Arudji Kartawinata
Aruji Kartawinata (Ejaan lama Arudji Kartawinata, 05 Mei 1905 – 13 Juli 1970) adalah salah satu mantan Menteri Pertahanan Indonesia pada Kabinet Sjahrir II. Setelah lulus dari HIS, ia melanjutkan pendidikannya di MULO (sekolah menengah pertama) di Bandung. Setelah tamat disana, ia bekerja sebagai guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah di SD Sarikat Islam daerah Garut. Selain itu, sejak kecil ia juga aktif di berbagai gerakan nasional. Riwayat hidupSetamatnya dari HIS ia melanjutkan ke MULO (sekolah setingkat SMP) di Bandung. Selesai dari sana ia berprofesi menjadi guru, lalu menjadi kepala sekolah di SD Serikat Islam di daerah Garut. Selain itu sejak usia muda ia juga aktif dalam berbagai macam gerakan kebangsaan. Ketika di Garut, ia pernah menerbitkan surat kabar Balatentara Islam yang menceritakan kegiatan serta gerakan Serikat Islam. Pada zaman pendudukan tentara Jepang, ia mengikuti latihan PETA (Pembela Tanah Air) dan diangkat menjadi daidancho Peta di Cimahi. Era KemerdekaanSetelah kemerdekaan Indonesia, ia lalu diangkat menjadi Komandan BKR (Badan Keamanan Rakyat) Jawa Barat, yang kemudian menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Divisi III Jawa Barat dan merupakan cikal bakal Divisi Siliwangi. Ketika Kabinet Syahrir II, ia diangkat jadi Menteri Muda Pertahanan. Ketika tahun 1948, TNI harus hijrah ke Yogyakarta akibat adanya perjanjian Renville. Ia ditunjuk menjadi Ketua Panitia Hijrah TNI yang mempunyai tugas memindahkan tentara-tentara Republik Indonesia yang ada di pelosok-pelosok daerah kekuasaan Belanda ke daerah Republik. Masa Orde Lama (1950-1970)Selain itu ia pernah pula menjadi anggota DPR-RIS (Republik Indonesia Serikat). Setelah Pemilu 1955, ia terpilih menjadi anggota DPR-RI. Kariernya terus menanjak menjadi anggota DPR-GR dan akhirnya akhirnya diangkat menjadi anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) pada tahun 1966-1968. Mendirikan Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI)Ia adalah salah satu sosok penting dalam pergerakan Syarikat Islam, pada Majelis Tahkim XXIX 1956, Ia mengusulkan perlunya dibentuk organisai sayap Syarikat Islam dikalangan mahasiswa untuk menghimpun pergerakan intelektual mahasiswa, yang bernama Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia [1] , yang sampai saat ini eksis sebagai organisasi gerakan mahasiswa. Peran dalam Bandung Lautan ApiArtikel utama: bandung lautan api Setelah mengungsikan rakyat, pejuang TRI membumihanguskan Bandung Selatan. Peristiwa inilah yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api 1946. Para pejuang juga tetap melakukan perlawanan gerilya sambil meninggalkan Bandung. Sasaran mereka adalah gudang-gudang mesiu milik NICA yang dikuasai Sekutu di Dayeuhkolot, Bandung. Dengan persenjataan tak sekuat pasukan Sekutu, para pejuang menyerang markas-markas Tentara Sekutu tanpa takut. Serangan ini semakin menggelora ketika Komandan TKR Aruji Kartawinata memberikan komando untuk menyerang melalui radio Banteng Hitam pada 24 November 1945. Pertempuran terjadi di seluruh Kota Bandung hingga wilayah-wilayah di sekitarnya. Pola serangan para pejuang beragam, mulai dari penyerangan markas-markas dan asrama-asrama, hingga penyerangan konvoi-konvoi pengiriman pasukan, amunisi, serta logistik mereka. Dari penyerangan konvoi pengiriman amunisi ini, tak jarang pemuda mampu menjarah persenjataan tentara Inggris. Penyerangan di Jalan Fokkerweg dan jalan sepanjang Sukabumi-Cianjur-Bandung paling membuat Inggris geram. Berbagai taktik pengeluaran ultimatum dilakukan, namun tak meruntuhkan tekad pejuang mempertahankan Bandung. Lambat laun situasi semakin genting dan tak berimbang. Taktik bumi hangus pun diambil oleh para pejuang yang secara resmi diperintahkan oleh Kolonel Nasution pada 24 Maret 1946. Suasana pilu terasa ketika para pemuda dan tentara membakar posko-posko dan asrama-asrama mereka sendiri. Namun pengorbanan itu terbayar, Sekutu urung mengambil alih Bandung. WafatPada tanggal 13 Juli 1970, ia meninggal dunia karena menderita penyakit radang otak dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan. Pranala luar
|