Asywadie Syukur
Prof. Drs. KH. Muhammad Asywadie Syukur, Lc. (18 Agustus 1939 – 27 Maret 2010) adalah ulama dan tokoh Islam Indonesia. Ia pernah menjabat rektor IAIN Antasari dan ketua MUI Kalsel.[1] RiwayatProf. Drs. KH. Asywadie Syukur, Lc dilahirkan di Benao Hulu, Lahei, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada tanggal 18 Agustus 1930, dari pasangan Syukur dan Iyah. Ia memulai pendidikannya dasarnya di Benua Hulu, lulus tahun 1953 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP) di Martapura, Kalimantan Selatan. Setamat dari SMIP melanjutkan pendidikan ke Ma’had Buuth Islamiyah Al Azhar di Mesir. Pada tahun 1960 melanjutkan ke Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar dan selesai pada tahun 1965. Selesai pendidikan ia ditugaskan sebagai dosen Fakultas Syariah IAIN Antasari sejak tahun 1967. Setahun menjadi dosen ia dipercaya sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Tarbiyah tahun 1968 – 1970. Sejak 1970 – 1975 ia terpilih sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah. Tahun 1975, ia melanjutkan studi Universitas Al-Azhar jurusan Ushul Fiqh. Selesai studi ia kembali menjabat Dekan Fakultas Dakwah IAIN Antasari periode 1981 – 1983. Pada periode yang sama ia terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan periode 1982 – 1987. Selepas tugas sebagai Anggota DPRD ia kembali menjabat Dekan Fakultas Dakwah periode 1995 – 1997. Belum habis masa jabatan sebagai Dekan ia dipercaya sebagai rektor IAIN Antasari sejak tahun 1997 sampai tahun 2001. Ketika menjadi Rektor ia membuka Program Pascasarjana (S2) untuk Ilmu Tasawuf dan Filsafat Hukum Islam. Pada periode ini, ia juga tercatat sebagai Anggota MPR sebagai Utusan daerah periode 1997 – 2002. Selain itu KH. M. Asywadie Syukur juga dipercaya sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 1980 - 1990. Kemudian periode 1995-2011 ia kembali dipercaya sebagai Ketua MUI Kalsel. Selain aktif di MUI, KH. M. Asywadie Syukur juga aktif di beberapa organisasi seperti Pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Kalimantan Selatan tahun 1986 - 1992, Ketua Majelis Dakwah Islamiyah Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1983 – 1988, Ketua Dewan Masjid Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1985 – 1992, Pengurus GAKARI Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1983 – 1993, Pengurus Persatuan Pertahanan Takekat Islam (PPTI) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1984 – 1993, Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) tahun 1991 – 2001, Ketua Badan Amil zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1995 – 1998. Kehidupan sebagai penulisSelain kegiatan mengajar dan penyiaran, Asywadie Syukur adalah seorang penulis produktif. Ia menulis lebih dari 50 buku, mulai dari karya ilmiah yang komprehensif hingga publikasi yang lebih mudah dipahami. Beberapa bukunya, termasuk "Perbandingan Mazhab" dan "Salinan Kitab Sabilal Muhtadin," menjadi buku terlaris yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu Surabaya. berikut beberapa karya yang telah Ia buat.[2]
Selain itu ia juga menterjemahkan beberapa buku, seperti:
Warisan dan KontribusiWarisan Asywadie Syukur meluas jauh setelah wafatnya pada tahun 2010. Pendekatannya yang moderat dan rendah hati membuatnya disenangi oleh orang-orang dari berbagai keyakinan. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan sosial membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan diidolakan. Kematian beliau meninggalkan kekosongan di hati ribuan orang yang menghadiri pemakamannya, baik di kediamannya di Banjarmasin maupun di Masjid Raya Sabilal Muhtadin.Ia ditinggalkan oleh istri, Hj. Tsuaibatul Aslamiyah, dan enam orang anak, yaitu Huwaida Maria, Hilda Surya, Muhammad Ghazi, Nahed Nuwairah, Souva Asvia, dan Huda Sya’rawi. Referensi
Pranala luar
|