Ayam kampus

Ayam kampus adalah sebuah istilah yang diberikan untuk pekerja seks komersial (PSK) dari kalangan mahasiswi. Jika dibandingkan dengan PSK di lokalisasi, keberadaan ayam kampus lebih sulit dilacak keberadaannya. Saat diperhatikan, penampilan dan keseharian mereka di kampus terlihat sama dengan mahasiswi-mahasiswi lainnya.

Moammar Emka, pengarang buku tentang kehidupan metropolis di Jakarta, mengatakan, setidaknya ada beberapa perbedaan mendasar dari PSK pada umumnya. Tak lain adalah soal modus operasinya. "PSK umum, sebagian besar terang-terangan menjalankan pekerjaannya. Salah satunya dengan mangkal di sejumlah lokalisasi atau prostitusi. Ayam kampus, jelas terselubung," katanya.

Ayam kampus kebanyakan memilih jalur independen yang bernaung lewat muncikari khusus atau biasa disebut agensi atau broker. Untuk pemesanan, calon konsumen mesti lebih dulu mengontak "Mami"-nya. Kemudian bisa order, booking, janji temu, dan seterusnya. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan selama operasi berjalan. Di luar itu, ada juga yang bergabung di sejumlah kafe tertentu dengan konsep window shopping. Jadi, sebelum "membeli", lelaki hidung belang bisa lebih dulu memilih-milih layaknya melihat barang di etalase toko. Wadah lain yang tak kalah subur buat operasi ayam kampus adalah tempat hiburan karaoke dan tempat spa. Mereka berkedok sebagai pemandu karaoke atau biasa disebut Lady Companion (LC) serta terapis kesehatan.[1]

Fenomena ayam kampus sempat ramai dibicarakan setelah mahasiswi bernama Maharani Suciyono ikut tertangkap dalam penangkapan Ahmad Fathanah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Hotel Le Meridien.[2][3] Akibat dari peristiwa tersebut, harga pasaran dari ayam kampus menjadi rusak.[4]

Penyebab

Umumnya, himpitan masalah bagi para mahasiswi yang merantau atau latar belakang keluarga yang broken home menjadi alasan awal bagi mereka untuk kemudian terjun ke dalam pelacuran. Adapula yang lebih karena tuntutan pergaulan yang tinggi dan karena faktor ekonomi keluarga.[5]

Subang

Praktik dunia hitam (gadis penghibur) rumahan di pedesaan Kabupaten Subang, Jawa Barat seolah menjadi pemantik rasa penasaran orang-orang kota untuk datang ke sana. Suasana pedesaan cupu sunyi, berbaur dengan rumah warga, dan dengan tarif yang relatif murah. Bahkan, perempuan penghibur dengan leluasa akan mengajak tamunya ke rumahnya, meski ada anggota keluarganya; orang tua atau sanak saudaranya. Selain gadis penghibur rumahan di desa-desa, hal sama ternyata juga tersebar di sejumlah tempat di Kabupaten Subang. Pilihannya banyak, dari siswi SMA, mahasiswi (ayam kampus), sampai perempuan penghibur senior.[6]

Surabaya

Di Surabaya, terdapat beberapa ayam kampus dijajakan dengan kedok salon dan spa.[7][8] Setiap ayam kampus dibanderol dari Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta[9]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-05-10. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-05-10. 
  3. ^ "Siapa Maharani Suciyono? Berikut Profil Dan Biodata Lengkapnya". 21 Mei 2013. 
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-05-10. 
  5. ^ Kusuma, Wijaya (2012-10-29). Wadrianto, Glori K., ed. "Bisnis "Ayam Kampus" Menggeliat di Yogya". Kompas.com. 
  6. ^ Sanusi (2015-02-02). Sanusi, ed. "Ayam Kampus Subang: Kalau Tamu Kucel Saya Patok Harga Mahal". Tribunnews.com. 
  7. ^ Winarno, Hery H. Winarno, Hery H, ed. "Cerita prostitusi 'ayam kampus' berkedok terapis di Surabaya". Merdeka.com. 
  8. ^ Arifin, Nurul (2014-12-12). "Ada Salon yang Sediakan Ayam Kampus di Surabaya". Okezone.com. 
  9. ^ Winarno, Hery H. Winarno, Hery H, ed. "Cerita prostitusi 'ayam kampus' berkedok terapis di Surabaya". Merdeka.com. 
Kembali kehalaman sebelumnya