AzalaiAzalai (Tamasheq, nama lain: Azalay) adalah rute kafilah pembawa garam yang digunakan oleh pedagang Tuareg di Gurun Sahara antara Timbuktu dan tambang garam Taoudenni di Mali,[1] atau juga merupakan perbuatan melintasi rute tersebut dengan kafilah. Terdapat pula rute kafilah garam utama lainnya di Afrika Barat yang menghubungkan Agadez dengan Fachi dan Bilma di Niger bernama Taghlamt (dalam Tamasheq, atau Taglem, Tagalem dalam bahasa Hausa). Taghlamt dan Azalai meupakan salah satu rute kafilah terakhir di Gurun Sahara yang masih digunakan. Timbuktu-TaoudenniPada suatu waktu, rute kafilah dari Timbuktu diperpanjang melintasi Taoudenni hingga Taghaza yang merupakan lokasi tambang garam lainnya, serta menuju wilayah utara mengarah ke Laut Tengah. Kafilah dengan kepadatan hingga 10.000 unta membawa emas dan budak ke utara dan kembali dengan barang proses dan garam dari Taghaza dan Taoudenni.[2] Sebelum 1940-an, kafilah Taoudenni tersusun atas ribuan unta, berangkat dari Timbuktu pada awal musim dingin di November, atau dengan kuantitas yang lebih kecil pada bulan Maret. Setelah azalai mencapai Timbuktu, batu-batu garam diangkut dengan perahu menuju Mopti dan lebih jauh lagi untuk menjangkau wilayah Sahel. Agadez-BilmaRute Agadez-Bilma, melintasi Gurun Ténéré dan kota oasis Fachi, membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu untuk ditempuh. Makanan dan barang kebutuhan lainnya dibawa dari Agadez setiap November dan March untuk didagangkan engan bongkah garam atau kurma dan sayuran. Garam kemudian umumnya didagangkan untuk hewan di daerah Hausaland di selatan.[3] Unta diperkenalkan ke Gurun Sahara pada penghujung milenium pertama, dan orang Tuareg masuk ke Sahara sekitar abad ke-13. Pada abad ke-18, konfederasi Tuareg merebut oasis Kaouar dari Kekaisaran Kanem-Bornu dan mulai mengangkut barang kebutuhan dari Agadez.[4] Keberadaan gangguan dari ekspansi kolonial Prancis pada awal abad ke-20 mengarah kepada permusuhan antarklan dan mekanisasi transportasi. Pada tahun 1904, kelompok penyamun Ouled Sliman dari wilayah Chad kini menyerang kafilah di Bilma, dan kemudian di Fachi tahun 1906. Pihak Prancis mencatat bahwa kafilah yang terserang pada tahun 1906 memiliki 20.000 unta. Dengan adanya Pemberontakan Kaocen, tidak ada Taghlamt yang melintas hingga 1925 bersama dengan iringan dari pasukan kolonial Prancis. Pada tahun 1948, jumlah unta kafilah telah berkurang hingga 8.000 ekor dan terus berkurang pada tahun-tahun berikutnya. Rute utara berupa jalan yang ditandai oleh Pohon Ténéré telah menggantikan sebagian besar kafilah namun masih terdapat beberapa yang berangkat setiap November. Lihat pulaCatatan kaki
Daftar pustaka
Bacaan lebih lanjut
|