Asy-Syahrastani
Abu al-Fath Abdul Karim bin Abi Bakr Ahmad asy-Syahrastani (bahasa Arab: أبو الفتح عبد الكريم بن أبي بكر أحمد الشهرستاني), atau lebih dikenal sebagai Asy-Syahrastani adalah seorang ulama dibidang ilmu kalam, tafsir dan sejarah. Nisbat asy-Syahrastani kembali kepada Syahrastan yang merupakan bagian dari Khurasan, yang saat ini masuk kedalam wilayah negara Iran. Para penulis biografi sepakat bahwa asy-Syahrastani bukan merupakan orang Arab, ayahnya dan kakeknya berasal dari kota Syahrastan. KelahiranPara peneliti telah sepakat tempat kelahiran dan kematian asy-Syahrastani, namun berbeda pendapat mengenai waktunya. Perbedaan pendapat terhadap waktu kelahirannya lebih besar daripada perbedaan pendapat waktu kematiannya. Mereka bersepakat asy-Syahrastani lahir di kota Syahrastan. Terdapat 3 pendapat ulama mengenai tahun kelahiran asy-Syahrastani, yaitu: KematianPara peneliti telah sepakat bahwa tempat kematian asy-Syahrastani terletak di kota Syahrastan juga, namun terdapat perbedaan pendapat mengenai tahun kematiannya, adapun pendapat yang paling kuat adalah pada tahun 548 H. Kehidupan ilmiahAsy-Syahrastani telah menuntut ilmu sejak masih kecil, adapun ilmu yang pertama kali ia pelajari adalah ilmu syari'at, seperti al-Qur'an, tafsir, hadis, fikih. Adapun yang paling pertama adalah al-Qur'an dan tafsirnya, kemudian pada usia lima belas tahun ia mempelajari hadis dari Abu al-Hasan al-Madini, di Naisabur, yang letaknya di luar Syahrastan. Sifat dan akhlaknyaIa dikenal dengan sebagai pribadi yang lemah lembut, memiliki sifat yang baik, baik dalam pergaulan, beradab dalam berdialog, baik dalam berbicara dan menulis, dapat dilihat dari karya-karyanya. Diceritakan ketika ia berdialog dan berdebat, maka ia tidak berperilaku buruk terhadap lawannya, meskipun ia mengkritisi pemikirian lawannya, ia tetap menjawabnya dengan cara yang baik dan dengan cara yang dapat diterima. Mengajar murid-muridnyaKetika ia mengajar dan menasehati murid-muridnya, ia menggunakan istilah yang ringan dan cara yang mudah, sehingga dapat diterima dan diakui secara umum oleh masyarakat, dan inilah menggambarkan karyanya yang digunakan dan berkualitas. Asy-Syahrastani dan PenguasaAsy-Syahrastani diterima oleh para sultan, penguasa, menteri dan pembesar. Ia dekat dengan Sultan Sanjar bin Mulkasyah, dan juga dekat dengan Menteri Abu al-Qasim Mahmud bin al-Muzhaffar al-Marwazi. Kedudukan ilmiahKeilmuannya yang tinggi di antara para ulama menjadikannya memiliki banyak gelar, antara lain:
Bahasa yang dikuasaiBukan hanya menguasai ilmu syari'ah, ia juga menguasai bahasa Arab dan bahasa Persia. Perjalanan ilmiahDalam menuntut ilmu, ketia ia masih berusia lima belas tahun, ia pergi menuju kota-kota di Khurasan, Khawarizm, Mekkah dan Bagdad. Guru-gurunyaAsy-Syahrastani memiliki banyak guru, di antaranya:
Karya tulisAsy-Syahrastani terkenal sebagai pribadi yang produktif dalam menulis, ia menulis dalam berbagai bidang keilmuan, seperti tafsir, fikih, ilmu kalam, filsafat, sejarah, perbandingan firqah dan perbandingan agama. Karya tulisnya mencapai dua puluh buah, di antaranya:
Mazhab fikihnyaAsy-Syahrastani bermazhab fikih syafi'i, karena guru-gurunya merupakan orang-orang ta'ashub (yang sangat kuat berpegang teguh) terhadap mazhab syafi'i, as-Subki telah memasukkan asy-Syahrastani di dalam kitabnya Thabaqat asy-Syafi'iyyah al-Kubra, dan juga al-Isnawi telah memasukkannya di dalam kitabnya Thabaqat asy-Syafi'iyyah. Referensi biografinyaTerdapat banyak ulama-ulama terdahulu dan ulama-ulama kontemporer yang menulis biografi asy-Syahrastani, antara lain terdapat di dalam kitab:
Referensi
|