaikat Jibril. Tradisi IndiaDalam agama Vedic, "pengucapan" Vāc, contohnya bahasa kebaktian, sekarang dikenal sebagai Vedic Sanskrit, dianggap sebagai bahasa dewa. Pelajar Hindu akhir, terutama sekolah hermeneutika Vedic Mīmāṃsā, membedakan Vāc dengan Śábda, sebuah perbedaan yang mirip dengan Saussurian langue and parole. Konsep dari Sphota diperkenalkan sebagai aspek transenden dari Śábda. OkultismePada tahun 1510, Heinreich Cornelius Agrippa menerbitkan buku pertamanya dari De Occulta Philosophia (diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai Three Books of Occult Philosophy). Bab 23 dari buku tersebut berjudul "Of the tongue of Angels, and of their speaking amongst themselves, and with us" (Bahasa Malaikat, dan bagaimana berbicara antar mereka, dan dengan kita") -- di sana ia menyatakan:
Selanjutnya, pada bab 27, Agrippa menyebutkan Bahasa Ilahi kembali:
Pada akhir abad ke 16, ilmuwan dan ahli matematik dari Elizabethan John Dee dan alkemis dan medium Edward Kelley (keduanya akrab dengan tulisan Agrippa) mengklaim bahwa selama sesi peramalan, "Perkataan Surgawi" diterima secara langsung dari Malaikat. Mereka mencatat banyak bagian dari bahasa di dalam jurnal mereka (diterbitkan sebagai "The Five Books of the Mysteries" dan "A True and Faithful Relation ..."), bersama dengan sebuah tulisan komplet mengenai bahasa yang dinamakan "Book of Loagaeth" (atau "Speech From God"). Bahasa Dee, disebut "Angelical" dalam jurnalnya, yang sering kali pada masa sekarang dikenal dengan istilah yang tidak cocok "Enochian", mengikutkan dasar mitologi Yahudi-Kristen mengenai bahasa Ilahi. Menurut jurnal "A True and Faithful Relation ..." Angelical seharusnya merupakan bahasa yang digunakan Tuhan untuk menciptakan dunia, dan kemudian digunakan oleh Adam untuk berbicara dengan Tuhan dan Malaikat dan untuk menamakan semua benda yang ada. Adam kemudian kehilangan bahasa ini saat dikeluarkan dari surga, dan menciptakan sebuah bahasa berbentuk proto-Yahudi berdasarkan ingatan kabur mengenai Angelical. Bahasa proto-Yahudi ini, kemudian, merupakan bahasa universal manusia sampai pada masa Confusion of Tongue (Kebingungan bicara) pada Menara Babel. Setelah itu, berbagai macam bahasa manusia kemudian berkembang, termasuk berubahnya bahasa Yahudi (yang kita ketahui sekarang sebagai "Alkitab Yahudi"). Sejak pada masa Adam sampai masa Dee dan Kelley, Angelical tersembunyi dari manusia dengan satu pengeculian pada masa patriarki Enoch - yang menulis "Book of Loagaeth" untuk kemanusiaan, tetapi buku tersebut hilang pada masa Banjir Besar Nuh. George William Russell dalam The Candle of Vision (1918) beralasan bahwa (hal. 120) "Pikiran manusia dibuat dalam gambaran Ketuhanan, dan elemen-elemen dari perkataan berkaitan dengan kekuatan di dalam pikirannya dan lewatnya keberadaan Oversoul. Akar sebenarnya dari bahasa hanya sedikit, alfabet dan akar-akar yang identik. Lihat juga
Referensi
|