Astyages
Astyages (oleh Herodotos dieja sebagai Ἀστυάγης - Astyages; oleh Ktesias sebagai Astyigas; oleh Diodorus sebagai Aspadas; bahasa Akkadia: Ištumegu) adalah raja kerajaan Media terakhir (memerintah tahun 585 SM-550 SM). Ayahnya bernama Huwaksatra (Siyaksares). Ia digulingkan dari tahta pada tahun 550 SM oleh raja Koresy Agung. Ini dicatat dalam Silinder Nabonidus. Namanya diturunkan dari bahasa Iran kuno Rishti Vaiga, artinya "melayangkan tombak"[1] ReignAstyages meneruskan tahta ayahnya pada tahun 585 SM, setelah Perang Halys, yang mengakhiri perselisihan 5 tahun antara bangsa Lydia dan Media. Ia mewarisi kerajaan yang luas, memerintah dengan sekutunya yaitu 2 orang saudara ipar laki-lakinya, Kroisos dari Lydia (saudara istrinya, Aryenis), dan Nebukadnezar dari Babel, di mana istrinya, Amytis, saudara perempuan Astyages, adalah ratu yang dibuatkan "Taman Gantung" oleh Nebukadnezar. Perkawinan Astyages dengan Aryenis, saudari Kroisos, raja Lydia, membuat hubungan yang erat antara kedua kerajaan pada saat Astyages naik tahta setelah kematian ayahnya pada tahun yang sama beberapa waktu kemudian. Putri mereka, Amytis (namanya sama dengan Amytis yang menikah dengan Nebukadnezar) menikah dengan Koresy Agung. Pemerintahan Astyages ditandai dengan kestabilan dan pertumbuhan agama Zoroastrianisme di seluruh wilayah kekuasaannya, bersamaan dengan Croesus yang memiliki filsuf-filsuf barat yang tersohor (Thales, Solon, Aesop, dan lain-lain), serta Nebukadnezar yang sibuk menjadikan ibu kotanya, Babylon, menjadi kota metropolitan terbesar yang pernah ada di dunia saat itu. Setelah 32 tahun memerintah dengan stabil, Astyages kehilangan dukungan para bangsawannya dalam perang melawan cucunya, Koresy, seperti yang dicatat panjang dalam buku Cyropaedia karya Xenophon, dan akibatnya muncul Kekaisaran Akhemeniyah, yang dianggap penerus wangsa Media. Catatan HerodotosSejarawan Yunani, Herodotos, mengisahkan impian Astyages bahwa putrinya, Mandane, melahirkan seorang putra yang akan menghancurkan kerajaannya. Karena takut akan mimpi ini, Astyages menikahkan putrinya dengan Kambisus I dari Anšan, Persia, yang mempunyai reputasi sebagai "pangeran pendiam dan bijak" yang diyakini oleh Astyages tidak akan menjadi ancaman baginya.[2] Ketika bermimpi kedua kalinya mengenai bahaya dari keturunan Mandane, Astyages mengirim jenderalnya, Harpagus, untuk membunuh anak kecil itu, yaitu Koresy.[3] Harpagus tidak mau menumpahkan darah keturunan raja, karena itu ia memberikan bayi itu kepada seorang gembala, Mitridates, yang istrinya baru melahirkan anak yang mati dalam kandungan.[4] Koresy dibesarkan oleh Mitridates sebagai anaknya sendiri, sedangkan Harpagus menunjukkan bayi yang mati dalam kandungan kepada Astyages sebagai Koresy yang mati. Ketika Koresy ditemukan hidup pada usia 10 tahun, Astyages tidak membunuhnya karena nasihat seorang majus (bijak), melainkan mengembalikannya ke orangtuanya di Anshan. Namun, Harpagus, tidak lepas dari hukuman, yaitu diberi makan daging mayat putranya sendiri dalam suatu pesta oleh Astyages. Koresy meneruskan tahta ayahnya tahun 559 SM, dan pada tahun 553 SM, atas nasihat Harpagus, yang ingin membalas dendam kematian anaknya, Koresy memberontak terhadap Astyages. Setelah 3 tahun bertempur, tentara Astyages membelot pada perang Pasargadae, sehingga Koresy dapat menguasai kerajaan Media. Astyages diampuni nyawanya oleh Koresy, dan meskipun diejek-ejek oleh Harpagus, Herodotos mengatakan Astyages diperlakukan dengan baik dan tetap tinggal di istana Koresy sampai matinya. Tidak mengikuti mitos populer bahwa Koresy disusui oleh seekor anjing,[5] Herodotos menjelaskan bahwa gembala Mitridates tinggal dengan budak perempuan Astyages, 'Spaco,' yang dalam bahasa Media artinya "anjing."[6] Setelah Astyages digulingkan, Kroisos menyerang Koresy untuk membalaskan dendam Astyages. Koresy, dibantu oleh Harpagus, mengalahkan Kroisos dan menguasai Lydia pada tahun 547 SM. Lihat pulaReferensi
|