Babad Tanah Leluhur
Babad Tanah Leluhur adalah Sandiwara Radio karya M.Aboed yang naskahnya diperkenalkan sebagai hasil karangan Tizar Sponsen. Ide cerita pada episode awal merupakan buah karya Cece Sukhiar. Sandiwara ini mulai disiarkan 1 September 1989 dan berakhir pada 27 Desember 1992, terdiri dari 40 Episode, di mana tiap episode nya terdiri dari 30 Seri. Dalam satu kaset memuat 2 seri. PlotPada awalnya karya Cece Sukhiar ini menceritakan tentang sekelompok pendekar dari perguruan Goa Larang yang dikenal di masyarakat dengan julukan Ning Sewu. Mereka adalah:
Ning Sewu mendapat perintah dari guru mereka Resi Wanayasa untuk membantu Prabu Aji Konda dari kerajaan Karang Sedana yang sedang terancam pemberontakan dari Ki Dalem Jaya Suntana yang dibantu oleh para pendekar rimba persilatan dari golongan hitam. Diantara tokoh golongan hitam itu ada Jerangkong Hidup, yang dikenal sebagai raja ilmu hitam tanah jawa. Pada episode-episode berikutnya, tokoh utamanya tampak mengerucut pada sosok pasangan Anting Wulan, Saka Palwaguna dan raden Purbaya yang mencintai pengasuhnya Cempaka. Dan bermunculan tokoh jahat yang licik dan sakti seperti Ranghyang Purba Sora dan pembantunya, Resi Amista, seorang resi dari negeri India. Dan menjelang akhir-akhir episode dari Babad Tanah Leluhur, muncul sosok jahat siluman Ular Emas, Nenek Ranggis dari gunung Wukir.begitulah ceritanya.. Episode
Film Layar Lebar
Sinopsis filmResi Wanayasa memerintahkan ke-4 muridnya yang tergabung dalam kelompok Ning Sewu yaitu Raden Seta Keling (Hans Wanaghi), Raden Saka Palwaguna (Lamting), Dampu Awuk dan Anting Wulan (Fitria Anwar) untuk membantu Raja Karang Sedana Aji Konda yang dirongrong oleh pembrontakan dari salah satu Bawahannya Ki Sentana. Pembrontak berhasil menduduki singgasana. Permaisuri (Aneke Putri) dan putranya Raden Purbaya (Otniel Andi Hermawan) berhasil kabur dan ditampung di Perguruan Goa Larang. Jerangkong Hidup (Budi Schwarzkrone) berhasil menculik Raden Purbaya dan Raden Karmapala dari Kerajaan Galuh, mereka disembunyikan di Bukit Tengkorak. Ketika kelompok Ning Sewu tidak dapat mengatasi Jerangkong Hidup maka Mpu Sanata Dharma atau Eyang Kaliman (Wisnu Wardhana) turun tangan dan berhasil menumpas pimpinan Bukit Tengkorak itu.[1] Referensi
Pranala luar
|